Difiar Seamus seorang penyihir penyedia jasa pengabul permintaan dengan imbalan sesuka hatinya. Tidak segan-segan Difiar mengambil hal berharga dari pelanggannya. Sehingga manusia sadar jika mereka harus lebih berusaha lagi daripada menempuh jalan instan yang membuat mereka menyesal.
Malena Safira manusia yang tidak tahu identitasnya, pasalnya semua orang menganggap jika dirinya seorang penjelajah waktu. Bagi Safira, dia hanyalah orang yang setiap hari selalu sial dan bermimpi buruk. Anehnya, mimpi itu merupakan kisah masa lalu orang yang diambang kematian.
Jika kalian sedang putus asa lalu menemukan gubuk tua yang di kelilingi pepohonan, masuklah ke dalam penyihir akan mengabulkan permintaan kalian karena mereka pernah mencicipi rasanya ramuan pengubah nasib yang terbukti ampuh mengubah hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gaurika Jolie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketika Manusia dan Penyihir Jatuh Cinta
Penyihir itu ada, tetapi terbatas karena penyihir yang tinggal di bumi buangan dari dunia sihir setelah melanggar aturan. Kementerian sihir menetapkan jika seorang penyihir jatuh cinta dengan manusia sampai menikah, mereka harus meninggalkan dunia sihir selamanya. Sementara, keturunan mereka harus dihukum mati agar tidak menciptakan ras penyihir darah campuran.
Mereka pernah tinggal berdampingan bersama ras elf, devil, goblin, dan lainnya. Namun, manusia membangkang dengan aturan sihir, mereka memilih membuat aturan sendiri sehingga semua ras sepakat untuk mengusir manusia dari dunia sihir. Kementerian sihir ikut mengeluarkan keturunan penyihir darah campuran agar tidak ada lagi ras dari kasta terendah itu.
Ingatan mereka disegel agar tidak mengetahui keberadaan penyihir. Seiring waktu segel itu melemah sehingga darah campuran itu mengingat identitasnya sebagai penyihir. Mereka membuat kekacauan dengan memulai peperangan melawan penduduk sihir.
Sayangnya, mereka hanyalah persilangan manusia yang tidak memiliki kekuatan dan lemah sehingga mereka kalah melawan ras terkuat penduduk dunia sihir. Kementerian sihir mengambil keputusan untuk mencabut kekuatan mereka sehingga menjadi manusia biasa tanpa keturunan penyihir.
Namun, seorang penyihir membuat kesalahan besar, dia jatuh cinta dengan seorang wanita keturunan manusia. Penyihir itu bernama Denzel Seamus yang menikahi Emawati keturunan manusia murni. Denzel mendapatkan hukuman setelah menikahi manusia. Dia memilih jadi manusia seutuhnya, yang membuat hidupnya jauh lebih bahagia sehingga tidak ada penyesalan setelah kekuatannya dikembalikan ke alam sihir.
Pernikahan mereka dikaruniai seorang anak berusia 7 tahun bernama Difiar Seamus yang menjadi misteri darah siapa yang mengalir di tubuhnya? Mereka bertiga tengah menghabiskan waktu di lapangan menikmati senja yang akan datang. Suami istri itu bahagia anaknya bisa tumbuh normal seperti manusia pada umumnya.
“Ayah, Ibu, aku ke sana sebentar, ya!” teriak anak laki-laki yang melambaikan tangan ke orang tuanya.
Mereka menoleh melihat anaknya menunjuk pinggir lapangan.
“Udah mau sore, Nak. Ke sini dulu, sebentar lagi mau pulang!” jawab ibunya tegas, tetapi Difiar tetap kekeh ingin pergi.
Melihat istrinya cemas setelah kepergian putranya, Denzel meyakinkan jika tidak ada hal buruk yang menimpanya. “Nggak papa, istriku. Biar Difiar bergerak bebas, jangan mengekangnya. Kalau ada apa-apa nanti kita ke sana. Kenapa kamu jadi sering cemas, sih?”
Ema memilin jari-jarinya. “Kamu lupa Difiar keturunan kamu?”
“Terus?”
Karena suaminya yang terus menganggap enteng masalah, Ema menepuk pahanya agar dia cepat sadar. “Kita pasti kena hukuman karena diam-diam menikah. Imbasnya ke anak kita yang keturunan darah campuran!"
“Enggak kok, tenang aja.”
“Bagaimana kalau darah penyihir mengalir di tubuhnya?” tanya istrinya seraya melihat suaminya.
Lantas Denzel mengusap bahu istrinya agar tidak berpikir terlalu jauh lagi. “Aku yakin Difiar manusia seutuhnya!”
“Kita menikah sampai aku hamil kamu masih jadi penyihir. Bisa aja anak kita keturunan penyihir. Aku nggak mau Difiar jadi penyihir. Hidupnya pasti sengsara,” terang Ema diiringi kesedihan mendalam.
“Kita harus melindunginya. Kalau ada hal buruk yang menimpanya, 'kan ada kita yang jadi garda terdepan!” Denzel pun jongkok di depan istrinya sambil menepuk telapak tangannya. “Kamu berjasa di hidupku setelah melepas jabatan dan identitas penyihirku. Aku janji akan membahagiakan keluarga kecil kita.”
Istrinya salah tingkah. Dia tersenyum sambil menepuk bahunya. “Berdiri, nggak! Malu dilihat orang.”
Denzel ikut tertawa lalu kembali duduk di sampingnya. “Semoga dapat pekerjaan yang gajinya lebih besar.”
“Nggak perlu dipaksain, Sayang. Kamu mengurus anak kita aja biar aku yang kerja.” Ema tersenyum ke arah suaminya yang selalu mencemaskan hal itu.
"Memang aku nggak salah ambil keputusan."
Di pinggir lapangan, Difiar tengah mengamati aktivitas kelinci di halaman rumah tetangganya. Kelinci itu menggemaskan ketika makan sampai Difiar ingin memegangnya. Ketika Difiar berhenti di depan pagar, tangannya berusaha menggapai kelinci itu.
Dia ingin menyentuhnya, sayang sekali jarak antara tangan dan kelinci sangat jauh, tetapi tiba-tiba saja kelinci itu terbang mendekatinya. Sontak dia kaget lalu memegang tangannya. “Kenapa kelinci itu bisa terbang?”
Dirasa ada keanehan, Difiar pergi menuju kedua orang tuanya. Namun, anak kecil itu menangkap bayangan aneh di atas sana. Semakin dilihat benda itu kian jelas wujudnya.
“Orang naik sapu terbang? Jadi, penyihir yang diceritakan Ayah sebagai dongeng itu aslinya nyata?” gumamnya merasa heran pasalnya orang berjubah hitam itu menghampiri tempat orang tuanya berada.
Difiar melihat kedua orang tuanya terkejut setelah orang itu membuka tutup kepalanya. Rambut hitam bergelombang dengan campuran warna perak seakan warna yang baru Difiar lihat.
“Apa dia teman mereka?”
Pertanyaan Difiar pun terjawab ketika wanita berjubah itu mengeluarkan tongkat sihir dan mengayunkan ke arah ibunya. Difiar terlonjak ketakutan melihat ibunya kesakitan setelah sihir itu mengenai jantungnya.
“Mereka orang jahat!” tekan anak laki-laki itu yang bersembunyi di balik batu, tetapi dia bisa mengintip mereka. “Dia penyihir, mereka bukan dongeng tapi nyata.”
Denzel berusaha melindungi Ema yang menjadi sasaran penyihir itu. Namun, penyihir itu berusaha menyingkirkan Denzel yang menghalangi tujuannya. Usahanya digagalkan Denzel terus menerus membuat penyihir itu murka.
Sekali ayun tongkat itu mengeluarkan sihir yang memisahkan suami istri itu. Penyihir itu tersenyum miring dan mengayunkan ke arah Ema. Sihir itu dihalangi oleh Denzel yang langsung ambruk di tempat.
Ema menangis seraya memohon menggunakan kedua tangannya. Penyihir itu merasa dirinya menjadi paling kuat karena bisa mengalahkan mantan penyihir terkuat sepanjang sejarah.
Mendengar tawa penyihir itu membuat Difiar marah, sayangnya dia takut ke sana untuk melawan. Penyihir itu menoleh ternyata melihat keberadaan Difiar. Saat berjalan ke arahnya, Ema berusaha mencegah. Namun, penyihir itu melempar sihirnya ke arah Ema langsung tumbang seketika.
Difiar bersembunyi ketakutan setelah ketahuan. “Kalau bersembunyi terus, kapan kamu berani? Kata Ayah nggak boleh takut sama penyihir!”
Waktu Difiar keluar dari tempat persembunyian, penyihir itu tidak ada. Yang ada hanya orang yang menangisi kedua orang tuanya.
“Dia orang yang sama!” teriaknya ketika sadar rambutnya hitam bergradasi perak.
Difiar berdiri di belakang. “Kamu membunuh orang tuaku! Aku melihatnya langsung!”
Wanita itu menoleh, dia menghampiri anak kecil itu untuk menuntut jawaban. “Siapa dia? Siapa yang bunuh orang tuamu, Difiar?”
Difiar pun menunjuknya. Wanita itu menggeleng. “Kamu salah lihat, aku baru aja datang! Kamu ingat baik-baik bagaimana wujudnya!”
“Rambutnya sama seperti kamu!”
Wanita itu menggeleng. Lantas dia berpikir dan bertanya, “Apa dia penyihir?”
Difiar mengangguk. “Kamu nggak usah bohong! Kamu yang bunuh orang tuaku!”
“Ada apa denganmu, Difiar? Aku Bibi kamu, sahabat orang tuamu. Mana mungkin aku membunuh mereka. Lihat baik-baik,” pintanya yang memegang kedua tangan Difiar.
Difiar menyentak tangannya. “Rambutnya bergelombang.”
“Rambutku lurus dari dulu. Aku bukan pelakunya!” elak wanita itu, tetapi Difiar yakin jika dia pelakunya.
Difiar mendorong wanita itu. “Aku akan melapor kalau kamu pelakunya! Nggak usah menutupinya, aku jelas melihatnya!”
“Jangan! Kalau orang tau kematian orang tua kamu, mereka pasti cari tau penyebabnya. Kematian orang tua kamu nggak wajar, Difiar. Biar aku yang mengurusnya,” jelas wanita itu yang berusaha mengeluarkan sihirnya ke arah dua orang itu yang tubuhnya berubah warna menjadi merah jambu.
“Aku mohon bisa!” pintanya yang langsung digagalkan Difiar.
“Apa yang kamu lakukan? Orang tuaku berubah warna!”
Wanita itu melihat dan usahanya semakin parah. “Sihirnya semakin menyebar. Aku yakin dia penyihir terkuat yang berasal dari keturunan darah penyihir murni.”
Difiar tidak paham maksud ucapannya karena yang ada di pikirannya wanita baik itu aslinya seorang penjahat. “Pergi dari sini! Aku benci kamu pura-pura baik ternyata aslinya pembunuh!”
Wanita itu menggeleng. “Dia akan pergi setelah menyembunyikan kematian mereka.”
“Kenapa? Biar nggak ketahuan kamu pembunuhnya?”
“Bukan. Biar mereka nggak tau orang tua kamu dibunuh penyihir, karena masih ada manusia keturunan penyihir yang memiliki kenangan hidup di dunia sihir. Untuk mencegah keributan, biar aku yang mengurus mayat mereka, Difiar.”