Kejadian tak terduga di pesta ulang tahun sahabatnya membuat seorang gadis yang bernama Recia Zavira harus mengandung seorang anak dari Aaron Sanzio Raxanvi.
Aaro yang paling anti wanita selain ibunya itu, tiba-tiba harus belajar menjaga seorang gadis manja yang takut dengan dirinya, seorang gadis yang mengubah seluruh dunia Aaro hanya berpusat padanya.
Apakah dia bisa menjadi ayah yang baik untuk anaknya?
Apakah dia bisa membuat Cia agar tidak takut dengannya?
Dapatkan dia dan Cia menyatu?
Dapatkah Cia menghilangkan semua rasa takutnya pada Aaro?
Ayo baca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZaranyaZayn12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Satu
"Cia... Gue gak mau tau! Pokoknya lo harus pergi ke acara ulang tahun gue nanti malem!" Teriak Risa sembari memberikan selembar undangan kepada Cia.
Recia Zevira. Seorang gadis manja yang lemot bahkan penakut. Gadis yang menyukai berbagai hal yang bebau manis dan membenci segala hal yang berbau pahit.
"Tapi Risa, Cia gak mau keluar rumah kalo malem!" Ujar Cia menatap Risa malas.
"Lo gak sayang sama gue? Gini, gue aja deh yang minta izin ke Tante Ratih sama Om Natan buat lo. Kalo perlu, nanti lo nginep aja di rumah gue supaya pulangnya gak kemaleman. Gimana?" Bujuk Risa yang akhirnya mendapatkan anggukan kepala dari Cia.
"Beneran Risa yang minta izin sama mama papa tapi ya?" Tanya Cia memastikan.
"Siap! Yeay... Gue sayang banget sama lo!" Ujar Risa memeluk Cia gemas. Risa memang sudah menganggap Cia seperti adiknya sendiri karena dirinya yang seorang anak tunggal begitu pun juga Cia yang menganggap Risa seperti kakaknya sendiri. Mereka adalah dua orang yang saling membutuhkan.
"Nanti pulang sekolah, kita langsung cuss beli gaun buat nanti malem ya. Gimana?" Tanya Risa yang mendapatkan anggukan kepala oleh Cia.
"Risa yang beliin?" Tanya Cia sambil memakan yupinya.
"Beres!" Ujar Risa senang.
"Izinin sama mama papa dulu tapi ih!" Rengek Cia yang membuat Risa menepuk kepalanya pelan.
"Bentar gue telpon Tante Ratih," Ujar Risa kemudian mengeluarkan ponselnya dan mendial nomor Mama Cia.
"Hallo Tante..."
"Hallo Risa, ada apa sayang?"
"Risa mau minta izin tante, buat ajak Cia dateng ke acara ulang tahun Risa nanti malam. Nginep di rumah Risa kok tante, jadi Cia nya gak pulang kemaleman." Jelas Risa.
"Tapi Cia nya di jagain loh ya!" Peringat Ratih.
"Beres Tante! Diizinin gak Tan?" Tanya Risa.
"Yaudah, bearti Cia pulang sekolah langsung ikut kamu ya sayang?" Tanya Ratih.
"Iya Tante. Boleh ya?" Tanya Risa.
"Iya, kalian hati-hati ya!" Nasehat Ratih.
"Siap boss!" Kemudian terdengar tawa di sebrang sana dan telpon pun di tutup.
"See? Diizinin kan?" Bangga Risa yang membuat Cia menganggukkan kepalanya.
"Nanti pulang sekolah mampir beli es krim dulu ya?" Ujar Cia dengan tatapan memelasnya.
Cii... Lo gemesin banget sih. Batin Risa.
"Kemarinkan udah." Tolak Risa halus.
"Yaudah, kalo gitu Cia gak mau ikut Risa!" Ambek Cia.
"Iya elah. Anceman lo ngeselin banget." Kesal Risa yang membuat Cia tertawa, tak lama mereka berdua pun tertawa bersama.
Tring tring tring
Bunyi bel sekolah pertanda pulang telah berbunyi membuat semua murid berdesak-desakan hendak pulang.
"Ayo Ci!" Ajak Risa yang mendapatkan anggukan dari Cia.
"Jangan lupa es krimnya ya!" Peringat Cia membuat Risa menganggukkan kepalanya.
"Ayo," Risa pun menggandeng tangan Cia ke arah parkiran tempat mobil Risa berada.
"Kak Aaro?" Kaget Risa di tengah perjalanan kala mendapati Ice Prince disekolah mereka sekolah mereka yang tengah berdiri tak jauh dari mereka bersama teman-temannya.
Risa pun menghampiri mereka dan melupakan Cia. Sesampainya dia di depan mereka, gadis itu kemudian memberikan masing-masing dari mereka sebuah undangan.
"Dateng ya Kak, ke ulang tahun aku." Ujar Risa dengan senyum manisnya.
"Wih, mantep nih. Kamu tenang aja cantik, kita bakalan pergi dengan formasi lengkap buat kamu!" Goda teman Aaro yang bernama Dion. Siapa yang tidak mengenal Risa coba? Ketua tim voli sekolah yang sangat di minati oleh para murid laki-laki.
"Bener Kak?" Heboh Risa yang mendapatkan anggukan dari mereka, kecuali Aaro.
Tak lama, Cia datang menghampiri mereka dengan wajah cemberutnya menatap Risa kesal.
"Risa kok ninggalin Cia sih!!!" Kesal Cia yang tidak memperhatikan sekitarnya.
"Aduh, maaf Ci... Tadi gue seneng banget waktu liat mereka, jadi lupa deh sama lo," Sesal Risa dengan jari yang menunjuk ke arah satu persatu laki-laki di depannya membuat Cia menatap sekelilingnya.
"Risa..." Panggil Cia takut kemudian langsung bersembunyi di belakang tubuh Risa ketika bertatapan dengan mata tajam seseorang yang mengarah kepadanya.
"Risa ayo pergi!" Ajak Cia membuat Risa berpamitan kepada mereka, para most wanted sekolahnya. sebenarnya Risa tidak terlalu mengenal mereka, tapi niat awalnya adalah mengundang seluruh siswa-siswi sekolah yang membuatnya berani menghampiri mereka.
"Itu yang sembunyi di belakang Risa siapa Anjay? Cantik banget! Bening bro!" Heboh Dion membuat Cia semakin ketakutan.
"Dia temen Risa Kak, kita duluan ya Kak!" Pamit Risa yang di balas anggukan mereka membuat Risa langsung berjalan meninggalkan mereka dengan Cia yang menggenggam tangannya erat.
"Risa ngapain sama orang-orang tadi sih? Nyeremin tau!" Protes Cia membuat Risa tertawa kecil.
"Aku ngundang mereka Ci!" Ujar Risa gemas kemudian mengunyel kedua pipi Cia.
"Sakit tau! Risa mah!" Ambek Cia membuat Risa terbahak karenanya.
"Ayo kita masuk mobil! Kalo engga, bisa gak pergi-pergi kita." Ajak Risa dengan tangan kanan yang membuka pintu pengemudi diikuti oleh Cia yang membuka pintu penumpang.
"Beli es krim jangan lupa loh!" Ujar Cia yang mendapatkan cibiran dari Risa.
"Giliran es krim aja cepet! Giliran disuruh nemenin gue aja susahnya minta ampun!" Kesal Risa yang membuat Cia tertawa lepas.
"Sayang Risa!" Ujar Cia kemudian memeluk wanita itu dari samping.
"Sayang Cia!" Ujar Risa lembut. Kemudian mengusap rambut gadis itu sayang.
Sesampainya mereka di Mall, Risa mengajak Cia untuk membeli es krim terlebih dahulu, kemudian mereka pergi ke sebuah butik
Mereka pun memilih-milih, bukan, bukan mereka, namun hanya Risa seorang diri lah yang memilih-milih apa saja yang di perlukannya dengan Cia yang mengekorinya bagaikan anak ayam di belakangnya.
Pandangan Risa tertuju pada sebuah gaun manis berwarna pink. Sangat cocok untuk Cia yang manis.
Risa pun mengambil gaun yang panjangnya diatas lutut itu kemudian memberikannya kepada Cia untuk di coba.
"Perfect!" Ujar Risa ketika melihat Cia yang keluar dari ruang ganti.
"Oke! Kita ambil yang ini." Ujar Risa yang di angguki oleh Cia.
"Yang mana aja asal Risa suka." Jawab Cia membuat Risa terkekeh.
"Oke. Ayo kita bayar!" Ajak Risa kemudian mereka pun membayar semua belanjaan mereka.
"Cus salon!" Ujar Risa menggandeng tangan Cia yang sedang melihat gula-gula yang terpajang di etalase toko yang berada di depan mereka.
"Risa... Mau itu!" Tunjuk Cia yang mendapatkan gelengan kepala Risa.
"Gak! Nanti gigi lo sakit baru tau rasa!" Marah Risa yang membuat Cia menunduk takut.
Risa yang melihat Cia pun menepuk keningnya pelan. Bagaimana dia bisa lupa?
"Jangan ya? Nanti sakit gigi!" Ujar Risa lembut tapi tak di hiraukan oleh Cia membuat Risa mau tidak mau akhirnya membelikan Cia gula-gula itu.
"Nih!" Risa memberikannya ke depan Cia namun hanya di tatap oleh gadis tersebut.
Cia kemudian masuk ke dalam salon yang hendak mereka masuki tanpa menghiraukan Risa yang masih memegang gula-gulanya.
Kok jadi gini sih? Kenapa pula dirinya bisa sampai kelepasan membentak gadis itu. Pasti sekarang Cia sedang berusaha menahan tangisnya. Bodoh! Dumel Risa pelan.
Setelah mereka selesai merias diri di salon, mereka pun pergi menuju tempat pesta dengan suasana yang masih awkward.
Sesampainya mereka di sana, ternyata tamu undangannya sudah ramai berdatangan.
Risa pun menggenggam tangan Cia, namun anehnya gadis itu hanya mengikuti Risa tanpa banyak protes ini dan itu membuat Risa menghembuskan nafasnya kasar. Cia masih marah. Pikirnya.
Hingga akhirnya acara selesai, kemudian Cia menunggu Risa di depan sebuah meja. Cia pun mengamati sekitar ruangan itu yang kotor! Penuh dengan sisa rokok serta asap rokok yang masih mengelilingi ruangan tersebut.
Tak lama, Cia merasakan tarikan kuat pada tangannya membuat Cia berteriak kencang. Namun karena ramainya serta bisingnya ruangan itu membuat tidak ada seorang pun yang menghiraukan teriakan Cia.
Brak
Ceklek
Bunyi pintu yang di tutup dan di kunci dari dalam.
Cia pun ketakutan hingga berlari ke ujung kasur.
"Please! Tolongin gue!" Ujar suara serak itu.
"Cia harus tolongin Kakak apa?" Gugup Cia. Dia sekarang benar-benar takut.
Srek
Pria itu maju, naik ke atas tempat tidur kemudian menghampiri Cia.
Dia, Kakak kelasnya tadi sore yang mereka temui di parkiran, orang yang menatapnya tajam saat itu.
Aaro
Aaro pun menarik kaki Cia agar Cia mendekat ke arahnya. Di tindihnya wanita mungil itu kemudian memandangnya lama.
"Maaf! Tapi gue udah gak tahan lagi!" Ujar Aaro yang membuat Cia bertambah takut. Air matanya sekarang bahkan sudah mengalir membasahi pipi chubbynya.
Cup!
Aaro mulai menempelkan bibir mereka, menghisapnya kuat. Memaksakan lidahnya masuk ke dalam mulut mungil itu dengan cara mengigit kecil bibir nya.
Saat Cia hendak berteriak, saat itu juga lah lidah Aaro masuk dan membelai lidah serta menjelajahi seluruh isi mulut Cia.
Air mata Cia sudah membasahi wajahnya. Aaro terus melakukan hal yang membuatnya merasa takut dan kesakitan.
Jleb
"Aaa... Sakit Kak...!!!" Teriak Cia ketika merasakan sesuatu yang terasa seperti merobeknya di bawah sana. Air matanya terus mengalir, bahkan sekarang matanya sudah bengkak.
Tanpa menunggu Cia menyesuaikan diri dengan miliknya, Aaro menggerakkan tubuh mereka hingga akhirnya dia mendapatkan apa yang diinginkannya.
Terus menerus melakukan hal yang sama hingga akhirnya dia pun ambruk di atas tubuh Cia yang sudah pingsan itu.