NovelToon NovelToon
Dulu Guruku, Sekarang Istriku

Dulu Guruku, Sekarang Istriku

Status: tamat
Genre:Tamat / Berondong / Nikahmuda / Cintamanis / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Romansa
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Grace caroline

'GURUKU ISTRIKU, SURGA DUNIAKU, DAN BIDADARI HATIKU.'

***

Dia adalah gurunya, dia adalah muridnya. Sebuah cinta terlarang yang berakar di antara halaman-halaman buku teks dan derap langkah di koridor sekolah. Empat tahun lebih mereka menyembunyikan cinta yang tak seharusnya, berjuang melawan segala rintangan yang ada. Namun, takdir, dengan segala kejutannya, mempertemukan mereka di pelaminan. Apa yang terjadi selanjutnya? Petualangan cinta mereka yang penuh risiko dan janji baru saja dimulai...

--- INI ADALAH SEASON 2 DARI NOVEL GURUKU ADALAH PACARKU ---

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5. Anggap Honeymoon

Setelah makan siang di restoran rekomendasi Papa Kaesang, sekitar pukul dua belas lebih, rombongan—Papa, Mama, Lingga, Kaesang, dan Tyas—melanjutkan perjalanan menuju tempat wisata.

Dua Alphard mewah mengantar mereka menuju tempat wisata, merayakan pernikahan Kaesang dan Tyas. Papa, Mama, dan Lingga satu mobil, sementara Kaesang dan Tyas menikmati perjalanan berdua di mobil satunya.

Di mobil, keduanya asyik bermanja ria, tanpa menghiraukan sekeliling. Kepala Tyas bersandar manis di bahu Kaesang yang fokus menyetir.

"Kamu mau punya anak berapa nanti Dear?" tanya Kaesang tanpa menoleh, konsentrasinya masih tertuju pada jalan.

Tyas mendongak, tersenyum manis ke Kaesang. Tangannya mengalung manja di lengan Kaesang yang tidak memegang setir kemudi.

"Berapa pun terserah Yang. Aku nerima aja, asal anak itu adalah anakku dari kamu. Yang," panggil Tyas kemudian.

"Hmm," balas Kaesang.

"Aku mau tanya sesuatu," kata Tyas.

Jika Kaesang melihat wajah Tyas, ia pasti bisa melihat jika Tyas sedang ragu sekarang. Hanya saja Kaesang tidak mengalihkan pandangannya, ia fokus menyetir. Mengikuti mobil papanya di depannya.

"Mau mau tanya apa Sayangku?" tanya Kaesang. Pipi Tyas bersemu merah mendengar Kaesang memanggilnya sayang. Meskipun sudah sering terjadi, jantungnya masih berdebar-debar. Ia merasa sedikit gugup.

"Ini...soal Abigail tadi," ucap Tyas.

Kaesang mengerutkan dahi, bingung. "Kenapa sama dia, Dear?" tanyanya.

"Kamu kok tadi pelukan dan cipika cipiki sama dia sih? Meskipun kalian sepupu, kalian kan bukan muhrim. Nggak sepatutnya kalian pelukan atau cipika-cipiki kayak tadi. Nggak etis. Kalo orang lain lihat pasti mereka nuduh yang nggak-nggak soal kalian. Kamu mau itu terjadi?" tanya Tyas kemudian.

Kaesang merenung sebentar, mencerna ucapan dan pertanyaan Tyas. Ia setuju, di Indonesia, pelukan atau cipika-cipiki dengan orang yang bukan muhrim memang kurang tepat. Bisa menimbulkan fitnah dan berbagai prasangka dari orang lain.

Tapi...

"Maaf soal itu Dear. Ehm, di keluarga aku hal kayak gitu udah biasa terjadi. Pelukan atau cipika-cipiki sama orang yang kita anggap dekat atau keluarga itu udah jadi hal lumrah. Kami menganut kebiasaan orang barat," kata Kaesang. Ia sedikit ragu, tapi memang benar, keluarganya memang terbiasa dengan kebiasaan orang Barat.

Tyas masih bingung. Ia bicara lagi, "Orang barat? Tapi kita di Indonesia Yang. Kalau orang lain lihat kamu sama Abigail kayak tadi, apa respon mereka? Pasti mereka mengira kalian pacaran, padahal kamu sudah beristri.

Aku nggak akan nyalahin kalian, karena itu udah jadi kebiasaan kalian. Iya kan? Tapi aku mohon sama kamu. Jangan kayak gitu lagi sama lawan jenis yang bukan muhrimnya. Kamu sudah berkeluarga, aku istrimu. Jadi, tolong ya," pinta Tyas.

Ia benar-benar tidak nyaman dengan kebiasaan Kaesang dan keluarganya yang tadi Kaesang jabarkan.

Kaesang menghela nafas dalam-dalam, lalu mengangguk. "Iya Dear. Maafin aku ya sekali lagi," katanya.

Tyas mengangguk. "Maaf ya kalau aku kesannya ngatur kamu," ucapnya.

Kaesang menggeleng, menoleh sekilas ke Tyas, lalu fokus kembali ke jalanan. "Nggak masalah Dear. It's okay. Aku senang kok kamu ngingetin aku kayak tadi. Itu tandanya ada yang salah dalam diri aku dan aku harus berubah. Makasih ya, aku nggak akan ngecewain kamu lagi," ujarnya sambil tersenyum.

"Sama-sama Yang. Aku akan terus ngingetin dan negur kamu kalau kamu ada salah. Aku akan berusaha jadi istri yang baik buat kamu Yang," kata Tyas, dengan senyum yang merekah di wajahnya.

Tak lama tibalah mereka di sebuah pantai yang indah dan cukup ramai di pinggiran Jakarta. Di sekitar pantai, terdapat sebuah vila milik Papa Kaesang yang akan menjadi tempat mereka menginap malam ini.

Kaesang dan rombongan langsung menuju vila untuk berganti pakaian santai yang telah mereka bawa. Mereka akan menginap di vila yang sama, yang memiliki tiga kamar. Satu untuk Papa dan Mama Kaesang, satu untuk Kaesang dan Tyas, serta satu lagi untuk Lingga.

"Yang," panggil Tyas lembut. Mereka masih di kamar vila, Kaesang berdiri di depan cermin, merapikan pakaiannya sementara Tyas memeluknya dari belakang, tangan lentiknya melingkar di pinggang.

Kaesang tersenyum melihat tingkah manja Tyas. Ia menyentuh tangan Tyas yang melingkar di pinggangnya. "Kenapa Dear?" tanyanya.

Tyas menyembunyikan wajahnya dibalik punggung tegap Kaesang. "Tiba-tiba aku jadi gugup ya. Rasanya kita kayak lagi honeymoon nggak sih?" tanyanya.

"Kita kan emang lagi honeymoon Dear. Anggap aja kita sekarang lagi honeymoon. Kamar ini juga bagus, cocok buat kita..." Kaesang tidak melanjutkan ucapannya, senyum jahil mengembang di bibirnya. Pikirannya, yang tadinya tenang, kini dipenuhi rencana-rencana—ide-ide nackal yang akhir-akhir ini sering muncul setelah menikah dengan Tyas.

"Cocok buat apa? Kamu jangan aneh-aneh ya! Ini masih siang loh!" tegur Tyas, masih memeluk Kaesang dari belakang. Tubuh mereka berhi-mpitan, detak jantung Tyas yang berdebar-debar terasa di punggung Kaesang. Ia gugup sekali.

Kaesang tertawa, lalu menarik tangan Tyas, membalikkan tubuhnya. Kini mereka berhadapan, tangan masih bertautan. Senyum Kaesang merekah, matanya berbinar—ada rencana di baliknya. Tyas? Ia hanya bisa merasakan jantungnya berdebar.

Dengan perlahan Kaesang mendekatkan wajahnya pada Tyas, ia memiringkan kepalanya mengajak Tyas bercivman.

Tyas sudah siap akan hal itu. Ia memejamkan matanya, menyambut ciu-man Kaesang. Tangannya yang semula bertaut dengan tangan Kaesang terlepas, lalu mengalung lembut di lehernya.

Kedua tangan Kaesang pun perlahan terangkat, membingkai wajah Tyas.

"Eugh,"

Di luar kamar, Lingga berjalan-jalan mengitari villa untuk melihat-lihat. Dia merasa terpesona dengan villa itu yang menurutnya sangat estetik. Dinding villa ini terbuat dari kayu yang sudah ditempa dengan baik hingga membentuk villa sebagus ini. Sementara lantai villa ini terbuat dari keramik biasa, namun sangat hangat bila dipijak.

"Ternyata Papa punya villa kayak gini ya!" Lingga berdecak kagum, matanya menjelajahi ruangan. Ia berniat turun ke lantai bawah, namun langkahnya terhenti sejenak di depan sebuah kamar yang merupakan kamar kakaknya dan istrinya.

Sejak memasuki villa ini kakaknya dan istrinya tidak keluar dari kamar. Lingga sendiri tidak mengerti apa yang mereka lakukan di dalam sana. Ia kembali akan menuruni tangga. Tapi...

"A-hhhh, Yanggg," desa-han lembut seorang perempuan sampai ke telinga Lingga. Pendengarannya memang tajam, sehingga ia masih bisa mendengarnya meski suara itu samar dan jauh.

Suara itu berasal dari kamar kakaknya dan istrinya. Lingga berjalan pelan, matanya menyipit, mendekati pintu kamar. Ia menempelkan telinga ke pintu.

"A-hh, a-hh, a-hh," 

"Dearrr, akuu mau keluarrr..."

"A-hh, keluarin Yang. Akuu juga mau keluar nihh,"

"T-tumben barengan ya... a-hh, Yang cepetin lagii, udah mau sampai,"

Lingga merasa risih mendengar suara-suara dari kamar kakaknya dan istrinya. Ia tahu persis apa yang sedang mereka lakukan di dalam sana.

"Iuh, ternyata mereka nggak tau tempat ya. Masih siang begini udah ngegas aja! Dasar pengantin baru. Mending aku pergi aja lah dari sini. Daripada kupingku makin panas," gerutu Lingga. Ia berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah dengan perasaan kesal.

Villa ini cukup luas, tetapi terasa sepi karena Papa dan Mama Kaesang, serta Kaesang dan Tyas berada di kamar masing-masing. Lingga sudah menduga kegiatan mereka di dalam kamar. Mereka pasti sedang asyik bermain kuda-kudaan, mungkin sambil berteriak-teriak, atau malah... Lingga merinding sedikit membayangkannya.

Bersambung ...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!