NovelToon NovelToon
Jejak Langkah Menuju Dunia

Jejak Langkah Menuju Dunia

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: avocado lush

Dina, seorang pelajar dari kota kecil dengan mimpi besar, memiliki hasrat yang kuat untuk menjelajahi dunia dan mengembangkan diri. Ketika sekolahnya mengadakan lomba sains tingkat provinsi, Dina melihat ini sebagai kesempatan emas untuk meraih impian terbesarnya: mendapatkan beasiswa dan melanjutkan studi ke luar negeri. Meskipun berasal dari keluarga sederhana dan di hadapkan pada saingan-saingan dari sekolah sekolah-sekolah elit, Dina tak gentar. Dengan proyek ilmiah tentang energi terbarukan yang dia kembangkan dengan penuh dedikasi, Dina berjuang keras melampaui batas kemampuannya

Namun, perjalanan menuju kemenangan tidaklah mudah. Dina Harus menghadapi keraguan, kegugupan, dan ketidakpastian tentang masa depannya. Dengan dukungan penuh dari keluarganya yang sederhana namun penuh kasih sayang, Dina berusaha membuktikan bahwa kerja keras dan tekad mampu membuka pintu ke peluang yang tak terbayangkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon avocado lush, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Awal Sebuah Langkah

Di desa kecil Jatiroto, yang dikelilingi oleh sawah hijau membentang dan pepohonan kelapa yang menjulang, Dina terbangun lebih awal dari biasanya. Udara pagi yang segar masuk melalui jendela kamarnya, menyapu wajahnya yang masih tampak lelah setelah malam panjang menyelesaikan proyek sains. Di luar, suara burung-burung bernyanyi di atas pepohonan, seolah menyemangatinya untuk memulai hari yang penting. Hari ini adalah hari besar—bukan hanya bagi Dina, tetapi juga keluarganya yang sederhana.

Kamar Dina adalah cerminan dari kehidupannya. Sederhana, namun penuh harapan. Di meja belajarnya, buku-buku dan kertas berserakan, sisa-sisa kerja kerasnya selama beberapa bulan terakhir. Di tengah meja, model kincir angin kecil—proyek ilmiah tentang energi terbarukan yang dia buat—berdiri kokoh. Kincir itu adalah simbol dari mimpinya, bukan hanya untuk memenangkan lomba sains, tetapi juga untuk menggapai masa depan yang lebih cerah.

Dengan cepat, Dina berpakaian dan meraih tas punggungnya. Sebelum keluar, dia berhenti sejenak, menatap cermin kecil di sudut kamar. Wajahnya menampakkan kelelahan, tapi juga penuh tekad. "Aku bisa melakukannya," bisiknya pada bayangannya sendiri. Dia harus melakukannya. Tidak hanya untuk dirinya, tapi juga untuk keluarganya.

"Bu, aku berangkat!" seru Dina ketika keluar dari kamar, suaranya bergaung lembut di rumah kayu yang sederhana itu.

Ibunya, seorang wanita paruh baya dengan senyum yang selalu hangat, sedang menyiapkan sarapan di dapur. Suara gemerisik minyak yang menggoreng tahu terdengar samar di antara suara alam desa yang tenang. "Dina, jangan lupa makan dulu," ujar ibunya dengan lembut. "Kamu butuh tenaga untuk hari ini."

Dina tersenyum tipis dan mendekat ke meja makan. Di atas meja, sepiring nasi dengan tahu goreng dan sayuran sederhana sudah siap. Meski sederhana, masakan ibunya selalu penuh dengan cinta. Dina tahu, ibunya telah bekerja keras untuk menghidupi keluarga kecil mereka, terutama sejak ayahnya meninggal beberapa tahun lalu. Pekerjaan ibunya sebagai buruh tani tidaklah mudah, namun beliau selalu memberikan dukungan penuh untuk impian Dina.

"Makasih, Bu. Aku nggak akan lupa perjuangan Ibu," kata Dina sebelum mulai makan. "Doakan aku hari ini ya, Bu. Ini kesempatan besar."

Ibunya duduk di sebelah Dina, meletakkan tangan di bahu putrinya dengan lembut. "Ibu selalu mendoakan kamu, Nak. Ibu percaya, apa pun yang terjadi nanti, kamu sudah melakukan yang terbaik. Itu yang paling penting."

Dina mengangguk, merasakan dorongan semangat yang semakin kuat di dalam dirinya. Setelah selesai sarapan, dia berpamitan dan mulai berjalan menuju sekolah. Sepanjang jalan, dia melihat orang-orang desa yang sudah sibuk dengan aktivitas pagi mereka. Ada yang memanen padi, ada yang menuntun sapi ke ladang. Kehidupan di Jatiroto berjalan perlahan, berbeda jauh dengan kota-kota besar yang sering ia lihat di televisi atau dengar dari cerita.

Meskipun berasal dari desa kecil, Dina memiliki mimpi yang besar. Sejak kecil, dia selalu tertarik dengan sains, teknologi, dan bagaimana hal-hal tersebut bisa mengubah dunia. Ketika dia menemukan ide tentang energi terbarukan, terutama tentang bagaimana kincir angin bisa menghasilkan listrik di daerah pedesaan yang sering kekurangan listrik, dia merasa bahwa inilah jalan hidupnya. Dia ingin membawa perubahan ke desanya, ingin membuat hidup lebih mudah bagi orang-orang yang dia cintai.

Sesampainya di sekolah, suasana sudah sibuk. Teman-temannya sesama peserta lomba sedang menyiapkan proyek mereka masing-masing. Beberapa di antaranya tampak lebih maju, dengan model yang lebih canggih dan peralatan yang lebih mahal. Dina tak bisa memungkiri bahwa dia merasa sedikit terintimidasi. Beberapa proyek dari sekolah-sekolah elit di kota besar terlihat jauh lebih rumit dan mengesankan daripada model kincir anginnya.

Tapi Dina tak mau terpuruk. Dia ingat apa yang Pak Agus, guru sainsnya, sering katakan, "Ilmu bukan tentang siapa yang punya alat paling canggih, tapi siapa yang punya ide terbaik dan mau bekerja keras untuk mewujudkannya." Kata-kata itu selalu terngiang di benaknya, menjadi pendorong setiap kali rasa ragu datang.

"Dina, sudah siap?" suara Pak Agus tiba-tiba terdengar di belakangnya, mengejutkannya dari lamunan.

Dina menoleh dan tersenyum. "Siap, Pak. Meski jujur masih sedikit grogi."

Pak Agus, pria paruh baya dengan mata penuh kebijaksanaan, menepuk bahunya dengan lembut. "Itu wajar. Kamu sudah bekerja keras. Apa pun hasilnya nanti, ingat, ini hanyalah langkah pertama. Dunia di luar sana menunggu, dan kamu punya kemampuan untuk menjelajahinya."

Kata-kata itu memberi Dina ketenangan. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan debar jantungnya. Melihat kincir anginnya yang berdiri di atas meja, Dina kembali yakin bahwa proyek ini punya potensi besar. Energi terbarukan adalah masa depan, dan dia yakin idenya bisa membawa dampak besar bagi desa-desa kecil seperti Jatiroto, yang masih sering mengalami pemadaman listrik.

Lomba sains itu tak sekadar kompetisi baginya. Ini adalah pintu menuju impiannya—beasiswa ke luar negeri, kesempatan untuk belajar lebih banyak, dan mungkin, suatu hari, membawa perubahan besar ke desanya. Dina tahu bahwa jalan menuju kemenangan tidak akan mudah, tapi dia juga tahu bahwa inilah awal dari langkah besar yang akan dia ambil.

Saat namanya dipanggil untuk presentasi, Dina merasa seluruh mata tertuju padanya. Langkah-langkahnya menuju panggung terasa berat, seolah-olah tiap langkah menambah beban di pundaknya. Namun, di dalam hatinya, tekad yang kuat terus menguatkan setiap langkah itu. Dia berdiri di depan para juri, menggenggam model kincir anginnya dengan tangan yang sedikit gemetar.

"Dina, dari SMA Jatiroto," seorang juri memperkenalkan dirinya. "Kamu membawa proyek apa hari ini?"

Dina menarik napas panjang sebelum mulai berbicara. "Proyek saya adalah kincir angin untuk energi terbarukan. Ini dirancang khusus untuk daerah pedesaan yang sering mengalami keterbatasan akses listrik. Dengan kincir ini, listrik bisa dihasilkan dari angin, meskipun kecepatan anginnya tidak terlalu tinggi."

Dia menjelaskan secara detail tentang bagaimana kincir itu bekerja, bagaimana ia memanfaatkan material yang murah namun efektif, dan bagaimana proyek ini dapat diterapkan di desa-desa terpencil. Meskipun awalnya gugup, seiring berjalannya waktu, rasa percaya dirinya mulai tumbuh. Dia mulai berbicara dengan lebih lancar, matanya berbinar saat menjelaskan visi besar di balik proyeknya.

Para juri mendengarkan dengan seksama. Beberapa dari mereka mengangguk-angguk, tanda bahwa mereka tertarik dengan gagasan Dina. Saat presentasinya selesai, Dina merasa lega. Apa pun hasilnya nanti, dia sudah memberikan yang terbaik. Hari ini bukan hanya tentang kemenangan, tapi tentang memulai perjalanan menuju impian yang lebih besar.

Ketika Dina turun dari panggung, dia menyadari bahwa ini baru awal. Dunia di luar Jatiroto menantinya, dan dia siap untuk mengejarnya.

Hari ini, Dina telah memulai jejak langkahnya menuju dunia yang lebih besar.

1
Sisca Audriantie
good keren banget😊
avocado lush: terima kasih /Pray//Whimper/
total 1 replies
elayn owo
Gak bisa berhenti baca deh! 🔥
ADZAL ZIAH
semangat menulisnya ya kak ❤ dukung juga karya aku
avocado lush: makasih kak dukungan nya /Heart/ siap kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!