Mengisahkan tentang persahabatan tiga gadis yang bertemu dimasa putih abu-abu.
Sebuah kisah manis namun penuh luka diawalnya yang dimulai dari seorang Aisha Yuna, seorang anak dari pemilik toko bunga dengan Arga Bimantara yang merupakan teman satu sekolahnya.
Yuna memiliki dua sahabat berbeda karakter dengannya tapi mereka bertiga saling melengkapi satu sama lain dan juga memiliki kisah yang berliku.
karakter tokoh:
Yuna si gadis lembut dan kalem tapi juga mandiri serta kuat. Pemilik sebuah toko bunga yang ia rintis sendiri sejak masa perkuliahan.
Indri si tomboy yang selalu bisa melindungi dua sahabatnya. Seorang penulis artikel yang bekerja di kantor media milik keluarganya.
Riana perpaduan antara kalem dan tomboy. Seorang designer dan pemilik butik.
Ketiganya memiliki cerita yang berbeda, mulai dari karir, keluarga dan kisah percintaan yang tidaklah mulus.
Yuk simak kisah mereka....?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon neng_86, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
First Meet
Pagi yang cerah di tahun 2013....
Ting...ting....
Semua murid berhamburan keluar kelas karena jam pelajaran ke ketiga telah berakhir. Ada yang lari kekantin karena kelaparan, ada yang lari ke lapangan ingin berolahraga atau kekelas lain untuk menemui gebetan.
"Indri... aku ke perpus bentar ya... mau pinjam buku buat tugas kita..."
Pamit seorang gadis berambut sebahu yang langsung berlari menuju gedung perpustakaan yang terletak di sebelah selatan gedung belajar mengajar.
Bugh....
"Aduh... sakit..."
Ia meraba b*k*ngnya yang sakit akibat terjatuh karena telah menabrak seseorang yang berjalan dari arah berlawanan darinya.
"Yuna... kamu itu kebiasaan banget lari-lari di lorong kelas. Apa nggak bisa jalan pelan-pelan... ??" hardik seorang gadis yang berdiri disamping cowok yang Yuna tabrak.
Yuna nama gadis berambut sebahu itu hanya membalas dengan tatapan sengit dan mengdumel.
"Desi... yang aku tabrak bukan kamu, kenapa kamu yang marah..." kesal Yuna.
"Kamu...!!"
"Sudah Des... Saya nggak pa-pa... Ayo cepat, kita sudah ditunggu Pak Amir di lab Biologi..." lerai laki-laki yang ditabrak oleh Yuna.
Desi mengikuti langkah laki-laki tinggi itu dan menoleh kebelakang dimana Yuna berdiri. Menatap Yuna dengan senyum mengejek.
Yuna bukannya kesal, ia menjulurkan lidahnya kearah Desi dan berjalan menuju perpustakaan tempat awal yang ingin ia tuju.
"Caper banget sih si centil itu... Eh... tapi dia siapa...??? kok aku baru lihat dia...???" Yuna bermonolog pada dirinya sendiri.
"Au ah..." ia mengedikkan bahu tak perduli.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Ting....tiing....
Bel pelajaran terakhir berbunyi panjang menandakan aktivitas belajar mengajar telah usai untuk hari ini.
Murid-murid berhamburan keluar kelas.
"Aku duluan ya... bye...semua..." pamit Yuna pada rekan-rekan nya di kelas 3 jurusan bahasa.
"Mau kemana say... Buru-buru amat..." cegah Riana teman sebangku Yuna.
"Mau bantu bunda... Hari ini ada banyak bunga yang masuk plus aku juga ada orderan buat buket mawar. Ada yang order buat kejutan untuk tunangannya..... Duluan ya..." pamit Yuna bergegas dengan senyum cerah yang selalu menghiasi bibirnya.
Lagi-lagi gadis itu berlari dan lagi-lagi ia menabrak murid laki-laki yang sama.
Yuna mengusap keningnya yang terbentur punggung tinggi laki-laki itu.
Laki-laki itu berbalik.
"Sepertinya kamu memang punya hobi nabrak orang ya.... Satu hari ini kamu sudah nabrak saya dua kali... Apa akan ada yang ketiga kali nantinya..." kata anak laki-laki tersebut. Bukan kesal hanya heran dengan kebiasaan gadis itu.
Yuna hanya nyengir kuda sambil mengusap dahinya.
"Aku minta maaf... Buru-buru soalnya..." alasan Yuna.
Laki-laki itu hanya menghela nafas. Mau marah juga tak bisa. Ia sudah terhipnotis oleh senyum manis Yuna.
"Arga...." panggil murid laki-laki lain yang mungkin rekannya.
"Woi... Yuna si tukang kembang... Ngapain lo goda sohib gua... Naksir lo..." hardik laki-laki yang sedang memegang bola basketnya.
"Heh... jangkrik sawah... !!! Sembarang mulut lo... Brisik tahu..." balas Yuna.
"Enak aja gua dikatain jangkrik sawah. Nama gua cakep gini sembarangan lo ganti. Panggil gua babang Heru... H-E-R-U... Paham lo...!!!!" kesal laki-laki yang mengeja namanya sendiri.
"Bodo...!!" kesal Yuna. Ia tak perduli pada laki-laki yang bernama Heru itu.
"Sekali lagi maafin aku... Nggak sengaja dan nggak akan ada tabrakan yang ke tiga. Aku jamin... Arga... ok... bye...." kata Yuna sambil membaca nama laki-laki yang hanya tersenyum melihat dia bertengkar dengan rekannya.
Yuna segera berlari mengambil sepedanya dan meninggalkan pekarangan sekolah untuk menuju toko bunga yang sekaligus rumah milik keluarganya.
Arga memandang Yuna dengan senyum kecil.
"Oi... malah senyam senyum lo... Jangan bilang lo naksir sama si Yuna anak bahasa itu. Jika ia... wah kacau.... Lo nurunin standar cewek idaman namanya bro..." Heru menepuk pundak Arga yang lebih tinggi sedikit dari nya.
"Gosip aja terus Her... sini bolanya..." Arga merebut bola basket dari tangan Heru dan mendribble hingga ke lapangan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Yuna's Florist
"Bun... bunga krisannya mau diletak dimana.... ??" tanya Yuna pada bundanya yang masih sibuk menghitung stok barang yang baru sampai.
"Diletak dekat pojok aja Yun... gabung sama teman-temannya...." tunjuk bunda kearah sudut toko.
Yuna berjalan kearah yang ditunjuk oleh bunda.
"Hah... capek banget..."
Yuna menghempaskan b*k*ngnya duduk dekat bunda.
"Kamu kalau lelah istirahat sana. Kan ada mbak Sri dan Danang yang bantuin bunda..." ucap bunda pada anak gadis satu-satunya sambil membantu menghapus keringat di dahi Yuna.
"Nggak ah... Yuna mau disini lihat bunda dan menghirup wangi bunga yang bikin hati tentram dan nyaman..." sahut Yuna.
"Terserah kamu deh..."
Bunda kembali melanjutkan pekerjaannya.
"Permisi..." sapa seorang pelanggan yang masuk.
"Ya... tunggu..." Yuna berjalan cepat kearah depan toko.
Gadis itu menatap tak percaya pada apa yang sedang ia lihat didepan matanya.
"Arga...??"
"Hai..." Arga melambai ke arah Yuna. Ia juga sama kagetnya dengan Yuna. Tak menyangka mereka bertemu lagi diluar sekolah.
"Ada apa... ?? Eh maksud aku perlu apa...??? Mau beli bunga buat gebetan ya....??" tanya Yuna sok tahu.
Arga melambai " Bukan... saya mau ambil pesanan bunga mawar atas nama Dewa Bimantara, apa sudah selesai....?" ralat Arga segera agar gadis didepanya tidak salah paham.
Yuna hanya beroh ria dan bergegas mengambil buket bunga yang tadi telah selesai ia rangkai dibantu oleh karyawan bunda, mbak Sri.
"Ini... Hati-hati..." Yuna menyerahkan buket ketangan Arga.
"Terima kasih... Sudah dibayarkan????..." ucap Arga mengambil buket pesanan kakaknya.
"Sudah... sudah lunas kok..." sahut Yuna.
"Oh... ok... Terima kasih ya..." kata Arga sambil berjalan keluar dari toko. Namun langkahnya terhenti oleh pertanyaan Yuna.
"Eh... tunggu... Kamu murid baru di SMA BINA BANGSA ya... Kok aku nggak pernah lihat kamu sebelumnya..." tanya Yuna penasaran.
Arga mengangguk. "Saya murid pindahan dari Bandung. Sudah hampir dua minggu ini... " jelas Arga.
"Sudah selama itu ya.... he...he.. Aku baru masuk sekolah sih, kemarin sempat libur karena masuk rumah sakit kena DBD.... Baiklah... Makasih ya... moga suka dengan buketnya...." kata Yuna yang seenaknya saja setelah rasa penasarannya terpenuhi.
Arga lalu bergegas menuju mobil SUV yang terparkir di depan halaman toko bunga milik keluarga Yuna.
"Kok lama Ga... Mas pikir belum selesai...." tanya pria matang yang baru selesai menelpon.
"Lain kali mas Dewa yang ambil sendiri kalau mau cepat..." kesal Arga yang memang selalu bertengkar dengan sang kakak.
" Baiklah adikku... Maaf ya... Dan terima kasih..."
Dewa lantas menghidupkan mobil dan meninggalkan parkiran. Ia hanya geleng-geleng kepala melihat wajah kesal sang adik yang beda delapan tahun dibawahnya.
"Itu toko bunga langganan Mama. Jadi nanti kalau beliau minta tolong ambil pesanan ya disini. Kamu harus ingat jalannya... Belokan simpang pertama ya... Nanti kalau mas sudah nikah, kamu yang akan bantu Mama..."
Arga hanya diam. Ia tak menyahut atau membantah ucapan sang kakak.
Dewa menoleh ke arah adiknya. "Jangan kesal lagi... Kamu juga kalau tinggal di Bandung nggak punya siapa-siapa disana. Papa sibuk dengan keluarga barunya. Heran... udah tua masih juga mau punya bayi. Jatuhnya itu udah kayak cucunya bukan anaknya..." kesal Dewa pada sang Papa.
"Terserah merekalah mas.... Papakan punya jiwa muda. Dan kalau nanti kita udah berkeluarga semua, beliau tidak akan kesepian. Kan ada anaknya yang jaga..." sahut Arga malas-malasan.
Dewa menoleh pada Arga. Sejak orang tuanya berpisah, Arga lebih memilih ikut dengan sang Papa yang tinggal di Bandung bersama keluarga barunya.
Alasan Arga satu, tidak ingin membuat Papa bersedih dan kesepian. Tapi pada kenyataanya, Arga lah yang selama ini kesepian. Dan oleh karena itulah Mama mereka berusaha membujuk agar Arga mau tinggal bersama dengannya kembali. Beruntung Arga menyetujui usulan itu.
Bersambung....
terima kasih masukannya...