Hallo guyss ini novel aku tulis dari 2021 hehe tapi baru lanjut sekarang, yuks ikutin terus hehe.
Bagaimana jadinya jika seorang pria mengajak wanita tak dikenal membuat kesepakatan untuk menikah dengannya secara tiba tiba? ya itu terjadi dengan Laura dan Alva yang membuat kesepakatan agar keduanya menjadi suami istri kontrak, dalam pernikahan mereka banyak rintangan yang tak mudah mereka lewati namun dalam rintangan itulah keduanya dapat saling mengenal satu sama lain sehingga menimbulkan perasaan pada keduanya.
apakah pernikahan mereka akan berakhir setelah kontrak selesai atau mereka memilih mempertahankan pernikahan? yuk ikuti terus kisah Alva dan Laura
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma Yulianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 10
"jika kau datang hanya untuk mencari masalah lebih baik pergi saja," ucap Aliva ketus.
"Dengar baik baik kau akan menyesal berteman dengan wanita ini!" Kata Celine lalu pergi meninggalkan butik.
"Cihh!!"
Aliva merupakan seorang perasa, dia tahu betul mana orang yang benar benar tulus dan pembohong karena jurusan psikologi yang dia ambil.
"Kak Laura aku ingin memesan pakaian disini boleh?"
"Boleh, kau ingin pakaian yang seperti apa?"
"Mm sederhana saja tapi pakaian ini akan aku pakai di acara keluarga nanti," jawab Aliva.
"Acara keluarga? Kalian memiliki tema pribadi?"
"Sepertinya silver gold adalah tema pertemuan itu karena kakak ku akan segera bertunangan," jawab Aliva.
"Baiklah berikan nomor ponselmu agar aku bisa memberitahumu model rancangan nya," ucap Laura sembari memberikan ponselnya.
Aliva menyimpan nomornya dengan nama Aliva cantik dan seksi yang membuat Laura terkekeh saat membaca nama itu.
"Baiklah kak kapan kapan Laura berkunjung kemari ya."
"Hati hati dijalan dan semoga harimu menyenangkan," ucap Laura diiringi senyum manis.
Aliva memeluk Laura dengan erat, gadis mungil itu biasanya tidak akan berdekatan dengan seseorang yang jauh lebih tinggi darinya bahkan Aliva hanya sampai dibawah dada Laura.
"Terimakasih," kata Laura.
"Untuk apa kak?"
"Untuk pesanannya."
Terimakasih karena kau adalah orang pertama yang tidak menjauhi ku setelah godaan Celine, batin Laura.
"Ah ya aku mendengar banyak orang orang memesan pakaian disini jadi aku datang, baiklah sampai jumpa nanti," Aliva keluar dari butik setelah memesan gaun untuk acara nanti.
Laura kembali bekerja setelah mendapat pesanan, dia mulai merancang keinginan Aliva karena acaranya beberapa minggu lagi.
"Silver gold? Keluarga ini bukan berasal dari keluarga sembarangan," gumam Laura.
Dia biasa mendapat pesanan dengan warna itu jika keluarga mereka berasal dari kasta tinggi, Laura tidak heran karena dari kartu yang dimiliki Aliva tadi sudah membuktikan segalanya jadi dia hanya perlu membuat desain termewah.
"Nona," panggil Karin.
"Iya?"
"Ada seseorang di luar."
Laura menghela nafas panjang, hari ini ada banyak sekali yang ingin bertemu dengannya padahal rancangan dibutik sudah cukup banyak untuk dijual.
Laura keluar dari ruangannya dan menemui seseorang tersebut dan dia memijit pelipis setelah melihat tamu yang datang.
"Hay," sapa Alvi.
"Hay juga," jawab Laura.
"Sebentar," Laura memilih untuk mengambil kertas rancangannya agar tidak menyia-nyiakan waktu bersama Alvi.
"Baiklah sekarang katakan apa tujuanmu datang," ucap Laura sembari menyilangkan kedua kakinya dengan kertas yang ia pangku.
"Tadi aku melihat GPS dan Aliva berada disini, apa kau tau dia dimana?" Tanya Alvi.
"Hey sebenarnya kalian sedang main apa, kemarin Aliva yang mencarimu dan sekarang kau yang mencari Aliva," jawab Laura.
"Nona eh tidak Laura gadis nakal itu telah mencuri kartu limit dari papa dan mama, kau ingin membelanya?" Ujar Alvi ketus.
"Pantas saja aku melihat banyak kartu di dompetnya," gumam Laura.
"Nah semua itu hasil curian, dia mengambil kartu ku, milik mama dan papa," ucap Alvi.
"Haahh itu masalah kalian tapi Aliva sudah pergi beberapa puluh menit yang lalu."
"Iyakah? Untuk apa dia datang kemari?"
"Memesan rancangan pakaian," jawab Laura sembari menunjukkan sketsa yang dibuatnya.
Alvi melihat sekelilingnya dan baru sadar dia masuk kedalam salah satu butik.
"Hmm tidak buruk, rancangan mu sangat menarik aku juga akan memesan satu set jas disini untuk..."
"Acara keluarga dengan tema silver gold," ucap Laura sebelum Alvi menyelesaikan kalimatnya.
"Bagaimana kau bisa tau?"
"Aliva memesan gaun untuk acara itu," jawab Laura.
"Baiklah jangan lupa masukkan pesanan ku dalam list mu."
"Baiklah."
Laura kembali menggambar rancangan setelah pembicaraan mereka selesai, Alvi juga tidak ingin berbicara karena melihat wajah Laura yang sangat tenang saat bermain dengan pulpen diatas kertas.
Hingga beberapa jam menggambar tanpa suara Laura selesai dengan satu rancangan dan dia lupa sedari tadi Alvi berada disampingnya.
"Astaga!" Laura terkejut sendiri melihat Alvi menatapnya.
"Kenapa?"
"Aku lupa kau masih disini maafkan aku."
"Tidak masalah, ah ya setelah gambarnya selesai kau apakan ini?" Tanya Alvi dengan jiwa penasarannya.
"Aku belum bisa merancangnya kedalam bentuk pakaian karena aku harus menghubungi Aliva terlebih dahulu untuk berbicara dengannya dimana letak kekurangan gaun ini," jawab Laura.
"Baiklah aku akan menghubunginya sekarang," ucap Alvi lalu menghubungi adiknya.
"Eh sebenarnya tidak perlu sekarang," ujar Laura namun Alvi sudah menekan tombol terlebih dahulu.
"Husst!!" Alvi menyuruh Laura diam dengan telunjuknya.
Mereka diam dan menunggu Aliva mengangkat panggilan video.
"Ya ada apa," ucap Aliva ketus.
"Ada yang ingin berbicara denganmu," kata Alvi tak kalah ketusnya.
"Jika tidak penting aku putuskan saja."
"Hay Aliva," saut Laura sembari mendekati Alvi untuk duduk.
Wajah Aliva berubah sumringah setelah melihat Laura berada dilayar ponselnya.
"Kak Laura."
Laura melambaikan tangannya dengan senyum manis, Alvi memberikan ponselnya untuk dipegang sendiri oleh Laura karena posisi mereka terlalu dekat.
"Aku ingin menunjukkan rancangan pertama padamu dan jika kau tidak menyukainya katakan saja agar aku membuat yang lain," ucap Laura sembari memperlihatkan kertas tadi.
"Waahh" Aliva sampai duduk yang semula tertidur untuk melihat gaun buatan tangan Laura.
"Itu sangat bagus kak, Aliva ingin yang itu dirancang."
"Baiklah jika kau menyukainya aku akan segera merancang pakaian ini secepatnya," ucap Laura.
Alvi mengambil ponselnya dengan pelan dari Laura lalu menjulurkan lidah pada sang adik dan memutuskan sambungan.
"Sudah selesai kan? Sekarang desain untukku juga," kata Alvi.
"Maaf tuan..."
"Panggil Alvi saja," ucap pria itu.
"Maaf Alvi aku tidak bisa membuat desain untukmu hari ini karena pesanan yang lain masih menunggu."
"Ayolah aku akan membayar lebih," bujuk Alvi.
"Itu bukan prinsip ku Alvi, biarkan orang yang memesan terlebih dahulu mendapatkannya," ujar Laura.
Selain adikku kau adalah gadis kedua yang benar-benar berbeda Laura, batin Alvi.
"Baiklah beritahu aku jika rancangannya sudah selesai."
Laura mengangguk diiringi senyum tipis.
"Berikan ponselmu."
Laura memberikan ponselnya walau ia tidak tahu digunakan untuk apa dan saat Laura melihat beberapa digit nomor ia mengerti Alvi menyimpan namanya.
Alvi si tampan berwibawa, batin Laura.
Gadis itu hanya bisa menggelengkan kepala melihat dua adik kakak ini tidak jauh berbeda.
"Hubungi aku jika sudah selesai, aku pergi ya."
Alvi melambaikan tangan dan keluar dari butik dengan langkah kaki yang terlihat sangat santai.