NovelToon NovelToon
Gadis Penjual Jamu Dan Tuan Impoten

Gadis Penjual Jamu Dan Tuan Impoten

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Lari Saat Hamil / Anak Genius / Anak Kembar / Disfungsi Ereksi
Popularitas:191.3k
Nilai: 4.7
Nama Author: Pena Remaja01

Daniel Van Houten, mafia berdarah dingin itu tak pernah menyangka di vonis impoten oleh dokter. Meski demkian Daniel tidak berputus asa, setiap hari ia selalu menyuruh orang kepercayaannya mencari gadis per@wan agar bisa memancing perkututnya yang telah mati. Hingga pada suatu malam, usahanya membuahkan hasil. Seorang gadis cantik berlesung pipi berhasil membangunkan p3rkurutnya. Namun karna sikap tempramental dan arogannya, membuat si gadis katakutan dan memutuskan melarikan diri. Setelah 4 tahun berlalu, Daniel kembali bertemu gadis itu. Tapi siapa sangka, gadis itu telah memiliki tiga anak yang lucu-lucu dan pemberani seperti dirinya.
____


"Unda angan atut, olang dahat na udah tami ucil, iya tan Ajam?" Azkia

"Iya, tadi Ajam udah anggil pak uci uat angkap olang dahat na." Azam

"Talau olang dahatnya atang agi, tami atan ucil meleka." Azura.

_____

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Remaja01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35

Selesai memandikan anak-anak. Daniel membawa mereka bermain di halaman mension.

"Om, Akak uga awu naik obil-obilan Ajam." Wajah bocah perempuan itu memelas, ia merasa iri dengan saudara laki-lakinya yang di belikan mobil-mobilan oleh Daniel, sementara mereka hanya di belikan berbie saja.

Sebenarnya Daniel mempunyai alasan sendiri kenapa tidak membelikan kedua putrinya mainan yang sama dengan Azam. Pikirnya permainan anak perempuan dan laki-laki itu berbeda. Makanya hanya berbie saja yang dia belikan untuk kedua putrinya. "Kamu kan perempuan masa mau main mobil-mobilan?"

"Melmangnya anak pelempuan ngak oyeh main obil-obilan?" tanya Azkia lirih.

Tak ingin membuat kedua putrinya sedih, Daniel menelpon toko mainan yang di datanginya tadi, meminta mereka mengantarkan dua mobil-mobilan lagi. "Kalian tunggulah, sebentar lagi mobilan kalian akan datang," katanya setelah menghubungi toko mainan.

"Benalan Om?"

"Iya."

"Yei! Akak uga unya obil-obilan sepelti Ajam! Telimakasih ya, Om!" seru Azkia sembari bergayut di kaki Daniel.

Ada secercah rasa yang tak bisa di ungkapkan Daniel melihat kebahagian putrinya tersebut. Bola matanya tampak berkilat-kilat, menahan sesuatu yang membuncah di relung hati.

"Adik uga awu obil-obilan, Om." Azura ikut bergayut di kaki pria itu.

Daniel kemudian berjongkok menyamakan tingginya dengan kedua bocah perempuan itu. "Tentu kamu juga akan mendapatkannya."

"Telimakasih, Om," kata mereka bersamaan.

Tanpa bisa di cegah cairan bening mengalir begitu saja di sudut netra Daniel, ketika merasakan untuk pertama kali pelukan kedua putrinya.

"Om, obilnya ucak, ngak awu dayan!" teriak Azam diujung sana.

Daniel cepat-cepat menyeka sudut matanya. "Baiklah, sambil menunggu mobil kalian datang, kita main dulu sama Azam."

.

.

.

Tak lama berselang, mobilan untuk Azkia dan Azura sudah diantar oleh pemilik toko. Kedua bocah itu begitu kegirangan melihat mainan baru mereka.

"Yei! Obil-obilan Akak udah atang!"

"Nanti kita bayapan ya Kak," ucap Azam.

"Ngak boyeh bayapan Ajam, anti obil kita lusak. Iya kan om."

Daniel tersenyum, melihat kebahagian ketiga anaknya dan mengajak mereka bermain. Daniel menyuruh dua orang anak buahnya, untuk mengoperasikan remot untuk menjalankan mobil Azkia dan Azura, sedangkan ia sendiri mengoperasikan mobil yang di kendarai Azam.

"Pipi, liat, kami unya obil-obilan balu!" teriak Azkia melihat Udin yang baru pulang dari salon.

Udin turun dari motor lalu mendekati mereka. "Wah! Bagusnya. Papi boleh ikut naik gak?"

"Ngak oyeh, Pipi kan udah besal. Nanti obil-obilan Akak ucak."

Udin pun meminta remot mobilan Azkia yang yang di operasikan anak buah Daniel. Pria itu juga ingin ikut merasakan kebahagiaan mereka.

.

.

.

"Unda, Unda awu nga? Tadi kami main obil-obilan sama Om baik." Cerita Azkia setelah mereka selesai bermain.

Ayang mengulas senyum tipis mendengar celotehan anak-anaknya yang begitu bersahaja.

"Basok kami diajalk Om baik lagi beli ainan balu, iya kan Akak?" celetuk Azura.

"Iya Unda. Om baik. Kita awu di belikan ainan yang anyak besok!" Azkia merentangkan kedua tangannya membentuk lingkaran.

"Ehem!" Suara deheman Daniel dari arah pintu menghentikan kicauan ketiga bocah yang tengah bercerita pada Ayang.

"Om baik!"

Mereka turun dari tempat tidur, mendekati Daniel yang masih berdiri diambang pintu.

"Apa kalian sudah lapar?" tanya Daniel, sekedar berbasa-basi, karna niatnya hanya untuk menyampaikan sesuatu pada ibu si kembar.

"Nanti salja Om. Kita main duyu yuk." Azkia menarik tangan Daniel masuk kedalam kamar.

"Main apa lagi? Tadi kan sudah puas main."

"Main kuda-kudaan. Om jadi kuldanya."

Daniel mendengus pelan. "Hmm, baiklah tapi sebentar saja ya?" Kemudian ia menjatuhkan telapak tangan dan lutut ke lantai. Setelah anak-anak naik Daniel mulai merangkak, sesekali ia menoleh pada Ayang yang duduk bersandar diatas ranjang. Sungguh, ia tak tau bagaimana cara mendekatkan diri pada wanita yang selalu saja membuang muka darinya.

Sepuluh menit bermain kuda-kudaan dengan anak-anak, Daniel mengakhiri permainan.  "Sudah dulu, aku lelah," ucapnya dengan nafas yang tersengal. Matanya masih memperhatikan Ayang yang barada di atas tempat tidur. "Besok pagi kita ke rumah sakit," ucapnya pada Ayang, tapi sedikitpun Ayang tidak menoleh padanya atau pun memberi respon. Pandangan wanita itu hanya tertuju pada TV yang menyala di depannya.

"Ngapain kita kelumah sakit, Om? Kan Unda ngak atit?" tanya Azam.

"Apa kalian tidak ingin mendengar Bunda kalian bicara?"

"Awu! Ajam awu Unda bisa bicala."

"Akak uga."

"Adik uga."

"Kalau begitu, kalian harus bujuk Bunda kalian agar besok mau kerumah sakit."

Azam, Azkia dan Azura lansung naik ke atas ranjang.

"Unda awu kan, besok pelgi kelumah sakit?"

"Iya Unda, bial Unda bisa bicala agi."

Ayang mengusap kepala ketiga anak-anaknya kemudian mengangguk tanpa menoleh pada Daniel.

"Yei! Nanti Unda bisa bicala agi."

.

.

.

Keesokan harinya, Daniel benar-benar membawa Ayang kerumah sakit. Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan oleh dokter spesialis.. Daniel tampak senang mendengar kabar yang di sampaikan dokter bahwa Ayang bisa kembali bicara. Ia pun menyuruh dokter agar segera menjalankan Oparasi.

"Baiklah, Tuan, kita akan melakukan operasi siang ini."

Setengah jam setelah operasi, Ayang di pindahkan ke ruang inap. Ia di haruskan menginap beberapa hari di rumah sakit untuk pemulihan.

"Om, Unda kok masih bobok?" tanya Azam.

Daniel melihat jam di pergelangan tangannya. Kata dokter tadi, Ayang mungkin akan siuman sekitar satu jam lagi. Ia kemudian menghubungi pelayan yang ada di mension untuk membawa anak-anak pulang di karenakan hari yang sudah semakin sore.

"Kalian pulanglah dulu, nanti kesini lagi setelah mandi!"

"Ngak awu! Akak awu di sini again Unda. Unda pasti cali kami alau bangun."

"Iya, Ajam uga awu dicilni again Unda."

"Adik uga."

"Kan ada aku disini yang akan menjaga bunda kalian."

"Tapi kan Unda atut cama om."

Daniel melepaskan keluhan. "Tidak, aku janji tidak akan melakukan itu."

"Pokoknya akak ngak awu puyang!"

"Adik uga ngak awu!"

"Ajam mau di cini aja again unda."

Tak berhasil membujuk, akhirnya Daniel pasrah. Ia menyuruh pelayan membeli pakaian ganti serta perlengkapan mandi untuk ketiga anak-anaknya.

.

.

.

Sore itu Udin juga datang ke rumah sakit. Ia baru tau Ayang berada di rumah sakit setelah pulang dari salon.

"Tega ya kamu gak memberitahukan aku kalau mau di operasi," omel Udin pada Ayang yang baru saja siuman.

Wanita berlesung pipi itu hanya mengulas senyum.

"Tapi aku senang, kalau kamu bisa bicara lagi. Gak sabar deh, pengen dengar suara kamu. Pasti suaramu bagus kan?"

"Kau bisa diam tidak! Jangan ajak dia bicara dulu!"  Daniel menyampaikan pesan dokter agar tidak mengajak Ayang bicara dulu.

"Iya, iya. Gak usah pakai marah-marah," ucap Udin bersungut-sungut.

"Sekarang kau pulanglah!"

"Kamu saja yang pulang! Aku mau disini!"

Daniel melepaskan keluhan halus, ia memang harus memiliki stok kesabaran yang tinggi berhadapan dengan pria gemulai itu, apalagi saat ini ia sedang bersama anak-anak.

1
Fb.Ig. Panggung Sandiwara
indo Belanda Thor
Van itu nama Belanda lhoo
Nanik Rusmini
dadar modus pak su 😆
Erviana Erastus
anak manja ...
Syafrinal Endri
lanjut Thor yg banyak bab nya
zero mind
peelunya tajir itu, bisa bantu orang kesusahan, pasti masih bertebaran orang yang susah perlu bantuan,di pasar pasar, rumah sakit di pelosok pelosok... kesempatan bagi yangbtajir melintir tolong sesama./Angry//Angry//Angry/
Bunda Vi
sedih bngt Thor padahal ceritanya bagus...aku jga baru bergabung tp ga di lanjut...semangat trs berkarya Thor semoga suatu saat hasilnya memuaskan/Good/
Resyaaro
Gpp gk di lanjt. Asal seru aja thor cerita nya👌🙂
Iqlima Al Jazira
semangat ya thor, semoga ke depannya author mendapatkan hasil sesuai harapan. terimakasih sudah menghadirkan cerita bocah cadel🙏
Dhewa Shaied
Luar biasa
Idah aja
Ya sedih deh kl ga lanjut/Cry/
khadizah thea: jangan pindah Thor
Sasa Sasa: Mau gimana lagi. Aku mau bawa buku ini ke pf lain. semua bab nanti ku ubah
total 2 replies
Casudin Udin
Luar biasa
Kardi Kardi
NEVER GIVE UP ALLL
Kardi Kardi
good job misss thorssss💞
Syafrinal Endri
lanjut Thor yg banyak bab nya
Kardi Kardi
HEART TO HEART. Come on speak uppp
Kardi Kardi: yuppp. speakkk
total 1 replies
Kardi Kardi
hmmm. AYOLAHHH
Kardi Kardi
SLOW DOWN. Mister mafiaaa
Kardi Kardi: yuffff. slow downnn
total 1 replies
Kardi Kardi
AYOLAHHHH. SWEET MOONNN
Kardi Kardi: honey moonnnn
total 1 replies
Kardi Kardi
MERITTTTT. NEVER GIVE UPPP
Kardi Kardi: come onnnn
total 1 replies
Kardi Kardi
MERIT KANNNNN
Kardi Kardi: yup. merit benerannn
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!