Xiao Chen, pemuda malang yang hidup sebatang kara di pinggiran Kota Yan. Dia tidak tau asal usulnya, yang dia ketahui bahwa, dirinya hanya seorang anak malang yang diasuh oleh seorang kakek tua beberapa tahun lalu.
Kenyataan itulah yang membuat hidupnya cukup menderita. Takdirnya begitu pilu saat tinggal disana, bagaimana tidak? Jika tubuhnya saja, dijadikan sarana pelatihan oleh para pemuda Kota Yan.
Hingga pada suatu hari, Xiao Chen melihat rumahnya telah menjadi puing-puing reruntuhan. Tentu Xiao Chen dibuat marah karnanya, terlebih lagi, satu-satunya peninggalan orang tuanya telah direbut oleh anak penguasa Kota.
Xiao Chen, dibuat muak oleh takdir pilu itu. Ia pun pergi meninggalkan Kota Yan, dan berjanji akan membalas semua hinaan yang ia terima selama ini dalam waktu 3 tahun kedepan.
Akankah Xiao Chen berhasil membalas dendamnya dan merebut kembali peninggalan orang tuanya?
Simak terus perjalanan Xiao Chen disini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chen Xuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1 : Pertikaian
JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMEN YA READER AGAR AUTHOR LEBIH BERSEMANGAT DALAM MEMBUAT NOVEL INI HINGGA TAMAT
Ratusan ribu tahun yang lalu, Benua Dou Cun yang terdiri dari 4 wilayah yaitu, Timur, Barat, Selatan dan Tengah, memasuki era kehancuran karena munculnya sebuah Klan Misterius.
Kemunculan Klan Misterius yang entah berasal dari dimensi mana itu, membunuh banyak kultivator muda yang penuh bakat dan talenta. Hal itu membuat banyak Sekte dari 4 wilayah besar bersatu, untuk melakukan serangan balik.
Setelah bertarung selama berbulan-bulan dengan Klan Misterius itu. Entah karena apa, Klan Misterius yang tadinya menyerang dengan membabi buta mundur begitu saja.
Meski pun mereka telah mundur tanpa sebab, namun, banyak kultivator tua dan muda dari Benua Dou Cun berguguran sebagai pahlawan. Dan akhirnya, Benua Dou Cun berhasil memulihkan kekuatan mereka hingga era baru pun dimulai.
*****
𝙒𝙞𝙡𝙖𝙮𝙖𝙝 𝙏𝙞𝙢𝙪𝙧, 𝙆𝙤𝙩𝙖 𝙔𝙖𝙣.
Kehidupan bersama anggota keluarga adalah satu hal yang diinginkan banyak orang, terutama dapat merasakan cinta kasih dari orang tua kandung. Namun, ada pula sebagian orang yang tidak memiliki anggota keluarga dan hanya hidup sebatang kara di dunia yang kejam ini, dunia yang menjunjung tinggi basis kultivasi.
Bagi mereka yang tidak memiliki kesempatan untuk menjadi seorang pendekar, akan terhina hidupnya. Lantaran di daratan ini, hanya menjadi seorang kultivatorlah yang dimuliakan.
Hal itulah yang dialami oleh Xiao Chen, seorang pemuda yang baru menginjak usia 17 tahun dan tidak tahu siapa orang tuanya. Dia hanya tinggal sendirian disebuah rumah kecil atau lebih tepatnya, bisa dibilang gubuk kayu.
Xiao Chen yang sedang berbaring diatas tempat tidurnya, menatap lekat kearah atap rumahnya itu dengan tatapan kosong, pikirannya melayang entah kemana-mana, hingga akhirnya perutnya mengeluarkan sebuah suara.
Krukkk!!
"Ughh, jika saja kakek masih ada. Mungkin aku tidak akan pernah kelaparan seperti saat ini!" ucap Xiao Chen.
Xiao Chen pun turun dari tempat tidurnya yang hanya beralaskan kain usang, berwarna abu-abu. Rumah yang sederhana dengan peralatan seadanya itu membuat Xiao Chen menghela nafas panjang. Kemudian, ia pun melangkahkan kakinya keluar dari rumah.
Xiao Chen terus menatap rumahnya sambil mengingat kenangannya bersama sang kakek 'Sekarang, 𝘢𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳-𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘮𝘦𝘳𝘪𝘯𝘥𝘶𝘬𝘢𝘯𝘮𝘶 𝘬𝘦𝘬!' seru batin Xiao Chen.
Ia yang sedih pun mengeluarkan air matanya mengingat, betapa sayangnya sang kakek kepada dirinya yang padahal dirinya, bukanlah cucu kandung sang kakek.
Usia Xiao Chen kian tahun terus bertambah semenjak kepergian sang kakek 10 tahun yang lalu. Saat itu, Xiao Chen masih muda. Ia yang berumur 7 tahun itu menguburkan jasad sang kakek seorang diri tanpa bantuan orang lain.
Lantaran memang demikianlah masyarakat disana, mereka tidak terlalu peduli dengaan sekitarnya. Terlebih lagi, jika orang itu tidak memiliki identitas resmi.
Lima tahun setelah kepergian sang kakek, kehidupan Xiao Chen serasa bak neraka, ia dihina, dicaci, dimaki bahkan, tubunya di jadikan sarana pelatihan oleh para pemuda Kota Yan.
Setelah menatap lama rumah yang penuh kenangan itu, Xiao Chen pun mulai berjalan menjauh dari sana. Hingga, bayangannya pun tak bersisa.
Xiao Chen yang terus berjalan tanpa sadar melintasi pusat Kota. Disana, Perasaannya menjadi kelut nan sedih, lantaran tidak ada satu pun dari orang-orang yang berlalu-lalang di Kota Yan itu, mau berteman dengannya.
Meski demikian, Xiao Chen pun sadar diri kenapa hal itu bisa terjadi, lantaran ia hanyalah anak yang ditinggalkan. Begitulah, ocehan orang-orang Kota Yan padanya. Namun bagaimana pun, itu bukanlah kesalahan Xiao Chen, ia tidak pernah minta untuk dilahirkan dari keluarga yang meninggalkan dirinya.
Xiao Chen yang terus berjalan sembari larut dalam pikirannya itu, malah bertemu dengan orang yang sangat ingin di hindarinya. Lantaran orang itu pasti akan membuat sebuah keributan yang akan menyakiti dirinya.
"Lihatlah, dia bahkan sudah siap menggunakan tubuhnya untuk latihan kita hari ini. Benar-benar anak yang baik, bukan begitu Xiao Chen?!", ucap dari pemilik suara yang sangat di benci oleh Xiao Chen.
Xiao Chen menggertakkan giginya karena merasa kesal, namun ia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa menundukkan kepalanya dan terus berjalan kedepan. Akan tetapi, sikapnya itu justru menjadi boomerang.
"Ck, apa yang kalian tunggu! Tangkap bocah sialan itu untukku! Aku akan baik-baik mengajarinya, siapa orang yang ingin diabaikan ini!" ucap sang pemilik suara yang tak lain adalah Yan Cao, anak Pemimpin Kota.
Ia yang merasa terhina akan sikap sok cuek dari Xiao Chen itu, terlebih lagi disaat banyak mata yang menyaksikan. Mana mungkin melepaskan Xiao Chen yang dianggapnya remeh begitu saja. Tentunya, ia mulai menggerakkan para antek-antek setianya untuk menangkap Xiao Chen.
Dan Ketiga bawahan Yan Cao itu dengan sigap menangkap Xiao Chen. Lantaran, mereka takut pada Yan Cao yang basis kultivasinya lebih tinggi diatas mereka. Jika saja Yan Cao menyerang mereka karena kesal, mungkin saja mereka akan segera bertemu dengan Raja Neraka.
Setelah berhasil menangkap Xiao Chen, mereka pun tersenyum sinis. Tentunya, makna dibalik senyuman itu Xiao Chen sudah tahu. Pasti ketiganya sedang merencanakan sesuatu yang buruk pada dirinya lagi! Xiao Chen pun menatap ketiganya dengan sinis.
"Menyingkirlah dari hadapanku!", pekik Xiao Chen penuh kesal.
Tentunya, perkataan Xiao Chen yang ketus itu membuat ketiganya kesal bukan main. Lantaran manusia remeh itu, ternyata telah berani melawan. Tanpa berpikir panjang, mereka bertiga pun menendang Xiao Chen hingga, Xiao Chen terhempas kebelakang.
Bukkk!!
Setelah Xiao Chen terbaring di tanah karena tendangan yang dilakukan oleh mereka, Yan Cao segera mendekati Xiao Chen dengan senyum penuh kemenangan.
"Mana sifat aroganmu tadi? " Yan Cao berkata dengan puas melihat Xiao Chen yang sudah terbaring.
Orang-orang yang melihat diskriminasi itu hanya diam saja tanpa niat untuk membela, lantaran mereka takut bila ikut campur itu bisa menjadi masalah yang merepotkan. Terlebih lagi, anak Pemimpin Kota ini terkenal pendendam dan buruk perangainya.
Kemudian, Yan Cao meraih pergelangan tangan Xiao Chen, lalu mengangkat tubuhnya dan memukul dadanya, hingga dia memuntahkan seteguk darah segar dari mulutnya.
Phuftttt!!!
Tak cukup sampai disana, Yan Cao memanggil para bawahannya lalu berkata, "Kalian pegang dia untukku!".
Ketiga bawahannya mengangguk mengerti dengan apa yang akan dilakukan oleh Yan Cao. Mereka bertiga masing-masing memegang tubuh Xiao Chen, satu orang memegang tangan kiri Xiao Chen, satu lagi memegang tangan kanan Xiao Chen dan orang terakhir, menggunakan kedua tangannya untuk menahan erat kedua bahu Xiao Chen.
Melihat Xiao Chen yang sepertinya sudah pasrah dan siap untuk dipukul, membuat Yan Cao merasa jijik untuk mengotori tangannya. Namun, terlintas pula dipikirannya untuk lebih baik menendang Xiao Chen.
Bukkk!!
Bukkk!!
Bukkk!!
Setelah merasa puas menendang Xiao Chen, senyum cerah seketika terlihat dari wajah Yan Cao.
"Bagaimana, apakah kau sudah tahu apa kesalahanmu!!", ujar Yan Cao mengangkat dagu Xiao Chen untuk memastikan wajahnya sudah pucat pasi dan tampak menyedihkan.
Xiao Chen yang hanya manusia biasa itu, diperlukan bak seekor binatang yang hina. Ia yang tak sanggup menahan pukulan dan tendangan yang diluncurkan oleh Yan Cao, yang merupakan seorang kultivator, perlahan buram pandangannya.
✊🙂
😌
🗿🗿/Facepalm/