Ini adalah novel romansa. Yang menceritakan karier dan cinta. Mengisahkan cinta yang bahagia tentang meraka yang jatuh, gagal, bangkit lagi, dan tumbuh bersama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bellaetrix, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
After Wedding Radit
Kami pulang dari rumah bude pagi pagi sekali. Aku tertidur di dalam mobil begitupun juga Eza. Semalam aku tak bisa tidur nyenyak di rumah bude. Tak terasa kami sudah sampai di rumah.
"Ay bangun dulu, sudah sampai di rumah"
Mamah membangunkan ku yang tertidur di dalam mobil. Ku buka mataku, rupanya benar sudah sampai di rumah.
"Kalau masih ngantuk lanjut tidur di kamar ay,"
"Iya mah, maaf ya mah Aya gak bisa bantu mamah beberes hari ini, Aya benar benar ngantuk"
"Iya gak apa apa, sudah sana masuk dulu"
Aku masuk ke dalam rumah. Aku masuk ke dalam kamarku. Lelah dan ngantuk ku tak bisa aku tahan.
Askara
Kulihat di rumah sebelah rupanya keluarga cahyaka sudah pulang.
"Pagi om Tante"
"Pagi ska"
"Pagi, kamu udah mau berangkat kerja ska"
"Iya om, ngomong ngomong habis dari mana?"
"Dari rumah saudara, ponakan sedang menikah"
Aku hanya berbasa basi saja, karena aku sudah tau dari cahyaka bahwa keluarga mereka ke rumah saudara yang sedang ada acara nikahan.
"Udah sarapan belum ska?"
Aku tersenyum mendengar pertanyaan Tante Rasti
"Belum Tante, gampang nanti biar sarapan di kantor"
"Loh, ya sudah masuk dulu yuk Tante masih ada stok makanan di dalam, biar Tante hangetin dulu"
"Gak perlu repot-repot Tante, ska biar sarapan di kantor saja"
" Masuk dulu biar tantemu siapkan sarapan buat kamu"
Aku tak bisa menolak perintah dari ke dua orang yang sudah ku anggap seperti orang tua ku ini. Dari dulu perlakuan mereka berdua tak pernah berubah kepadaku. Sejak kecil aku sering di titipkan ke pada mereka berdua oleh orang tuaku, mamah papah terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Jadi, sedari kecil aku sudah sangat akrab dengan keluarga cahyaka. Ku langkahkan kaki ku di rumah ini, tak ada yang berubah dari dulu, hanya beberapa ruang sudah sedikit di modifikasi dan lebih enak di lihat. Ku telusuri seisi ruangan ini, aku tak menemukan keberadaan cahyaka. Kira kira kemana perginya dia pagi ini?. Ku duduk di ruang makan keluarga, Tante Rasti membawakan sepiring roti bakar yang sudah siap makan.
"Maaf ya ska Tante lupa kalau belum masak nasi, tuh baru Tante masukkan ke rice cooker jadi belum Mateng, sarapannya pakai roti gak apa apa ya?"
Aku tersenyum kepada Tante Rasti.
"Enggak apa apa Tante ini sudah cukup untuk ska, terimakasih"
Ku dengar langkah kaki seseorang, ku lihat ke arah orang tersebut rupanya Eza.
"Makan dulu za"
"Silahkan mas"
"Kamu mau ke sekolah?, bukannya kamu hari ini simulasi sesi 2?"
Tante Rasti heran melihat Eza menggunakan seragam sekolah.
"Tadinya iya mah, tapi tiba tiba ada perubahan jadwal mendadak, jadi Eza hari ini simulasi sesi 1, mau gimana lagi, untung kita pulang pagi dari rumah bude kalau enggak bisa bisa Eza ikut simulasi susulan"
Tante Rasti memberikan satu piring roti bakar seperti milikku ke Eza
"Ya sudah, sarapan dulu, sarapannya hari ini roti dulu, nasi mamah belum Mateng"
"Iya mah, ayah di mana?"
"Di depan, katanya masih mau nyuci mobil dulu"
"Teteh masih di kamarnya?"
"Iya mau lanjut tidur lagi katanya, jangan di ganggu kasian, mumpung disini biar istirahat. Mamah liat tetehmu sekarang seperti ada sesuatu yang pokoknya berbeda seperti ada sesuatu tapi apa ? Mamah juga gak ngerti. Mamah jadi khawatir sama dia".
"Mamah ada ada saja, do'ain aja yang terbaik buat teteh , gak usah mikir yang macam macam"
"Maaf ya ska pagi pagi udah denger hal hal yang gak enak"
"Gak apa apa Tante"
Rupanya dia berada di kamarnya. Ternyata bukan hanya aku yang merasakan perubahanmu cahyaka. Keluarga mu juga merasakannya. Sebenarnya apa yang sedang kamu sembunyikan dari kami. Kenapa kamu membuatku penasaran cahyaka. Ku hampiri wastafel untuk mencuci piring. Tidak enak bukan kita sudah di beri makan tapi tidak ada kontribusi untuk membantu yang punya rumah.
"Udah biar Tante aja yang nyuci nanti, kamu berangkat ke kantor saja, nanti telat".
"Gak apa apa Tante hanya ini saja kan"
"Sudah gak apa apa, letakkan saja"
Tante Rasti benar benar tidak mengizinkanku untuk mencuci piring. Ku lihat Eza sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah.
"Sudah mau berangkat?"
"Iya mas"
"Ya sudah berangkat sama mas aja kalau begitu, gak bawa motor sendiri kan?"
"Sesekali aja sih mas, lebih sering pakai angkot"
"Ya sudah hari ini biar mas yang antar"
Tante Rasti memberikan kotak bekal untuk kami berdua.
"Sudah mau berangkat?, ini bekal buat Eza, dan ini buat kamu ska, jangan lupa di makan ya"
"Wah terima kasih Tante"
"Eza berangkat dulu mah"
"Ya sudah hati hati dijalan "
Kami keluar dari rumah. Ku lihat om Adi sedang mencuci mobil. Eza menghampirinya untuk berpamitan.
"Eza kesekolah dulu yah"
"Loh bukannya kamu masuk siang?"
"Iya, tapi ada perubahan jadwal mendadak jadi hari ini pagi deh"
"Ya sudah hati hati "
Akupun berpamitan juga pada om Adi
"Pamit juga om"
"Iya hati hati "
Ku lajukan mobilku ke sekolah tempat Eza.
"Kamu jadi lanjut kuliah di Jogja?"
"Jadi mas"
"Wahh kalau dengar dari jawabannya sudah mantap rupanya"
"Iya dong"
"Belajar yang rajin, buat masuk universitas lewat jalur undangan itu gak mudah"
"Iya mas aku udah berusaha semaksimal mungkin"
Aku menganggukkan kepalaku. Kami sudah hampir tiba di sekolah Eza. Ku hentikan mobil ku di depan gerbang sekolahnya.
"Terimakasih mas"
"Sama sama".
Kulajukan mobilku meninggalkan sekolah ini menuju kantorku. Ponsel ku berbunyi di tengah jalan. Rupanya calon istriku yang menelpon.
"Morning sayang"
"Morning, kamu udah dijalan ke kantor?"
Ku dengar suara dari sebrang sana.
"Iya udah mau sampai malahan"
"Aku kira masih di jalan" nada bicaranya seperti orang yang sedang kebingungan
"Ada apa emang?"
"Mobilku bannya bocor, aku kebetulan ada meeting pagi ini, tapi udah hampir sampai di kantor, aslinya mau minta kamu jemput, tapi kamu udah mau sampai kantor kan? Kalau putar balik nanti malah telat"
"Ya udah aku putar balik dulu ya?, kamu share lokasinya"
"Jangan, nanti kamu telat. Aku gak apa-apa panggil grab aja nanti, mobilku biar orang bekel aja yang bawa kamu lanjut ke kantor aja"
"Kamu beneran gak apa-apa?"
"Iya tenang aja"
"Baiklah hati hati dijalan ya, love you"
"Love you more"
Dia selalu bisa memahami aku terlalu pengertian kalau di bilang tidak seperti kebanyakan wanita yang ku temui. Sampai aku bingung apakah normal dengan hubungan yang berlangsung lancar lancar saja, atau nantinya akan menjadi bumerang bagi hubungan kami. Semenjak bersamanya tidak pernah ada pertengkaran antara aku dan dia. Tapi aku selalu percaya dan meyakinkan diriku mungkin dia wanita yang baik untukku sampai pada akhirnya aku memutuskan untuk menikah dengannya.