Lanjutan kisah Sudah Cukup Aku Sakit
kisah tentang Hendri dan Fitria.
Karena persaingan bisnis Hendri dijebak oleh Rekan bisnis yang ingin menjatuhkannya. Hingga Hendri berakhir diatas ranjang bersama Fitria. mereka digerebek oleh warga dan menikahkan mereka secara paksa.
Apakah keluarga Wijaya bisa menerima masa lalu Fitria dan memperlakukan dia dengan baik?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GeGra Mom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ban 26 Kekecewaan Papi dan Mami
Sonia dan Kenzo kembali keapartemen mereka, hatinya sakit tapi didepan mami dan Fitria dia berusaha tegar. Terlebih didepan putranya Kenzo yang tidak diakui oleh suaminya itu.
"Mommy, mommy baik-baik saja?" Tanya Kenzo menatap Sonia penuh cinta.
"Ia sayang mommy baik-baik saja, mommy harus tetap baik-baik saja untuk kamu dana kedua kakakmu" jawab Sonia membelai rambut Anaknya itu.
"Kalau aku sudah besar aku akan menjaga mommy aku akan membahagiakan mommy" lanjutnya.
"Terima kasih sayang,.mommy sayang sekali sama Kenzo" jawab Sonia mencium pucuk kepala anaknya.
"Sekarang kita mandi terus kerjakan tugas sekolah Kenzo, nanti mommy bantuin"
"Oke mommy, aku mandi dulu ya"
Sonia menatap kepergian anaknya dengan penuh cinta.
'Maafkan mommy sayang, mommy tidak bisa pertahankan Daddy, kamu tidak lagi merasakan kasih sayang seorang Daddy tapi percayalah mommy akan menjadi Daddy dan mommy untukmu' gumam Sonia menghapus air mata yang menetes dikedua pipinya.
Sonia masuk kedalam kamarnya dan membersihkan tubuhnya. Dia membawa belanjaan yang dibelikan oleh mami untuknya dan Kenzo.
Sonia menarik napas panjang dan membuangnya dengan kasar, dia meraih surat diatas nakas di meja kamarnya dan berlalu masuk kedalam kamar mandi.
"Kalian sudah pulang?" Tanya papi pada mami dan Fitria.
"Ia pi, apa barang-barang Fitria sudah diantarkan?" Tanya mami
"Sudah mi, dan sudah dirapikan dalam kamar Hendri" jawab papi.
"Terus kemana Hendri dan Deddy pi?" Lanjut mami menatap ke sekeliling ruangan yang dijam seperti ini mereka semua berkumpul diruang keluarga menanti makan malam.
"Hendri sudah berangkat mengurus bisnis, Deddy entah kemana" jawab papi.
"Andrew dan Quin?"
"Quin sedang mandi entah kemana perginya Andrew sejak tadi siang papi tidak melihatnya. Mau jadi apa anak itu" lanjut papi.
"Andai saja Deddy setia pada Sonia keluarga kita pasti bahagia saat ini. Fitria masuklah kekamarmu, ingat jam 7 nanti kita makan bersama" ujar mami.
"Baik mami" jawab Fitria dan menunduk hormat pada papi dan mami sebelum berjalan menuju lift
"Tadi kamu bertemu dengan pelakor itu di restoran, dia terlihat mesra dengan pria lain, mereka saling memanggil honey. Dia tanpa sengaja menabrak Sonia."
"Oh ya, papi sudah kehabisan kata-kata padanya. Dia menuntut posisi CEO kembali padanya"
"Terus papi berikan?" Tanya mami menatap papi
"Ia, papi sudah lelah, sudah saatnya papi istirahat, papi tidak akan ikut campur masalah perusahaan"
"Tapi pi, mami ragu dia akan bekerja keras lagi, dia "
"Sudahlah mi, itu hanya anak cabangnya, Hendri berangkat untuk perusahaan utama disana" jawab papi
"Bemarkah
"Di sudah bertolak ke Amerika, ada proyek yang akan dibahasnya disana" jawab papi
"Benarkah? Mami jadi tenang dengarnya"
"Selamat sore opa Oma" sapa Quin
"Sore sayang, dimana Kaka kamu nak?" Tanya Mami
"Ngak tahu Oma, tadi juga aku ngak lihat dia disekolah" Jawa Quin jujur.
"Kamu tahu dia kemana?" Tanya papi
"Ngak tahu opa, Kaka akan marah padaku kalau aku bertanya padanya"
"Ada apa mami?" Tanya Deddy yang masuk melihat wajah mami terlihat emosi.
"Deddy sebagai orangtua tugas kamu menjaga anak-anakmu, kata Quin Andrew tidak terlihat di sekolah. Mau jadi apa anakmu itu? Kamu terlalu memanjakan dia. Kalau saja ada Sonia disini"
"CUKUP MAMI, JANGAN PERNAH SEBUT NAMA WANITA ITU LAGI, AKU MUAK MENDENGARNYA" Teriak Deddy menatap penuh amarah pada mami.
"Deddy berani kamu berteriak didepan mami" ujar papi dengan napas memburu.
Deddy langsung berjalan menuju lift, tanpa menatap papi dan mami.
"Besok sidang perceraian kami, jadi dtolong hargai perasaan aku papi mami, aku tidak ingin berdebat karena perempuan sialan itu" lanjut Deddy menunduk.
"Baiklah kalau itu keputusanmu, mami harap kamu tidak menyesalinya" setelah mengatakan itu mami menggandeng tangan papi masuk kedalam kamarnya.
Deddy langsung masuk kedalam lift menuju lantai 2 kamarnya.
Mami duduk diatas tempat tidur dadanya kembang kempis menahan emosi atas sikap Deddy yang seperti itu.
"Mi biarkan saja jangan terlalu dipikirkan nanti mami sakit. Saat ini dia dibutakan oleh wanita itu, suatu saat dia akan sadar dengan sendirinya" ujar papi mengelus punggung istrinya.
"Mengapa ini terjadi dalam keluarga kita papi? Keluarga kita selalu harmonis, mami merindukan suasana rumah yang ramai dengan suara gelak tawa, tangisan cucu-cucuku" jawab mami berurai air mata.
"Sudahlah mami harus kuat dan tegar, papi tidak ingin mami terlalu memikirkannya apalagi kalau sampai mami sakit" lanjut papi membawa mami kedalam pelukannya.
Deddy yang sedang tersulut emosi karena sedari tadi Olla tidak menanggapi telpon dan membaca pesannya langsung melemparkan ponselnya diatas tempat tidurnya.
Dia kembali meraih ponselnya mencoba menclelpon Andrew tapi sayangnya ponselnya tidak aktif.
"Argghh kemana lagi anak itu, benar-benar merepotkan seperti mommy mereka" gumamnya sekali lagi dia melemparkan ponselnya.
Deddy masuk kedalam kamar mandi menyalakan shower dan berdiri dibawah guyuran air dingin membasahi kepalanya yang dipenuhi amarah.
Setelah puas dia langsung melepaskan pakaiannya dan melemparnya sembarang arah.
Fitria keluar setelah membersihkan dirinya, dia mengenakan pakaian yang tadi dibeli oleh mami, dia terlihat sangat cantik.
Keluar dari kamar dia langsung menuju lift menuju lantai 1 dia tidak ingin mereka menunggunya disana.
"Sayang kamu terlihat sangat cantiks dan pakaian itu cocok di tubuhmu" ujar mami mernatap Fitria dengan senyum tulus.
"Makasi mami ini semua berkat mami" jawab Fitria.
"Ayok kita makan" ujar papi
Fitria duduk samping tempat duduk Hendri, setelah mendudukan tubuhnya disana Deddy masuk matanya masih fokus pada ponselnya.
Papi dan mami tak melihatnya mereka langsung mengambil makan dimeja, berbeda dengan Fitria yang mulai gugup.
"Makanlah jangan malu, ini juga rumahmu" ujar mami lembut pada Fitria
"Baik mami" jawab Fitria
Deddy meletakan ponselnya dimeja setelah dia duduk ditempatnya, matanya sejenak beradu pandang dengan Fitria. Fitria langsung menundukan kepalanya dan melanjutkan makan malamnya.
Deddy terus menatap wanita yang menjadi kakak iparnya itu, wanita kecil yang tadinya dekil sekarang begitu imut dan cantik.
"Ehem " suara deheman papi mengalihkan pandangan Deddy pada Fitria.
Deddy langsung mengambil makanan kedalam piringnya, dia menyadari kalau mereka masih marah padanya tapi dia tak perduli, karena menurutnya mereka yang salah.
Setelah makan mereka pindah menuju ruang keluarga. Papi menyalakan televisi untuk mereka.
"Opa, Oma Aunty aku kekamar dulu, masih ada tugas sekolah yang harus aku kerjakan" ujar Quin
"Baik sayang" jawab mereka.
Deddy berjalan duduk disamping Fitria sambil memainkan ponselnya. Sengaja dia duduk disamping Fitria agar bisa menggoda kakak iparnya itu.
"Ternyata kamu cantik juga ya. Kamu yang dulunya pelakor itu sekarang sudah jadi istri seorang Hendri Wijaya, benar-benar mimpi ya" ujar Deddy pada Fitria tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya.
Fitria menatap Deddy sejenak, dia merasa tak nyaman duduk disampingnya apalagi ucapkan Deddy tentang masa lalunya.
"Aku tidak minta dinikahi oleh kakakmu" jawabnya dengan pelan mencoba menahan tangisnya.
"Tapi kamu menjebaknya"
"Aku tidak pernah menjebaknya aku korban" jawab Fitria pelan dengan suara seraknya.
"Papi mami, aku ijin pamit mau kekamar" lanjut Fitria
"Baiklah istirahatlah kamu pasti capek" ujar mami.
Fitria tersenyum dan berdiri dari duduknya berjalan menuju lift
"Sebaiknya jangan kamu menyinggung masa lalunya, itu pilihan Hendri menikah dengannya. Kalau Hendri mau Hendri bisa ceraikan dia tapi tidak, jangan campuri urusan kakakmu" perintah papi tegas.
"Sebaiknya kamu urusi saja wanitamu dan anakmu yang semakin liar entah apa yang dia lakukan diluar sana. Dan untuk wanitamu itu caritahu kebenaran tentang dia sebelum kamu menyesal membawanya tinggal bersama kita dirumah ini" lanjut papi tanpa menatap Deddy.