Seorang penjual keliling bernama Raka, yang punya jiwa petualang dan tidak takut melanggar aturan, menemukan sebuah alat kuno yang bisa membawanya ke berbagai dimensi. Tidak sengaja, ia bertemu dengan seorang putri dari dimensi sihir bernama Aluna, yang kabur dari kerajaan karena dijodohkan dengan pangeran yang tidak ia cintai.
Raka dan Aluna, dengan kepribadian yang bertolak belakang—Raka yang konyol dan selalu berpikir pendek, sementara Aluna yang cerdas namun sering gugup dalam situasi berbahaya—mulai berpetualang bersama. Mereka mencari cara untuk menghindari pengejaran dari para pemburu dimensi yang ingin menangkap mereka.
Hal tersebut membuat mereka mengalami banyak hal seperti bertemu dengan makhluk makhluk aneh dan kejadian kejadian berbahaya lainnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zoreyum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Pertama Dengan Pangeran
Wanita misterius itu memandang Pangeran Radit dan Rudolf dengan tatapan tajam, jelas mempertimbangkan langkah selanjutnya. Radit, yang masih merasa sedikit bingung dengan seluruh situasi ini, mencoba mempertahankan keberanian, meskipun jantungnya berdebar kencang.
"Apa maksudmu, 'keberanian bodoh'?" tanya Radit dengan nada yang mencoba tegar. "Aku mungkin bukan pahlawan dalam cerita-cerita, tapi aku datang ke sini untuk menyelesaikan masalah ini."
Wanita itu menggelengkan kepala dengan sedikit tawa sinis. "Kau tidak akan bisa menemukan Aluna hanya dengan keberanian. Jejak magisnya tidak akan mudah diikuti, dan tempat yang kau tuju—dimensi tempat dia berada—bukanlah tempat yang bisa diakses oleh sembarang orang."
Radit membuka mulutnya, hendak membalas, tetapi Rudolf dengan cepat mengangkat tangan untuk menenangkan tuannya. "Yang Mulia, kita harus mendengarkan apa yang dia katakan. Mungkin dia tahu di mana Putri Aluna dan bagaimana cara menemukannya."
Wanita itu menghela napas, tampak tak sabar. "Aku memang tahu di mana dia berada. Putri Aluna dan seorang pria sedang berada di dimensi yang sangat sulit diakses oleh siapapun tanpa bantuan magis tingkat tinggi."
Radit terdiam sejenak, matanya membesar. "Seorang pria? Apa maksudmu... dia tidak sendiri? Siapa pria itu?"
"Namanya Raka," jawab wanita itu dengan nada serius. "Dia memegang Kunci Dimensi. Mereka berdua sedang dalam pelarian dan mencoba mencari cara untuk mengendalikan alat itu."
Radit memicingkan matanya, merasa ada sesuatu yang ganjil dalam situasi ini. "Tunggu… pria ini, Raka, dia apa? Penyihir? Pejuang? Kenapa dia bersama Aluna?"
Wanita itu melirik Radit dengan tajam. "Raka bukan penyihir, bukan juga pejuang. Dia hanya seorang penjual keliling. Tapi dia terpilih oleh Kunci Dimensi, dan sekarang takdirnya terhubung dengan Aluna."
Radit mendengarkan dengan wajah terkejut dan kebingungan. "Penjual keliling? Dia hanya seorang pedagang? Dan dia bersama Aluna? Ini... tidak masuk akal!"
Rudolf, yang selalu lebih bijaksana dan tenang, mengangguk pelan. "Kita harus menghormati setiap takdir yang terjadi, Yang Mulia. Bahkan jika Raka hanyalah penjual keliling, dia tampaknya memiliki peran penting dalam melindungi Putri Aluna."
Radit merasa gelisah. "Aku harus menemui Aluna. Aku harus bicara dengannya, tahu apa yang terjadi, dan... pastikan dia baik-baik saja."
Wanita itu mengangguk. "Aku bisa membawamu ke tempat mereka, tapi itu bukan perjalanan yang mudah. Dimensi tempat mereka berada sangat berbeda dari sini. Jika kau benar-benar ingin bertemu Putri Aluna, kau harus siap menghadapi apapun."
Radit, meskipun sedikit cemas, mengangkat dagunya dan berbicara dengan suara mantap. "Aku siap. Bawalah aku ke sana. Aku harus bertemu dengannya."
Wanita itu tersenyum tipis. "Baiklah. Tapi ingat, kau mungkin tidak suka apa yang akan kau temukan di sana."
Dengan satu gerakan tangan, wanita itu mulai merapalkan mantra yang rumit. Cahaya biru mulai memancar dari tongkatnya, menciptakan lingkaran sihir di tanah di sekeliling Radit dan Rudolf. Udara di sekitar mereka mulai bergetar, dan Radit merasakan sensasi aneh di perutnya, seperti sedang berada di tengah-tengah badai yang tak terlihat.
"Apa... apa yang sedang terjadi?" Radit bertanya dengan nada cemas.
"Tenang, Yang Mulia," jawab Rudolf sambil menatap lingkaran sihir itu. "Ini adalah portal antar dimensi. Bersiaplah."
Cahaya semakin terang, dan dalam sekejap, mereka berdua tersedot ke dalam portal, meninggalkan hutan Kerajaan Eldar di belakang mereka. Sensasi berputar di sekeliling mereka seolah-olah waktu dan ruang terlipat menjadi satu, membuat Radit hampir kehilangan keseimbangan. Namun, hanya dalam hitungan detik, semuanya berhenti.
Mereka tiba di dimensi yang sama sekali berbeda.
---
Di dimensi lain, Raka dan Aluna baru saja mendarat di sebuah dataran tinggi yang diselimuti kabut tebal. Pohon-pohon di sekitar mereka tampak membentuk siluet-siluet aneh, dan angin dingin yang bertiup terasa menusuk kulit.
Raka menggigil sedikit, menarik jubahnya lebih erat. "Ini... ini bukan tempat yang menyenangkan, ya? Tempat ini terasa sangat... magis."
Aluna memandang sekeliling dengan penuh kewaspadaan. "Ini adalah dimensi sihir kuno. Tempat ini penuh dengan kekuatan magis yang sangat kuat. Kita harus berhati-hati."
Fluffernox melompat dari bahu Raka dan berlari ke depan, mengejar sesuatu yang hanya bisa dia lihat. Raka tertawa kecil, meskipun masih merasa sedikit gugup. "Fluffy sepertinya tidak peduli soal sihir kuno. Dia cuma ingin bermain."
Aluna tersenyum tipis. "Makhluk itu punya energi yang unik. Mungkin dia bisa merasakan sesuatu yang kita tidak bisa."
Raka mengangguk, lalu melihat alat dimensi di tangannya. "Jadi, kita sekarang di sini. Apa yang harus kita lakukan?"
Sebelum Aluna bisa menjawab, tiba-tiba sebuah cahaya biru terang muncul di depan mereka, seperti kilatan petir yang muncul dari tanah. Aluna mundur satu langkah, mengangkat tangannya bersiap jika sesuatu yang berbahaya muncul.
Raka tertegun melihat fenomena itu. "Apa itu?"
Dari cahaya biru tersebut, Radit dan Rudolf muncul, berdiri di depan Raka dan Aluna dengan ekspresi penuh kejutan. Mata Radit langsung terpaku pada Aluna.
"Aluna!" teriak Radit dengan suara keras. "Aku akhirnya menemukanmu!"
Aluna, yang tadinya kaget dengan kemunculan tiba-tiba itu, langsung terdiam begitu mengenali sosok di depannya. "Radit...? Apa yang kau lakukan di sini?"
Raka, yang tidak tahu siapa Radit, dengan cepat berdiri di samping Aluna, matanya memandang penuh waspada. "Siapa mereka? Apa kau kenal dia, Aluna?"
Radit melangkah maju, matanya penuh emosi yang bercampur antara lega dan marah. "Tentu dia mengenalku! Aku tunangannya! Aku datang untuk membawanya pulang!"
Raka langsung membeku, matanya melebar. "T-tunangan? Tunggu, apa?!"
Aluna, meskipun terkejut, mencoba tetap tenang. "Radit, aku tidak menyangka kau akan sejauh ini mencariku. Tapi... aku tidak bisa pulang. Aku punya misi yang harus kuselesaikan di sini."
Radit, yang mendengar kata-kata Aluna, langsung memotong. "Misi apa? Kau kabur dari perjodohan kita dan sekarang kau ada di sini dengan... dengan pedagang ini?" Dia menuding ke arah Raka dengan bingung.
Raka, yang merasa tersinggung, mengangkat tangan seolah-olah hendak membela diri. "Hei, hei! Aku mungkin pedagang, tapi aku bukan sembarang pedagang, ya! Aku juga sudah menyelamatkan nyawa Aluna beberapa kali, kalau kau belum tahu."
Radit mendengus, wajahnya memerah karena marah dan malu. "Apa? Kau menyelamatkannya? Apa ini lelucon?"
Aluna segera berdiri di antara mereka, mencoba mencegah konflik lebih lanjut. "Radit, tenang. Ini bukan waktunya untuk berdebat. Aku ada di sini bukan karena ingin kabur darimu, tapi karena ada hal yang lebih besar yang harus kutangani."
Radit tampak bingung, matanya melirik dari Aluna ke Raka, lalu kembali ke Aluna. "Hal yang lebih besar? Maksudmu... tentang alat itu?"
Aluna mengangguk. "Kunci Dimensi yang dipegang Raka ini sangat berbahaya jika tidak dikendalikan. Aku harus menemukan cara untuk memahaminya, dan aku tidak bisa kembali sebelum itu selesai."
Rudolf, yang sejak tadi hanya memperhatikan, melangkah maju dan berbicara dengan nada lembut. "Yang Mulia, mungkin ada baiknya kita mendengarkan apa yang Putri Aluna ingin katakan. Tampaknya ini lebih rumit daripada yang kita duga."