Pagi itu memiliki embun yang menetes tanpa harus diminta. Kebahagiaan itu memiliki arti ketulusan tanpa di rencanakan. Sama halnya hati yang memiliki cinta tanpa harus diminta meskipun terkadang menyakitkan.
Menerima perjodohan dari keluarganya untuk menikah dengan gus Hilal, yang memang laki-laki pertama dalam hidupnya, membuat Khalifa merasa bahagia.
Walaupun gus Hilal seorang duda, akan tetapi bagi Khalifa yang memang mencintai karena Allah, ia bersedia dan yakin akan sanggup menerima semua konsekuensi nya.
Namun pada malam pernikahan mereka, suaminya mengatakan dia hanya menganggapnya sebagai adik perempuan...
Khalifa mengerti bahwa Hilal masih belum melupakan mantan istrinya yang telah meninggal, mencoba untuk paham, akan tetapi masalah selalu datang silih berganti.
Bagaimana Khalifa melewati pernikahannya dengan ditemani seorang suami yang masih belum bisa melepaskan masa lalunya?
Sanggupkah Khalifa dengan tekat awalnya untuk tetap bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
...~Happy Reading~...
“Assalamualaikum .... Abi ... Umma, Khalifa pulang!”
Sorang gadis yang masih mengenakan sebuah seragam sekolah nya kini tengah berjalan menelusuri isi rumah untuk mencari kedua orang tuanya. Namun nihil, lelah ia mencari tidak menemukan siapapun. Bahkan, para pekerja yang biasanya selalu stand bye di rumah, kini juga tidak ada satu pun.
“Pada kemana sih? Tumben banget?” gadis itu bergumam sambil menaiki tangga satu persatu.
Dan, baru saja ia hendak membuka handle pintu kamar, tiba tiba ia sudah mendengar beberapa suara yang begitu riuh dari lantai bawah. Sepertinya sang ibu kini sudah kembali dari luar, pikir nya.
“Umma, ada apa?” tanya nya dari lantai dua sambil berpegangan pada tralis tangga karena sudah lelah untuk turun.
“Astagfirullah, Sayang kamu sudah pulang?” Wajah wanita yang sudah mulai terlihat menua itu terlihat begitu panik dan sedih, membuat gadis itu mengerutkan dahi nya.
“Baru aja Khalifah pulang, Umma darimana? Mbok sama Mbak juga pada gak ada, kenapa sepi sekali, Umma?” tanya nya lagi akan tetapi kini sambil menuruni tangga untuk menghampiri sang ibu.
“Umma dan yang lain nya ada di Ndalem.”
“Tumben? Apakah akan ada acara?” tanya Khalifa lagi. Gadis itu segera mencium punggung tangan ibu nya sekilas lalu kembali menatap wajah itu lagi.
“Astagfirullah, Umma belum kasih tahu. Ning Kirana sudah tidak ada, jadi kami—“
“Tunggu dulu!” Khalifa memotong perkataan ibu nya, “M—maksud Umma? Ning Kirana istrinya Gus Hilal? Dia—“ Gadis itu seketika langsung menutup mulut nya dengan kedua tangan nya.
“Iya Sayang. Umma baru mendengar kabar beberapa jam lalu dari Nyai Nila. Maka dari itu, Umma minta tolong ke mba dan mbok untuk bantu bantu ke Ndalem, karena sebentar lagi mungkin mereka akan segera datang.” Jelas umma Chila panjang lebar.
“Innalilahi wainnalilahi rojiun.”
“Sayang, kamu buruan mandi dan ganti baju gih, ikut Umma untuk ke Ndalem ya Sayang?”
“T—tapi Umma, tamu bulanan Khalifa masih ada. Khalifa tidak bisa ikut ke sana.” Gumam nya lirih, percayalah kini tubuh nya sudah bergetar. Bukan karena takut, hanya saja, ia masih tak percaya jika ia akan mendapatkan kabar duka seperti ini.
“Baiklah kalau begitu, kamu di rumah saja. Umma harus kembali ke sana lagi, kamu gapapa ya Sayang di rumah sendiri?” Khalifa menganggukkan kepala nya, menatap kepergian sang ibu yang kembali ke Ndalem untuk mengurus segala sesuatu di sana.
Tentu saja umma Chila yang akan mengurus semuanya, karena Nyai Nila kini masih berada di rumah sakit bersama Kiyai Abdul dan mungkin baru beberapa saat lagi mereka akan tiba di sana.
Menaiki tangga lagi dengan sangat perlahan, Khalifa kembali membayangkan beberapa waktu yang lalu, kapan terakhir kalinya ia bertemu dengan sosok ning Kirana. Wanita cantik yang begitu lembut dan baik hati, yang wajah nya selalu memancarkan cahaya yang begitu teduh, hingga membuat Khalifa sering kali merasa iri karena kecantikan dan juga kedewasaan nya.
Umur memang tidak ada yang bisa menebak, tapi sungguh Khalifa tidak menyangka jika umur wanita itu hanya akan sampai di sana. Ia teringat beberapa bulan yang lalu ia sempat bertemu dan mengobrol sebentar dengan wanita tersebut.
Dan dapat Khalifa simpulkan, bahwa ning Kirana di matanya memanglah sangat sempurna, dan itulah yang membuat nya merasa tidak pantas dan menguatkan hati untuk mundur dalam mencintai gus Hilal.
‘Ya Allah Skenario Mu memang sangatlah sulit untuk di tebak. Tapi untuk kali ini saja, hamba berharap semoga Nasha baik baik saja,’ gumam nya di dalam hati sebelum akhirnya ia memasuki kamar untuk segera berganti pakaian.
...~To be continue... ...
terimakasih untuk tulisan indah mu thor