Rena Agnesia merasa sial saat tertimpa musibah, namun takdir itu mengantarkannya bertemu Jojo Ariando, pangeran tampan yang membuat hatinya meleleh.
Rena menjalin cinta jarak jauh dengan Jojo, seorang pria tampan nan dingin yang dikelilingi banyak wanita karena talentanya dalam pengobatan herbal.
Akankah mereka bersatu setelah konflik yang terus menghalangi cinta mereka? Mampukah Jojo memantapkan pilihan hati ke sosok Rena Agnesia di saat seorang rival berat hadir membayangi?
Saksikan romansa mereka hingga puncak manis yang didamba setiap insan di dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mardi Raharjo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1. Kisah Berawal
"Hai dear", Rena menyapa lelaki dingin yang dipacarinya beberapa tahun yang lalu.
"Hm", cuma itu yang keluar dari mulut Jojo, seorang ahli pengobatan yang berbeda usia 8 tahun dengan Rena.
"Ih, ngga so sweet. Panggil lagi dong, sayang, ay, atau babe?", ucap Rena mendayu-dayu di telepon. Suara perempuan ini terdengar layaknya penyiar radio profesional yang enak didengar.
"Ehm ehm. Iya ay", sahut Jojo setelah berdehem. Pria ini begitu pemalu. Bahkan jalan berdua pun, ia malu dilihat banyak lawan jenis. Hanya Rena Agnesia yang nekad mendekati pria sedingin Jojo Ariando.
"Ih, so sweet. Mmmmuuuah. Makin kangen sama kamu dear. Kapan pulang ke Liman?", Rena dan Jojo sering terpisah jarak karena Jojo harus mengadakan seminar pelatihan herbalis di beberapa kota setiap tahunnya.
"Iya, ehm, muah", balas Jojo tanpa menjelaskan kapan dirinya bisa pulang menemui Rena.
"Dear, kamu, kapan meminangku? Apa kamu tidak ingin segera menjadi suamiku?", Rena awalnya tidak terlalu masalah dengan hubungan jarak jauh. Namun, setelah tahu fans page Jojo Ariando mencapai 1 juta dan 80% nya wanita, tentu Rena merasa panik dan posesif.
Bagaimana tidak, Jojo Ariando memang hanya mentor herbalis dengan pendapatan tak menentu. Meski begitu, wajah dan kharisma dalam pembawaannya, membuat lawan jenis acapkali terpikat. Ditambah senyum yang selalu ditebar Jojo dengan dalih sunah. Entah itu benar atau hanya kedok saja, Rena tak tahu niat Jojo sebenarnya.
"Ya, nanti ya Ay. Em, ini aku sudah mulai acara. Sampai jumpa", ucap Jojo yang mengakhiri panggilan tanpa menunggu jawaban Rena.
"Iih", geram Rena sembari melempar teleponnya ke kasur. Pria itu selalu seenaknya mengakhiri panggilan tanpa menunggu respon Rena.
"Sebenarnya dia cinta apa engga sih kepadaku?", gerutu Rena, memanyunkan bibir.
Gadis itu teringat saat pertama kali bertemu Jojo, tepatnya empat tahun lalu di sebuah kecelakaan beruntun.
"Kamu tidak apa-apa?", tanya seorang pria sembari menempelkan telapak tangannya ke lutut Rena.
Bukannya menjawab, Rena malah terpana melihat paras Jojo yang rupawan.
"Pangeran tampan", batin Rena tanpa mengalihkan pandangan atau sekedar mengedipkan mata. Sejenak bahkan ia lupa kalau kakinya sedang terluka.
Segera, Jojo melambaikan tangannya di depan wajah Rena sembari mengulangi pertanyaannya.
Kecelakaan itu melibatkan truk bermuatan pasir yang mengalami rem blong di area padat kendaraan. Rena yang tengah berjalan di trotoar pun terpental ke halaman rumah Jojo akibat ditabrak mobil di belakangnya. Untung saja tubuhnya tersangkut di kerimbunan tanaman cabai.
Jojo pun bergegas keluar dan melihat kecelakaan maut di depan rumahnya. Ia berinisiatif menolong korban terdekat, Rena lah orangnya.
"Kamu tak apa-apa?", tanya Jojo dengan wajah penuh perhatian.
"Eng, engga apa-apa kok mas", jawab Rena gugup. Lututnya terluka, sedikit terbuka karena sayatan pagar rumah Jojo.
"Boleh kugendong ke dalam? Obatnya ada di dalam. Apa kubawa saja ke sini?", nampak Jojo juga salah tingkah karena terus ditatap Rena tanpa berkedip.
"Terserah mas. Em, saya Rena", ucap gadis itu masih sempat-sempatnya memperkenalkan diri di saat darurat. Namun baginya, ini bukan darurat, tapi kesempatan langka.
Jojo terdiam sejenak, mencoba menelaah.
"Apa kepala gadis ini bermasalah?", batin Jojo sembari memperhatikan kepala Rena yang nyatanya tidak terluka sedikit pun.
Tanpa banyak bicara, Jojo menggendong Rena ke sofa di teras rumah. Segera ia menangani luka dengan disinfeksi dan membalutnya agar perdarahan berhenti sekaligus mencegah masuknya virus dan bakteri ke dalam luka.
Selama perawatan, Rena tidak fokus ke lukanya, ia malah asyik memandangi wajah Jojo yang begitu menawan.
"Na! Rena!", pekik bu Sri Lestari, ibunda Rena yang telah memanggilnya berulang kali. Namun Rena malah asyik bernostalgia akan saat pertama kali dia bertemu pangeran tampan penyelamat dirinya dari kecelakaan.