Song Lin Qian adalah Seorang pangeran yang terasingkan sejak masih kecil, dia harus menjalani kehidupan yang keras di dunia luar untuk mencari tahu akan jati dirinya yang sebenarnya.
Dengan berbekalkan jepit rambut peninggalan mendiang sang ibu, Song Lin Qian yang diasuh oleh sepasang pendekar suami-istri akhirnya turun gunung, dan demi mengetahui akan siapa dirinya yang sesungguhnya, Song Lin Qian harus menghadapi banyak masalah di dalam pencariannya.
Akankah Song Lin Qian berhasil dalam pencariannya? Ikuti alur cerita yang berjudul "PANGERAN PENDEKAR NAGA" hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adicipto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pangeran Song Lin Qian
Di sebuah tanah yang kosong dimana hanya ada bebatuan dan tanah gersang yang cukup luas, terlihat ada dua pasukan yang sedang berbaris saling berhadap-hadapan dengan alat perang serta persenjataan yang lengkap.
Ratusan prajurit kedua belah pihak dipimpin oleh tiga Panglima di masing-masing kubu, dan dari pakaian yang dikenakan, mereka berdua jelas adalah dua pasukan berbeda Kerajaan yang siap untuk maju berperang.
Panglima tertinggi dari kedua belah pihak sedang duduk di atas kuda perkasanya memperhatikan barisan pasukan musuh sekaligus para panglimanya, begitu juga sebaliknya.
"Jangan ada yang takut sedikitpun! Untuk Kerajaan Qin kita, maju dan kalahkan Pasukan Kerajaan Song," kata seorang Panglima tertinggi yang bertubuh tegap yang sangat gagah dengan memegang sebilah golok panjang di tangan dan pedang yang masih tersarung di pinggangnya.
"Hidup Kerajaan Qin, hancurkan Kerajaan Song!" seru semua prajurit kerajaan Qin secara serempak.
Pasukan berpakain kuning hanya memperhatikan sorak semangat pasukan musuh di hadapannya, dan salah seorang panglima besar mereka memperhatikan semua itu sekaligus membaca situasinya.
"Panglima Lian, semua pasukan pemanah sudah bersiap untuk menunggu perintah," kata salah seorang Panglima satunya.
Sosok yang dipanggil Panglima Lian adalah seorang Panglima dari Kerajaan Song, tubuhnya sebanding dengan Panglima tertinggi Kerajaan Qin yang saat ini sedang menyemangati pasukannya, sedangkan senjatanya adalah Tombak berpita Kuning dan pedang yang ada di pinggangnya.
Pasukan Qin sudah mulai bergerak maju, dan yang ada di barisan depan adalah pasukan yang memiliki tameng pelindung, barisan kedua adalah pasukan pemanah, dan barisan ketiga adalah pasukan tempur biasa.
Ketiga barisan ini mulai maju untuk menentukan jarak panah mereka nantinya, dan jika Pasukan Song melepaskan panah, maka pasukan pelindung akan menggunakan tameng mereka untuk melindungi pasukan di belakangnya.
Di barisan paling belakang, masih ada barisan pasukan Qin yang belum bergerak yang terdiri dari pasukan tempur elit yang terdiri dari pasukan berkuda dan pasukan yang memiliki persenjataan serta baju tempur yang kokoh, belum lagi meriam bola api yang siap untuk di lepaskan kapanpun, ditambah dengan busur besar yang disebut dengan Busur Balista, busur besar itu akan digunakan untuk memanah pasukan berkuda musuh, dan di pihak Kerajaan Song juga memiliki Busur tersebut.
"Pasukan Pemanah! Hujani mereka dengan panah Api," kata Panglima Lian.
Pasukan pemanah segera maju ke barisan depan lalu mulai membakar anak panah yang sudah diberi kain serta minyak. Begitu Panglima Lian memberikan aba-aba, pasukan pemanah segera melepaskan anak panahnya ke arah pasukan musuh.
Langit seketika menjadi gelap oleh hujan ratusan anak panah api yang mulai menghujani pasukan Qin, walau ada pasukan perisai di depan yang mulai membuat formasi pelindung, namun tetap saja ada beberapa prajurit yang masih terkena anak panah itu, beberapa ada yang masih bisa bertahan, dan beberapa pasukan ada yang mati walau tubuhnya tidak terbakar.
"Pasukan Perisai, maju untuk memblokir serangan musuh," seru Panglima tertinggi Kerajaan Qin.
Para prajurit pelindung bergerak maju sekaligus memasang perisai mereka untuk melindungi diri serta pasukan yang ada di belakang mereka, tidak peduli terhadap serangan hujan panah yang terus menyerang, mereka tetap maju, tetap saja ada beberapa prajurit yang jatuh terkena panah, namun mereka tidak menghentikan langkah untuk terus bergerak.
"Barisan tiga maju!" seru Panglima Lian lalu para pasukan pemanah mundur dan digantikan oleh pasukan barisan ketiga yang semuanya mengenakan baju besi serta perisai sekaligus memegang tombak.
Pasukan barisan tiga adalah sebuah sebutan untuk pasukan pelindung sekaligus penyerang, pasukan ini yang akan lebih dulu melakukan serangan sekaligus bertahan, dan strategi ini baru pertama kali digunakan oleh Panglima Lian.
Kedua pasukan kini sudah sangat dekat, dan begitu keduanya berhadapan, pasukan barisan tiga sudah sangat hafal dengan strategi musuh, mereka semua segera menancapkan perisai mereka ke tanah, dan secara bersamaan pasukan musuh yang berada di barisan pasukan pelindung melepaskan tusukan Tombak.
Tusukan Tombak itu tentu tertahan oleh perisai pasukan Song, dan begitu tombak itu akan ditarik, para pasukan barisan kedua di belakang pasukan barisan tiga segera meraih tombak-tombak musuh lalu menariknya dengan sangat kuat sehingga menyebabkan pemilik tombak ikut ditarik keluar dari dalam perlindungan, dan pasukan barisan tiga segera menghujamkan tombak mereka ke tubuh pasukan Qin.
Pasukan Qin segera membalasnya, mereka membuka perisai lalu serangan anak panah mulai menghujani pasukan Song, dan setelah itu pasukan berkuda dari kedua belah pihak segera memasuki medan pertempuran.
Pertempuran sengit dari kedua belah pihak berlangsung selama setengah hari saja, dan dalam waktu setengah hari itu, pasukan Qin kehilangan lebih dari separuh pasukannya, sedangkan Pasukan Song hanya sedikit saja yang gugur.
Pertempuran itu yang tidak menguntungkan pasukan Qin akhirnya memilih untuk mundur, dan hasil dari pertempuran itu dimenangkan oleh pasukan Song.
Pasukan Song bersorak sorai atas kemenangan mereka, dan Panglima Lian yang mengalami luka ringan memerintahkan pasukan penjaga untuk membangun benteng, sedangkan dirinya bersama beberapa prajurit akan kembali ke Kerajaan untuk menyampaikan kabar kemenangan itu kepada Raja Song.
***
Kerajaan Song dan Kerajaan Qin adalah dua kerajaan yang menduduki daratan Barat. Berbeda halnya dengan daratan tengah serta daratan timur yang hanya memiliki satu pemerintahan saja.
Kerajaan Song adalah kerajaan pertama yang berdiri di Daratan Barat, dan setelah berdiri selama lebih dari 50 tahun, Kerajaan baru muncul yaitu Kerajaan Qin, dan kerajaan Qin sendiri di bangun oleh salah satu pejabat kerajaan Song yang membelot.
Anehnya Kerajaan Qin memiliki banyak dukungan sehingga dalam waktu kurang dari 10 tahun, Kerajaan Qin sudah memiliki pasukan yang cukup untuk menandingi kekuatan militer Kerajaan Song.
Hari ini Raja Song sedang berdiri di depan kamar salah satu selirnya yang akan melahirkan anak ketiga Sang Raja. Dengan cemas Raja Song mondar-mandir di depan kamar yang membuat para pengawal yang menemani Raja Song merasa Pusing melihat Raja Mereka yang tidak mau diam.
Sesekali Raja Song akan melihat ke pintu kamar kemudian kembali lagi berjalan kesana kemari dengan cemas, sedangkan di dalam kamar suara wanita yang sedang kesakitan berusaha sebisa mungkin untuk melahirkan bayinya.
"Tarik nafas dalam-dalam Putri, sebentar lagi akan segera keluar," kata seorang wanita tua yang membantu persalinan sang Selir Raja.
Wanita itu mengikuti apa yang wanita tua itu perintahkan, setelah dia menarik nafas dalam-dalam, sang Selir mencengkram kain bantal dengan erat sekaligus berteriak dengan sangat keras.
Tiba-tiba saja langit menjadi mendung, dan tepat saat sang Selir berteriak dan sekuat tenaga mendorong bayinya keluar dari rahimnya, disaat yang bersamaan, petir menyambar atap istana, dengan suara tangis bayi yang tertutup oleh suara Guntur yang membuat atap istana langsung hancur.
Semua pengawal Raja dan para prajurit jelas terkejut atas fenomena tersebut, sedangkan Raja Song sendiri yang mendengar suara tangis bayi setelah suara guntur berlalu langsung berhenti bergerak seraya menghadap ke arah Pintu kamar dengan perasaan tidak sabar untuk melihat anak ketiganya.
Hujan mulai turun dengan sangat deras, dan beberapa pasukan berusaha memperbaiki kembali atap istana yang bocor dengan mengganti atapnya, dan mereka rela hujan-hujanan demi memperbaiki atap istana yang hancur.
Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya pintu kamar terbuka, dan Wanita tua keluar dengan menggendong bayi mungil yang sudah dibersihkan serta membungkus tubuh bayi mungil itu dengan kain lembut dan juga hangat.
"Selamat Paduka, Putri Lin Fei melahirkan bayi laki-laki," kata wanita tua itu seraya mempersilahkan Raja Song untuk menggendong bayi tersebut.
Raut wajah Raja Song terlihat sangat senang setelah mengetahui jika anak ketiganya adalah laki-laki, dan bayi itu adalah anak laki-laki satu-satunya, sedangkan dua anak sebelumnya adalah perempuan.
Anak yang pertama bernama Song Lie Hua anak dengan sang Permaisuri, dan yang kedua bernama Song Xi Yifei anak dengan selir kedua, dan sekarang adalah bayi laki-laki.
Raja Song menimang bayi itu lalu wanita tua itu menjelaskan jika bayi ketiganya memiliki tanda lahir aneh di belakang punggungnya, gambar lingkaran merah sebesar ibu jari terukir di pundak sebelah kanan.
Raja Song segera memeriksanya dan dia menemukan tanda lahir tersebut, Raja Song sedikit bingung sebab jarang sekali ada tanda lahir sebuah gambar lingkaran yang sangat sempurna berwarna merah, biasanya tanda lahir berwarna biru kehitaman atau bahkan hitam pekat, dan tanda seperti itu sudah umum terlihat.
Hanya saja kali ini terlihat berbeda, walau Raja Song tidak mempermasalahkannya, setidaknya putranya lahir tanpa cacat sedikitpun, dan tanda lahir yang unik mungkin hanyalah sebuah tanda lahir biasa saja.
Raja Song berjalan menghampiri sang Selir yang masih terbaring lemah, dan Raja Song dengan penuh kebahagiaan berbicara kepada selir tersebut.
"Terima kasih Fei'er, kamu sudah memberikan harapan masa depan bagi kerajaan kita ini," kata Raja Song.
Selir yang memiliki nama Lin Fei hanya bisa tersenyum kemudian Raja Song keluar membawa bayi nya ke Aula Istana, Raja Song ingin semua orang mengetahui jika Sang Pewaris Kerajaan telah lahir.
Begitu Raja Song memasuki Aula Istana, semua petinggi Kerajaan segera berlutut seraya berseru, "Selamat atas lahirnya anak Paduka Raja yang ketiga, semoga Raja dan keluarga diberikan anugerah dan panjang umur," ucap semuanya yang ada di dalam Aula tersebut.
"Terima kasih! Hari ini adalah hari kebahagiaanku, karena hari ini telah lahir calon pewaris tahta Kerajaan ini, Putra Mahkota Kerajaan Song, aku memberikan nama putraku, Pangeran Song Lin Qian," kata Raja Song seraya mengangkat bayi itu tinggi-tinggi berharap para Dewa juga merestui lahirnya sang Putra Mahkota.
"Hidup Raja Song, hidup Pangeran Song Lin Qian!" seru semuanya yang masih berlutut.
Permaisuri dan dua selir lainnya memasuki Aula Istana bersama dua Putri Song, satu berusia 8 tahun yang bernama Song Lie Hua, dan satu berusia 4 tahun bernama Song Xi Yifei.
Setelah berada di sebelah Raja Song, Sang Permaisuri meminta bayi itu untuk dia gendong, dan Raja Song memberikannya.
"Song Lin Qian, lihatlah! Kelahiranmu di sambut dengan doa dan restu dari kami semua, semoga kelak kamu menjadi pria yang gagah dan bijak seperti ayah mu," kata Sang Permaisuri seraya mencium kening Song Lin Qian yang masih halus dan lembut.
Song Lie Hua dan Song Xi Yifei juga tidak sabar ingin melihat adik mereka, sedangkan kedua Selir di mana salah satunya juga sedang hamil hanya saling berpandangan, tatapan iri dan tidak senang mulai terlihat di raut wajah keduanya, hanya kedua Selir itu tidak berani untuk mengutarakan ketidak senangan mereka terhadap Bayi laki-laki itu.
Kedua selir itu bernama Yie Ling Yi, dia adalah ibu dari Song Xi Yifei, sedang yang sedang hamil bernama Lio Xiayi, lalu Sang Permaisuri bernama Wang Hua Yin.
"Apakah putra dari seorang pelayan berhak menjadi pewaris tahta Kerajaan ini? Lin Fei, lihat saja nanti apa yang akan aku perbuat pada anakmu dan juga dirimu," batin salah satu selir itu dengan saling melirik kepada selir satunya.
Diketahui jika Lin Fei sebelumnya adalah seorang pelayan yang datang dari desa kecil, Lin Fei memiliki paras wajah yang sangat cantik, dan ketika Song Guo Li atau Raja Song bertemu dengan Lin Fei yang sedang bekerja membersihkan kamar Permaisuri, Raja Song pun terpesona dan segera meminang Lin Fei, dan Lin Fei akhirnya menjadi Selir kedua setelah Yie Ling Yi.
Setelah Lin Fei menjadi selir kedua, Raja Song kembali meminang seorang putri dari salah satu bangsawan, dan putri tersebut bernama Lio Xiayi.
Kini Raja Song memiliki tiga Selir. Yie Ling Yi sendiri adalah putri seorang menteri, sehingga status derajat Yie Ling Yi dan Lio Xiayi seharusnya lebih tinggi daripada Lin Fei.
Berbeda halnya dengan Sang Permaisuri dimana Permaisuri sendiri adalah seorang Putri dari salah satu dari kerajaan yang menguasai wilayah Daratan Tengah, Sang Permaisuri statusnya jelas lebih tinggi dari semua selir-selir Raja Song, terlebih lagi Sang Permaisuri asal Istri sah sang Raja.
Seorang Raja hanya bisa memiliki satu istri yang sah saja, dan itu memang sudah menjadi aturan hukum tetap seluruh pemerintahan di seluruh belahan dunia, jika pemimpin atau Raja ingin menikah lagi, maka jalur pernikahannya sangat berbeda dan pastinya tidak bisa di panggil sebagai permaisuri, sebab kedudukannya sendiri sangatlah berbeda antara Permaisuri dan juga Selir.
Hanya demi bisa memiliki anak laki-laki, Raja Song telah menikahi tiga wanita, Raja Song tidak mempertimbangkan terlebih dahulu akan apa yang akan terjadi di masa depan jika sampai dia memiliki dua putra dari dua selir yang berbeda.
Mengingat masih ada satu selirnya yang lagi hamil 7 bulan, jadi masih belum diketahui bayi apa yang akan lahir dari selir yang ketiga itu, sedangkan Lio Xiayi yakin jika bayi yang dia kandung itu juga bayi laki-laki.
"Beritahu ke para Panglima yang berada di perbatasan untuk berhenti berperang selama dua hari, suruh ketiga Panglima membuat pertahanan saja, sebab selama dua hari ini aku tidak ingin ada peperangan, ini untuk menyambut kehadiran Song Lin Qian di Kerajaan ini," kata Raja Song.
Tiga prajurit segera membungkuk dan berjalan mundur setelah menerima titah Raja Song, namun baru saja mereka ingin berbalik, Panglima Lian pun muncul dan segera menemui Raja Song.
Panglima Lian bingung saat melihat semua petinggi Kerajaan yang hadir, namun dia segera mengacuhkan mereka semua dan lebih Fokus untuk berbicara kepada Sang Raja.
"Lian Bai memberi hormat kepada Yang Mulia dan Permaisuri!" kata Panglima Lian Bai yang langsung berlutut di hadapan Raja Song serta Permaisuri.
"Bangunlah Lian Bai," kata Raja Song.
"Terima kasih Yang Mulia! Hamba kembali dengan membawa berita kemenangan, Pasukan Qin berhasil kami usir dari wilayah perbatasan," kata Lian Bai.
"Owh, jadi kelahiran Song Lin Qian juga memberikan kemenangan untuk Kerajaan kita, bagus-bagus! Ini adalah pertanda yang baik," kata Raja Song yang menoleh ke arah Song Lin Qian yang berada di pangkuan Permaisuri.
Lian Bai kebingungan mendengarnya, dan saat melihat bayi di pangkuan Permaisuri, barulah dia mengerti dan segera mengucapkan selamat kepada Raja Song atas kelahiran putra nya.
"Karena hari ini adalah hari bahagia, kita akan mengadakan pesta untuk Pangeran Song Lin Qian," kata Raja Song sehingga semua yang ada disana sangat gembira dan Raja Song menyuruh para prajurit untuk menyebarkan acara pesta itu kepada seluruh Rakyatnya dan Raja Song akan membagi-bagikan sedekah untuk orang yang benar-benar sangat miskin.
Atas sikap dan perlakuan Raja Song yang terlalu berlebihan itu, kedua Selir Raja sama-sama memandang bayi di pangkuan Permaisuri dengan tatapan yang sangat tajam, niat buruk mereka semakin liar dan kedua selir itu sama-sama menganggukkan kepala mereka, keduanya seperti sepakat untuk merencanakan sesuatu kepada Song Lin Qian beserta dengan ibunya.