Amora Kiyoko, seorang gadis yatim piatu yang lembut hati, menjalani hidup penuh cobaan. Ia tinggal bersama bibinya, Tessa, dan sepupunya, Keyla, yang memperlakukannya dengan kejam.
Di tempat lain, Arhan Saskara, CEO muda PT Saskara Group, tengah menghadapi masalah di perusahaannya. Sikapnya yang dingin dan tegas membuat semua orang segan, kecuali sahabatnya, Galang Frederick.
Hari itu, ia ada pertemuan penting di sebuah restoran, tempat di mana Amora baru saja bekerja sebagai pelayan.
Namun, saat hendak menyajikan kopi untuk Arhan, Amora tanpa sengaja menumpahkannya ke tangan pria itu. Arhan meringis menahan sakit, sementara Galang memarahi Amora, "Kau ini bisa kerja atau tidak?!"
Penasaran kelanjutan cerita nya, yuk ikuti terus kisahnya, beri dukungan dan votenya🙏🏻😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Up 14
Arhan menatap ibunya tajam.
“Menyingkir dariku, Kinan!”
serunya sambil mendorong Kinanti hingga hampir terjatuh.
Rara berteriak. “ARHAN!”
Arhan melangkah menuju ruang kerjanya tanpa memedulikan mereka. “JANGAN ADA YANG MASUK KE RUANGANKU!” Terdengar suara pintu dibanting keras.
Rara menghampiri Kinanti yang terduduk di lantai. “Kinan, sayang, kamu gak apa-apa?”
Kinanti mencoba tersenyum meski air matanya mulai mengalir. “Aku gak apa-apa, Ma.”
Rara mengusap punggung Kinanti dengan lembut. “Sebentar lagi, Arhan akan seutuhnya menjadi milikmu. Wanita itu sudah pergi. Kamu hanya perlu bersabar.”
Kinanti mengangguk sambil mengusap air matanya. “Iya, Ma. Kinan akan buat Mas Arhan jatuh cinta sama Kinan, bagaimanapun caranya.”
•Di Jepang•
Amora memulai hidup barunya dengan bekerja di sebuah toko kecil di tengah kota. Meski sederhana, pekerjaan itu cukup untuk membiayai hidupnya selama tinggal di negeri sakura.
Sementara itu, Zeline duduk di kamarnya, memandangi ponselnya sambil termenung. Saat teleponnya berbunyi, ia segera mengangkatnya.
“Halo, dengan siapa ini?”
“Baru sebentar aja kamu lupa sama aku?” suara di seberang terdengar familiar.
“Amora! Ini beneran lo?”
“Iya, Zel. Masak sih suara aku gak dikenalin?”
Zeline tersenyum lega. “Ya gimana enggak, Ra? Udah sebulan lo gak ada kabar.”
“Maaf, Zel. Aku sibuk kerja.”
“Amora... Arhan...”
“Jangan bahas dia lagi.” Suara Amora terdengar tegas namun rapuh.
“Tapi, Ra—”
“Plis, Zel. Aku telepon kamu karena aku rindu, bukan untuk membahas yang lain.”
Zeline menarik napas panjang. “Iya, sorry. Oh ya, gimana kabar lo di sana?”
“Aku baik kok. Lo gimana? Masih single atau udah pacaran nih?”
Zeline tersenyum malu. “Emm... Gue pacaran sama Galang.”
“Galang ? Serius? Gimana ceritanya?”
°°Flashback°°
Galang mendekati Zeline yang tengah duduk sendirian di sudut taman, menangis tersedu-sedu. “Kenapa kamu menangis sendirian di sini?” tanyanya lembut.
Zeline hanya menangis tanpa menjawab.
Galang duduk di sampingnya. “Kalau kamu mau cerita, aku siap mendengarkan.”
Zeline akhirnya membuka suara. “Gue sedih,Gal. Sedih lihat kondisi Amora. Dia kehilangan Arhan, dan sekarang dia juga kehilangan calon anaknya.”
“Amora kehilangan anaknya?” Galang terkejut.
Zeline mengangguk, berusaha menahan tangis. “Iya. Setelah itu, dia pergi entah ke mana. Lo pasti udah tahu dari Arhan, kan?”
Galang menatap Zeline penuh iba. “Iya, aku tahu. Aku juga udah bantu nyari dia, tapi gak ada hasil. Amora seperti ditelan bumi.”
Zeline menunduk, menyembunyikan perasaan bersalahnya.
"Maaf, gue gak bisa jujur soal Amora."
Galang tiba-tiba mengeluarkan setangkai bunga dan menyerahkannya kepada Zeline.
“Ini buat kamu. Biar kamu gak sedih lagi.”
Zeline terkejut. “Bunga?”
“Iya. Dan, Zel, maaf kalau ini terkesan mendadak, tapi aku cinta sama kamu. Kamu mau jadi pacar aku?”
Zeline terdiam, kaget dengan pengakuan itu. “Lo serius? Gue cuma pelayan resto, Gal. Gue gak pantas jadi pacar lo.”
“Aku gak peduli. Aku cuma butuh jawaban, ya atau tidak.”
Zeline tersenyum kecil. “Ya. Gue mau.”
Amora terkekeh mendengar cerita Zeline. “So sweet banget sih! Tapi inget ya, Zel, jangan pernah kasih tahu Galang di mana aku sekarang.”
“Iya, Ra. Gue inget kok.”
“Ya udah, aku tutup dulu ya.”
“Iya, hati-hati di sana.”
Amora memutus sambungan telepon. Zeline menatap ponselnya sejenak, merasa lega namun tetap menyimpan rahasia besar yang hanya ia dan Amora yang tahu.
mohon dukungan like dan vote nya 🙏🏻😁