"Kenapa selalu gue yang harus ngertiin dia? Gue pacar elo Marvin! Lo sadar itu ga sih? Gue capek! Gue muak!" ucap Ranu pada kekasihnya dengan nada marah.
"Maafin gue, Ranu. Gue ga maksud buat ngerebut Kara dari elo" Zara menatap takut takut pada Ranu.
"Diem! Gue ga butuh omongan sampah elo ya" Ucap Ranu dengan nada tinggi.
.
.
.
"Shit! Mati aja elo sini Zara!" hardik Fatiyah setelah membaca ending cerita pendek tersebut.
Fatiyah mati terpanggang setelah membakar cerpen yang dia maki maki karena ending yang tak dia sukai. Dia tidak terima, tokoh kesayangannya, Ranu harus mati mengenaskan di akhir cerita. Tapi, siapa sangka kalau Fatiyah yang harusnya pergi ke alam baka malah merasuki tubuh Zara. Tokoh yang paling dia benci. Bagaimana kelanjutan kisahnya. Kita lihat saja. Apakah Fatiyah bisa menyelamatkan tokoh favoritnya dan mengubah takdir Ranu? Apakah dia malah terseret alur novel seperti yang seharusnya?
sorry guys, harus revisi judul dan cover soalnya bib...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Telo Ungu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10 Sepuluh
Mata Fatiyah terbuka, ia menatap sekelilingnya dengan heran. Sial, lagi lagi dia harus masuk ke ruangan penuh obat. Kalau ga UKS ini pasti rumah sakit, itu pikir Fatiyah.
Marvin menggenggam tangan Fatiyah lembut. "Lo udah sadar? Ada yang sakit? Gue panggil dokter ya?" tanya Marvin bertubi tubi.
Terlihat raut wajah khawatir yang terpatri disana. "Kenapa gue disini? Ranu, dia_"
"Lo pingsan tadi Zara. Ranu, dia sudah dibawa ke BK. Gue terpaksa bawa elo ke rumah sakit. Gue takut elo kenapa napa" ucap Marvin sambil mendekatkan punggung tangan Fatiyah ke bibirnya. Marvin mencium tangan Fatiyah dengan lembut dan penuh damba.
Fatiyah refleks melepaskan genggaman tersebut setelah Marvin mencium tangannya. "Sorry gue___"
"Iya, gue udah ngerti tanpa elo jelasin Zara. Sorry gue bikin elo ga nyaman sama tindakan gue" sahut Marvin yang kali ini berganti mengelus puncak kepala Fatiyah.
"Kenapa lagi kali ini Zara? Kenapa elo bisa bertengkar dengan Ranu sehebat itu?" Marvin menatap penasaran ke arah Fatiyah. Jari tangan Marvin mengelus pelan pipi Fatiyah yang terkena cakaran Ranu. Untungnya Cakarannya tidak terlalu dalam. Jika itu terjadi, Marvin bersumpah akan memanggil dokter kecantikan terbaik untuk menyembuhkan pipi mulus Zara seperti semula.
"Bukan gue yang mulai duluan Vin. Tapi, tunangan elo yang nyari gara gara duluan. Gue cuma ngebela diri"
Marvin menghela napas panjang. Sungguh dia sudah lelah menghadapi pertengkaran keduanya. Ranu yang keras kepala dan Zara yang selalu jadi korban. Marvin sebenarnya agak terkejut melihat Zara begitu berani membalas perbuatan Ranu. Padahal biasanya dia begitu takut dan lemah saat Ranu merundungnya. Zara yang ia tahu biasanya hanya akan menangis dan menerima bahkan cenderung pasrah saat Ranu tantrum dan melampiaskan amarahnya pada Zara.
"Harus banget dengan saling jambak jambakan satu sama lain. Guling gulingan di lantai dan cakar cakaran begini. Zara, gue ga ngerti kenapa elo bisa kepancing emosi begini. Biasanya elo ga pernah kepancing kalau Ranu berulah. Elo selalu memaklumi dan memaafkan Ranu. Terus kenapa sekarang malah kesannya nantanganin Ranu. Elo sadar ga, itu cuma bikin masalah tambah runyam"
Merasa disalahkan oleh Marvin, Fatiyah tentu tersulut emosinya. Dia yang awalnya menatap Marvin dengan tatapan teduh berubah datar. Suaranya juga dingin. "Kenapa gue harus terus memaklumi tindakan Ranu?"
Marvin terdiam mendengar nada dingin yang dikeluarkan Zara. Matanya menatap Zara yang terlihat dingin tak tersentuh. "Maksud gue__"
"Cukup! Gue tahu maksud elo Vin. Kenapa harus gue yang selalu memaklumi tingkah Ranu. Gue udah muak dengan drama kehaluan yang dia buat. Gue capek dituduh tuduh dengan hal yang ga pernah gue lakuin. Kalian pikir gue ga punya hati? Ga punya perasaan capek? Gue capek Vin! Capek! Gue udah muak buat terlibat sama drama kalian. Tolong, berhenti deketin gue seakan akan gue ini cewek elo. Tunangan elo itu Ranu bukan Zara. Setelah ini jangan pernah berpikir buat dekat dekat sama gue lagi" Air mata Fatiyah luruh begitu saja.
Yups, bagaimanapun besarnya tekad Fatiyah sat ini, jiwa Fatiyah tetap berada di tubuh Zara yang sudah disetting gampang nangis dan cengeng. Fatiyah dan Zara sudah menyatu jadi satu tubuh.
Masih dengan tangisan yang sesenggukan, Fatiyah memilih turun dari ranjang rumah sakit. Dia mencopot infus di pergelangan tangannya dengan kasar tanpa peduli rasa sakitnya. "Zara, tolong jangan begini. Tolong dengerin dulu sebentar. Gue harus mau ngomong sesuatu sama elo Zara"
"Lepasin! Gue ga mau ngomong lagi Marvin" ucap Fatiyah saat Marvin mencekal tangannya.
"Zara, gue tahu gue salah ngomong tadi.Gue tahu elo marah setelah dengerin ucapin gue. Tapi, Zara elo harus tahu maksud gue sebenarnya bukan menyalahkan. Gue__"
Fatiyah menepis tangan Marvin hingga cekalan tangannya terlepas. "Gue ga mau ngomong Marvin. Gue ga mau tahu. Gue udah ga mau denger apa apa lagi. Gue cuma mau elo jangan pernah muncul di depan gue lagi" telunjuk Fatiyah menunjuk dada Marvin berkali kali di saat dia mengeluarkan setiap kata dari mulutnya yang penuh dengan penekanan.
"Zara, tolong dengerin gue dulu. Kalau gue ga ngejelasin maksud omongan gue tadi, elo bakalan salah paham dan minta gue pergi dari hidupmu. Bukan itu kemauan gue Zara. Gue bisa jelasin" ucap Marvin lembut dengan tatapan memohon.
"Apa? Apa yang mau elo jelasin lagi Marvin? Elo mau jelasin kalau gue seharusnya diem aja setiap Ranu nyiksa gue gitu. Gue ga boleh bikin tunangan kesayangan elo terluka. Jadi gue gaboleh ngelawan sedikitpun. Gue harus tunduk jadi sasaran kemarahan Ranu terus menerus gara gara elo deketin gue tanpa alasan dan itu bikin Ranu terbakar cemburu" Fatiyah terkekeh sinis dengan air mata mengalir.
"Zara bukan itu maksud gue" Marvin terus mencoba berjalan mendekati Fatiyah. Tapi, Fatiyah malah sebaliknya. Dia mundur selangkah demi selangkah.
"Gue udah ga mau denger apapun dari elo, Marvin. Gue ga butuh penjelasan dari elo Marvin. Gue udah paham posisi gue disini karena hari ini kalian udah cukup hancurin gue, Vin! Udah cukup" jerit Fatiyah dengan suara seraknya.
"Kasih gue kesempatan buat ngelirisin semua ini Zara!" sentak Marvin yang mencoba bersabar menghadapi kesalahpahaman Zara.
"Buat apa lagi? Udah cukup! Elo paham ga sih. Gue udah ga sanggup terus terus jadi korban keegoisan elo sama Ranu yang ga selesai selesai. Kalian jahat banget nyeret gue ke permasalahan percintaan kalian yang gue sendiri ga terlibat. Please gue udah ga sanggup. Hati, pikiran, dan fisik gue udah capek Marvin. Tolong, tolong, sudahi semua ini. Gue udah ga mau terlibat lagi disini! Udah Mervin udah! elo paham ga sih maksud gue" sahut Fatiyah yang jatuh terduduk karena rasa sakit ditangannya. Tangisan Fatiyah makin sesenggukan hingga ia susah bernapas.
"Zara!!!" teriak Marvin panik dan khawatir. Marvin hendak menghampiri Fatiyah, tapi pintu kamar inap Fatiyah tiba tiba terbuka. Rupanya ada Lengkara cs yang datang menjenguk Fatiyah.
"Pergi! Mar--marvin. Pergi!" pinta Fatiyah dengan nada memohon.
Marvin tidak peduli dengan permintaan Zara. Dia nekad mendekati Zara yang terlihat memucat dan akan pingsan kembali. "BERHENTI DISITU MARVIN TENGGARA!" teriak Lengkara sambil menggendong tubuh Fatiyah yang lemah dan pingsan.
"Elo ga usah ikut campur urusan gue Kara. Gue disini cuma mau menyelamatkan Zara!"
"Elo pikir gue ga denger omongan kalian dari luar. Gue tahu, Zara udah ga mau ngomong sama elo. Tapi, elo terus neken dia. Vin! Sadar diri! Zara itu pacar gue sekarang. Harusnya elo ga disini. Elo harusnya urus sepupu gue yang lagi tantrum. Sebentar lagi dia bakalan nyusul kesini. Gue harap elo bisa cegah Ranu buat ga ngerusuh disini. Tolong pergi dari sini, sebelum gue emosi!"
"Elo pikir gue takut ancaman elo itu Kara! Gue ga takut sedikitpun!"
Lengkara memberi kode pada Hisbi dan Lohan untuk meringkus Marvin. Beruntungnya Marvin datang kesini sendirian tanpa pengawalan. Jadi, Marvin bisa ditangani oleh Lohan dan Hisbi tanpa perlawanan sengit.
Lohan dan Hisbi menyeret Marvin keluar dari ruangan tersebut. "Lepas!" kata Marvin yang terus meronta ronta setelah diseret keluar.
"Bro, tenang. Ini juga demi tuan putri biar istirahat dengan tenang. Elo ga lihat tuan putri tadi udah pingsan terus tangannya berdarah?!" sentak Lohan.
"Elo terlalu egois buat Zara. Elo sama kayak Ranu. Bedanya cuma dia main fisik. Tapi, elo nekan mental Zara terus terusan. Harusnya elo malu udah belaga jadi pahlawan kesiangan hari ini" cibir Hisbi menatap Marvin sinis.
Setelah mengatakan hal tersebut, Lohan dan Hisbi memilih melepaskan Marvin dan kembali ke ruang inap Zara.