"Aku ini kamu anggap istri bukan sih mas! Pulang kerja tidak pernah menyapaku, langsung main HP sampai lupa waktu, waktu sholat pun kau lupa" sentak Andin. "Diam kau! Aku ini lelah bekerja, pulang2 malah denger kau ngomel? Tak tau diri! Ini rumahku! Ini kehidupan ku, kau cuma numpang tak usah mengatur ku" jawab Firman tak mau kalah.
Deg
Andin terkejut dengan penuturan suaminya. Apa dia bilang? Ini rumahnya? Hah yang benar saja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayuma Utari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Ojek yang dikendarai Firman rupanya berhenti di depan sebuah rumah kontrakan kecil. Namun dengan lingkungan yang cukup ramai. Terbilang tua bangunannya, mungkin hanya itu yang suaminya mampu untuk sewa.
"Baik Pak, sekarang kita kembali. Kita ke alamat selanjutnya" ujarnya pada sangat sopir taxi .
"Baik bu"
Brakk
"Eh copot copot" ucap Bu Winda yang sedang bersantai di kursi ruang tamu.
"Ibu kenapa disini? Ada makanan nggak? " tanya Firman begitu masuk ke dalam rumah.
"Kamu ini, untung ibu nggak jantungan. Mana kuat ibu masak. mbakmu juga nggak mau masak. nggak ada duit buat beli bahan makanan" ucap Bu Winda bersungut-sungut.
"Hufttt aku laper bu capek"
"Ya terus gimana? "
"Mas sugeng nggak ngasih duit? Kemana sekarang? "
"Katanya mulai ngajar. Sampai sekarang belum pulang. Ntahlah inget jalan pulang apa enggak. Tadi pagi kan berangkat. Terus gimana? Udah ngomong sama Andin? apa katanya? "
"Zonkk bu, Andin nggak mau kasih tau dimana dia tinggal"
"Dasar menantu kurang aj*r! Suaminya kesusahan malah sok jual mahall! "
Hari berganti dengan cepat. Hari senin telah datang, Firman akan mulai kembali bekerja. Sudah dia hari ia berada di kos-kosan Shela.
"Mobil aku bawa ya Shel? " tanya Firman pada Shela yang sedang mematut dirinya di depan cermin.
"Nggak bisa, apa kata temenku kalau aku kerja nggak bawa mobil! "
"Ya kan aku antar Sayang"
"Nggak mau mas. Mending kamu aku anter dulu. Udah jangan debat. Kita bisa telat"
Mau tak mau akhirnya Firman menurut saja pada Shela.
Tepat pukul 11 siang, kontrakan Firman kedatangan seorang tukang paket.
"Apa benar di kontrakan ini ada yang namanya Firman Handoko? " tanya si tukang paket.
"Iya benar itu adik saya" jawab Retno yang kebetulan sedang bermain handphone di teras.
"Ah ini ada paket atas nama pak Firman. mohon ibu tanda tangan di sini"
"Baiklah. Sini"
Sepeninggal tukang paket itu, Retno segera membuka sebuah amplop coklat yang ada di tangannya.
Matanya seketika bergerak gelisah begitu membaca isi surat tersebut.
PENGADILAN AGAMA
Tulisan itu begitu jelas ternaca oleh Retno.
Dengan nama penggugat Andin . Yang tak lain adalah sang adik ipar.
"Ibuuuuuu" teriak Retno dari luar kontrakan.
"Apa sih Ret, kamu ini teriak-teriak kaya orang kesetanan. Kamu pikir rumah ini seluas apaa!"
"Ini Buu inii lihatt" ucap Retno sambil menujukan isi surat yang masih ada di genggaman nya.
Jedarr
Bagai di sambar petir di siang bolong. Mata Bu Winda membelalak sempurna begitu membaca isi surat yang diberikan Retno. Tanpa aba-aba Bu Winda meremas kuat kertas di tangannya. Wajahnya sudah semerah tomat dengan rahang yang mengetat sempurna.
"Buu" panggil Retno.
"Anak itu! Sudah kita ditipu dengan rumah yang ternyata milik ayahnya. Sekarang mau menggugat Firman? Kurang aj*r! awas ya kamu andinn! " teriak Bu Winda tanpa memperdulikan tetangga kontrakannya yang mungkin saja sedang istirahat siang.
"Kita telpon Firman sekarang bu"
"Huh huh huh sabarr sabarr. Iya kamu telpon lah adikmu itu" suruh bu Winda pada Retno. sambil ia mengatur nafas yang masih tersengal
Tuut Tuut
"Halo Firman kamu di mana?"
"masih si kantor lah mbak. Kenapa? "
"Nggak bisa kamu pulang sekarang? "
"Ya nggak bisa mbak. Aku udah ambil cuti banyak. masa sekarang mau bolos sih"
"Tapi ini penting Fir"
"Halah pentingnya apa sih. Udah mbak, aku tutup"
Tut..
Telepon Firman putuskan sepihak.
*
*
Di kantornya, hari ini Shela sedang mendapatkan tugas mencari konsumen yang sedang melintas di jalan.
"Hahhh g*la panas bangett" ucapnya sambil duduk di bangku sebuah toko.
"Iya Shel, hari ini kenapa panas banget ya" sahut Lidya, teman Shela.
"Uda waktunya makan siang nggak sih? Kita cari makan yuk" ajak Shela pada temannya.
"Ayo deh" sahutnya.
Namun saat sedang berjalan mencari makanan, Shela tak sengaja melihat sebuah salon yang lumayan ramai. Ia yang memang mempunyai jiwa kepo yang tinggi mulai melipir ke salon tersebut.
"Eh Shel, kok malah kesitu, woyy" pangg Lidya.
"Berisikk, gue mau lihat salon ini bentar"
"Selamat datang di salon Andini, ada ya g bisa dibantu? " tanya seorang pegawai salon tersebut.
"Enggak mbak. saya cuma mau lihat-lihat aja" jawab Shela.
"Baiklah mbak, jika ada bantuan, mohon panggil kami ya"
"Ya ya udah sana kerja lagi" usir Shela pada pegawai tersebut.
"Dih sombong" omel pegawai tersebut yang hanya bisa di dengar olehnya sendiri.
"Weekend ngajak mas Firman kesini ah, sekarang udah mau habis waktu makan siangku" gumam Shela yang langsung keluar dari salon itu.
*
*
Hari ini, rencananya sepulang kerja, Firman akan mampir dulu ke tempat ibunya. percuma ia menghampiri Shela ke kantornya, pasti istrinya itu tak memperbolehkan dia untuk menjemputnya.
"Buu ibuuuu" panggil Firman yang merasa rumah sedang kosong.
"IBUUUUUUU" panggilnya sekali lagi.
"Eh apa sih kamu Fir" bukan ibunya yang keluar, melainkan Mbak Retno sambil menggendong Chika.
"Ibu kemana mbak? "
"Ke rumah tetangga" ucap Retno sambil berlalu masuk kembali ke dalam kamar. Namun sebelum ia menutup pintu, tiba-tiba ia keluar lagi dengan langkah tergesa.
"Firman! ada yang mau mbak omongin"tegasnya.
"Woyy santai mbakk" ucap Firman karena tubuhnya di dorong kencang oleh mbaknya.
"Hahahah om Firman masa kalah sih sama mama" Chika yang melihat itu hanya cekikikan saja
Ckk menyebalkan. Omel Firman dalam hati.
"Chika masuk kamar dulu ya? mama mau ngomong penting sama om Firman" ucap Retno yang mencoba memberi pengertian pada putrinya.
"Hmm iya deh ma. tapi mainan HP ya? "
"Yaudah deh nih" jawab Retno sambil menyodorkan HP nya
Sepeninggal Chika, Retno segera mengambil amplop coklat yang tadi pagi ia Terima dari seorang kurir.
"Nih baca! " ucapnya pada Firman sambil menyodorkan amplop tersebut
"Apa mbak ini? "
"Buka ajaa! "
Begitu Firman membukanya,
Dheg
Tubuhnya seolah membeku seketika. Matanya bergerak gelisah membaca setiap deretan tulisan yang berada di atas kertas tersebut. Rasa pening di kepala tiba-tiba merayap begitu saja.
PENGADILAN AGAMA.
Hal yang tak terfikirkan oleh Firman, ucapan Andin tempo hari benar-benar direalisasikan.
Tanggal sidang pertama adalah seminggu lagi. Artinya, dalam seminggu ini ia harus mencari pengacara yang entah darimana ia akan dapat. Mau meminjam uang di perusahaan? Entahlah, ia bingung, karena sudah banyak uang perusahaan yang ia pakai untuk hal pribadi dulunya. Sebelum ia kena begal. Hanya beberapa hari ini saja ia tak menggunakan uang perusahaan.
Tangan yang terkepal di atas paha nya seketika bertambah erat. Hingga buku-bukunya memutih.
"Apa rencanamu Fir? " tanya Mbak Retno begitu melihat Firman yang seperti menahan amarah.
"Yang pasti aku akan menyewa pengacara mbak"
"Kenapa? Biarin kamu cerai sama perempuan itu. Toh yang rugi dia kan? "
"Entahlah mbak"
Sungguh Firman sagat bingung mendapati pertanyaan yang keluar dari mulut mbaknya, Di satu sisi ia sangat mencintai Shela. Namun, di sisi lain ia juga masih mencintai Andin. apalagi tempo hari saat ia bertemu Andin, telah banyak perubahan di diri Andin. Andin yang dulu kucel kumel dan gendut, mulai berubah kembali menjadi cantik. hanya dalam hitungan hari.