NovelToon NovelToon
Ketulusan Hati

Ketulusan Hati

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / cintapertama / dosen / nikahmuda
Popularitas:38.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: desih nurani

Berwajah ayu dan selalu berpakaian syar'i , lemah lembut, taat beribadah dan penurut adalah sifat yang dimiliki oleh seorang gadis bernama Cut Dara Maristha, memiliki darah kental Aceh karena kedua orangtuanya berasal dari Aceh. Gadis pemilik senyuman indah, seindah bulan purnama.

Naas, sebuah kecelakaan mobil merubah hidup Dara tiga ratus delapan puluh persen. Sang pemilik mobil yang menabrak dirinya, meminta agar Dara menikahi suaminya sebagai permintaan terakhirnya. Pria yang memiliki sifat dingin dan sangat membenci wanita alim dan lembut karena masa lalunya.

Apakah Dara akan menerima permintaan terakhir itu? Tidak ada yang tahu rencana besar sang maha pencipta untuk makhluk ciptaannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon desih nurani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

17

Mungkin diam adalah satu-satunya cara untuk mengerti apa yang sebenarnya kamu inginkan.

...\~Cut Dara Maristha\~...

Sudah hampir sepuluh menit Dara tak kunjung keluar dari kamar mandi. Membuat lelaki bernama Arham mulai resah. Mata tajamnya itu terus tertuju pada daun pintu. Menunggu sang istri muncul.

Karena tak kunjung keluar, Arham berdecak kesal dan bangkit dari duduknya. Ia melangkah pasti menuju kamar mandi. Ingin memastikan istrinya baik-baik saja.

"Dara! apa kau bersemedi di dalam?" Seru Arham seraya menggedor pintu kamar mandi. Kemudian pintu itu pun terbuka, menampakkan wajah pucat istrinya. Dara menatap Arham sekilas, kemudian beranjak menuju brankar. Ia sangat lelah dan ingin segera tidur.

Arham yang merasa dikacangin pun merasa kesal. "Apa kau sudah tuli, Dara?"

Dara memejamkan matanya dan menarik selimut hingga menutupi setengah tubuhnya. Tentu saja hal itu semakin membuat Arham berang. Sebenarnya Dara bukan mengabaikan Arham, melainkan dirinya terlalu lemas untuk berdebat. Kepalanya juga terus berdenyut, tak memungkinkan untuknya banyak bicara.

Arham yang sudah sangat kesal karena merasa di abaikan pun segara menghampiri Dara. Lalu menarik selimut dari tubuh istrinya. Dara kembali membuka matanya, menatap Arham malas.

"Apa lagi yang Bapak mau? Dara mengantuk, Pak. Malam kemarin Bapak tidak membiarkan Dara untuk tidur. Jadi biarkan malam ini Dara tidur." Ujar Dara dengan nada lemah.

Arham mengeratkan rahangnya dan mencengkram lengan Dara. Dara pun meringis kesakitan. Lelaki itu sama sekali tak mengerti kondisinya saat ini.

"Sakit, Pak. Tolong jangan sakiti Dara terus." Dara terus meringis kesakitan. Tanganya yang lemah berusaha untuk melepaskan cengkaraman tangan Arham.

"Kau mengabaikanku, Dara. Apa kau berniat balas dendam huh?" Kesal Arham semakin mengeratkan cengkramanya. Dara pun menyerah, membiarkan Arham melakukan apa pun sesuka hatinya.

"Apa yang harus Dara katakan, Pak? Semua yang Dara katakan selalu salah di mata Bapak. Jadi apa perlu Dara menjawab pertanyaan Bapak tadi? Dara sendiri bingung, kenapa Bapak begitu membenci Dara? Dara sudah berusaha untuk menjadi istri yang baik. Tapi Bapak masih memandang Dara sebagai kesalahan."

Arham melepaskan cengkramannya. "Kau benar, sampai kapan pun kau tetap sebuah kesalahan di mataku, Dara." Sahut Arham langsung pergi meninggalkan Dara.

"Jika Dara merupakan sebuah kesalahan, kenapa Bapak menginginkan tubuh Dara? Kenapa, Pak?" Teriak Dara yang sudah tak tahan lagi. Arham yang hendak menggapai gagang pintu pun menahan pergerakkannya. Matanya terpejam rapat, pertanyaan yang Dara lontarkan bagaikan ribuan panah yang menghujam hatinya.

"Bahkan Dara masih mengingat dengan jelas ucapan Bapak malam tadi. Bapak akan memperlakukan Dara dengan lembut. Sampai Dara berpikir, Bapak mulai menerima kehadiran Dara di sini. Tapi semua itu salah, Bapak bersikap baik hanya karena menginginkan tubuh ini. Tubuh yang sering Bapak caci dan hina. Bahkan Dara tidak menolak Bapak menyentuh setiap lekuk tubuh yang hina ini. Karena Dara menghargai Bapak sebagai suami Dara." Timpal Dara mulai sesegukan. Dadanya terasa begitu sesak.

"Anggap saja itu bukan aku," ucap Arham dengan entengnya dan langsung meninggalkan Dara yang masih menangis sesegukan. Dara memukul dadanya yang terasa sakit, sakit yang amat dalam.

Apa sebaiknya aku pergi saja? Ya Allah, tolong berikan petunjukmu.

***

Tiga hari kemudian, Dara sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Karena kondisi tubuhnya yang lemah, Dara harus di rawat beberapa hari di rumah sakit. Dan saat ini ia sudah berada di rumah suaminya, berbaring di atas pembaringan dengan tatapan kosong. Sejak pertengkaran itu. Arham tidak pernah lagi bicara padanya.

"Assalamualaikum."

Dara tersentak kaget dan langsung melihat kearah pintu. Seketika matanya berbinar saat melihat keberadaan Bunda dan Mama mertuanya. Dara bangun dari posisinya dan bersandar di kepala ranjang. "Wa'alaikumusalam, Bunda, Mama."

"Gimana keadaan kamu, Sayang?" Tanya Hesti duduk di sebelah Dara. Sedangkan Zahra meletakkan buah-buahan yang dibawanya di atas nakas. Lalu ia pun mengambil buah jeruk dan mengupasnya.

"Udah mendingan, Ma. Cuma masih lemas aja." Jawab Dara dengan senyumannya yang khas. Zahra yang mendengar itu ikut duduk di sebelah putrinya. Lalu menyuapi buah jeruk yang sudah ia kupas. "Makan dulu buahnya."

"Bismillahirrahmanirrahim," ucap Dara menerima suapan sang Bunda. Dara tersenyum bahagia, ia memang sangat manja saat sedang sakit. Bahkan biasanya Zahra selalu memeluk Dara saat tidur.

"Arham belum pulang?" Tanya Hesti menatap wajah Dara yang sudah tak sepucat kemarin.

Dara menggelengkan kepalanya karena Arham memang belum pulang. Padahal hari sudah menjelang sore.

"Anak itu benar-benar keterlaluan, sudah tahu istri sedang sakit. Dia malah sibuk bekerja." Omel Hesti merasa kesal dengan sikap anaknya. Ia sangat malu pada besannya. Meski ia juga tahu, jika Arham masih belum bisa menerima Dara.

"Enggak papa kok, Ma. Pak Arham kan punya tanggung jawab di kampus. Dara juga udah baikan. Cuma butuh istirahat aja sebentar." Ujar Dara tersenyum pada mertuanya.

Hesti menghela napas sambil mengusap lengan Dara. "Sebenarnya Mama malu sama kamu, sikap Arham sama sekali tidak mencerminkan suami yang baik."

"Ma, jangan ngomong begitu. Dara memahami kondisi Pak Arham. Tanggung jawabnya bukan cuma Dara, banyak mahasiswa yang membutuhkan Pak Arham."

"Apa yang Dara katakan itu benar, Mbak. Arham kan seorang dosen, sudah kewajibannya untuk mengajar." Ujar Zahra ikut menimpali.

Hesti benar-benar malu, bahkan keluarga Dara masih menghargai profesi Arham. Sedangkan putranya sama sekali tak menghargai posisi Dara sebagai seorang istri. Sebagai seorang Ibu dan wanita, harga dirinya benar-benar terluka.

"Bunda, Adek mau makan soto buatan Bunda. Boleh ya?" Rengek Dara yang tiba-tiba sangat ingin makan soto buatan Zahra. Sudah beberapa hari Dara tidak selera makan, dan sekarang ia sangat menginginkan makanan itu. Zahra dan Hesti yang mendengar itu saling melempar pandangan.

"Kamu ngidam?" Tanya Hesti yang berhasil membuat Dara tersedak. Zahra pun langsung mengambil air putih di atas nakas dan memberikannya pada Dara.

Dara mengelus dadanya yang terasa sesak. Pertanyaan Hesti membuat jantungnya hendak melompat keluar.

"Dara tidak ngidam Ma, Bun. Dara cuma mau makan soto, udah beberapa hari Dara tidak selera makan. Memangnya kalau pengen soto harus orang ngidam aja ya?" Dara menatap Zahra dan Hesti bergantian.

"Ya enggak sih. Mama kira kamu beneran ngidam, kan seneng bisa cepat-cepat dapat cucu." Ujar Hesti tersenyum geli.

Dara tersenyum tipis mendengarnya. Tak pernah ada dalam bayangan jika dirinya hamil secepat ini. Ia juga sadar, Arham tak mungkin menerima anak itu jika ia benar-benar hadir sekarang. Tapi itu tak menutup kemungkinan bukan? Mereka sudah melakukan itu beberapa kali tanpa pengaman. Bisa saja kehamilan itu terjadi.

"Hey, kenapa melamun?" Dara tersentak saat Zahra menyentuh pundaknya. Dara pun menggeleng pelan.

"Ada saatnya kamu akan meraskan hal itu, Sayang. Lagian pernikahan kalian baru seumur jagung. Masih banyak waktu untuk sang jabang bayi hadir." Imbuh Zahra mengelus wajah putrinya. Dara pun kembali mengangguk dan tersenyum lebar.

"Bunda, waktu Bunda hamil Adek. Apa yang Bunda rasakan?" Tanya Dara sangat penasaran dengan pengalaman Bundanya.

"Banyak, waktu Bunda hamil kamu lebih ribet dari pada pas hamil Abang. Bunda selalu saja menyusahkan Ayah. Seperti ingin makan bakso pas subuh-subuh, bahkan yang paling parah bunda pengen banget makan dodol khas Aceh, tapi Ayah kamu yang harus buat sendiri. Kasihan banget kan? Tapi Ayah tidak pernah mengeluh dan selalu menuruti keinginan Bunda." Zahra bercerita dengan begitu semangat.

Berbeda dengan Dara, ia merasa sedih mendengarnya. Ternyata ia sudah menyusahkan Bundanya sejak masih dalam kandungan. Zahra yang melihat raut sedih di wajah putrinya pun merasa heran.

"Loh, kenapa sedih?" Tanya Zahra bingung.

Dara menatap sang Bunda begitu dalam, dan berhambur dalam pelukkannya. "Adek sudah membuat Bunda susah." Tangisan Dara pun pecah. Dan itu berhasil membuat Zahra dan Hesti terkejut.

"Siapa bilang kamu nyusahin Bunda? Itu namanya bukan menyusahkan, Sayang. Tapi nikmat yang harus di syukuri, karena tidak semua wanita bisa merasakan ngidam seperti itu." Jelas Zahra mengelus punggung Dara. Ia tersenyum geli dengan tingkah lucu putrinya.

"Bunda kamu benar, Sayang. Mama juga dulu seperti itu saat hamil Arham. Mama banyak ngidam ini itu, dan akhirnya Papa yang jadi korban. Dan itu kenangan yang tak mungkin bisa di lupakan." Timpal Hesti.

Dara yang mendengar itu menghentikan tangisannya. Digantikan dengan suara gemuruh yang berasal dari perutnya. "Bunda, Adek lapar. Mau makan soto."

Hesti dan Zahra pun tertawa bersamaan. Tingkah lucu Dara berhasil menggelitik hati mereka.

Zahra pun melerai pelukkan mereka. Lalu tersenyum sambil menatap wajah sembab putrinya. "Ya sudah, bunda ke dapur dulu. Bahannya ada kan?"

"Ada di kulkas, Bun. Pak Arham selalu sediain stok." Sahut Dara sambil mengusap jejak air matanya. Lalu Zahra pun langsung bergegas menuju dapur. Dan sekarang hanya ada Hesti dan Dara di sana.

"Dara?" Panggil Hesti menatap Dara begitu lekat.

"Iya Ma?" Dara pun balas menatap Hesti.

"Bagaimana dengan...." Hesti menghentikan ucapannya saat melihat Arham sudah berada di ambang pintu. Dara pun mengikuti arah tatapan Ibu mertuanya. Mata indahnya langsung bertemu dengan mata tajam milik Arham.

"Kamu baru pulang, Arham? Lalu meninggalkan istri yang sedang sakit sendirian di rumah. Dimana hati nurani kamu, Arham?" Seru Hesti menatap Arham begitu tajam. Hesti juga hendak bangun dari posisinya. Namun Dara langsung menahan lengannya.

"Ma, Pak Arham masih capek. Biarkan dia istirahat dulu." Sanggah Dara dengan lembut.

Arham yang mendengar itu bukan tersentuh, ia malah tersenyum masam sambil menatap Dara tajam.

"Aku tidak akan tersentuh dengan kata-kata lembut dan perhatian palsumu. Kau hanya menyusahkanku saja." Ungkap Arham sembari duduk di sofa. Dengan kedua kaki yang menyilang. Namun tatapanya masih tertuju untuk Dara.

Dara sama sekali tidak sakit hati dengan ungkapan Arham. Dan membalas itu dengan senyuman tulus.

"Arham! Kau...." untuk yang kedua kalinya Dara menahan Hesti untuk tidak meluapkan emosinya. Ia tidak mau terjadi keributan antara Arham dan Ibunya. Namun tanpa Dara sadari, Zahra sejak tadi berdiri di dekat pintu kamar. Mendengarkan semua ungkapan menyakitkan dari mulut Arham. Hati Zahra terluka, saat mengetahui kebenaran jika Arham begitu jahat pada Dara. Karena tak ingin memperkeruh suasana dan mempersulit putrinya. Zahra memilih untuk segera ke dapur. Mungkin ia akan membicarakan itu lain waktu.

1
Umi Maryam
ih aku ko benci banget yah ama org yg sombong ilmu tinggi jabatan di sen tapi ahlak maines ,kenapa ga kroscek dulu main di tnah org aja .
Ayu galih wulandari
Laki laki ,suami DZOLIM itu cocok buat kamu Arnold semoga kamu masuk neraka 😡😡
Ayu galih wulandari
manusia iblis alex 😜😜😜
Ayu galih wulandari: Maaf maksudnya Arnold manusia iblis itu kakaknya Alex ,mana ada kaka yg nyiksa adiknya 😭
total 1 replies
Ayu galih wulandari
Lanjuuut kak😘😘
Ayu galih wulandari
Lanjuuut kak🤗🤗😘😘😘😘
Ayu galih wulandari
Lanjuuut doong kak Author ,masak ceritanya bgt aja langsung end ke gantung kyk jemuran blm keriiing krg seruuu mana kita tahu kelanjutannya.Hayooo SEMANGAT DOONG kak ...💪💪💪💪💪
Gavra Ariella
Kecewa
Gavra Ariella
Buruk
Ayu galih wulandari
lanjuuut
dalla.dalla
gimane mau 'pulang',kan dia kagak tahu alamat lo udin...
Yanti86
Luar biasa
sharvik
aduh in tdk shrus y d lkukn arham . . jhat mu tdk ad obat y lg . .wlpun prank ttp kau jhat
sharvik
jd kesal dg dara trlalu mmpertahan kn khmilan y it . .
Ayu galih wulandari
Suatu saat Arham akan menyesal seumur hidupnya ,sdh ada bidadari tk bersayap dibrmhnya msh jahat ,arigon 😏😏
Anonymous
ok
sri Hartati_
untuk2 bagus bikin penasaran. Lanjuttt❤️
Ayu galih wulandari
😝😝😝 msh aja atigan si arkham
Ayu galih wulandari
Dara sakit krn Arkham bercocok tanam terus
Ayu galih wulandari
Giliran begini kyk orang bodoh su Arkhan
Ayu galih wulandari
Bagus alur ceritanya karyamu kak author Semangat...😍😍😍😍
Lsnjuuuut tentang anaknya Dara di Ara syantiik ...😘😘😘
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!