Mikayla gadis cantik berusia 19 tahun ini harus menjadi Kekasih Kontrak seorang Dosen, selain menjadi Pacar kontrak ia juga harus menjadi budak ranjang Dosen nya yang bernama Theo Felix yang berumur 29 tahun. Wajah tampan nya memang memikat hati semua kaum hawa, namun sikap nya yang Arogan membuat Mikayla harus banyak bersabar demi kesembuhan Nenek nya yang sedang berada di rumah sakit. Theo selalu melampiaskan kekesalan nya kepada Mikayla, padahal semua itu di sebabkan oleh kelakuan Chealsea yang selama ini mengikatnya tanpa hubungan yang pasti. Sikap Theo yang munafik membuatnya tidak sadar wanita mana yang ia cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fitryas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24
Mikayla memejamkan matanya lalu membukanya kembali untuk menetralkan penglihatanya yang mulai buram, dilihatnya para senyum para rekan bisnis Theo.
Mereka mengangkat lagi botol minuman itu dan menuangkanya di gelas yang di pegang Mikayla, ini sudah gelas yang ke 10 yang Mikayla minum.
Dengan cepat Ronal mengambil gelas itu sampai membuat senyuman Theo hilang seketika.
“Tuan, ini sudah lebih dari cukup. Nona Mikayla harus segera pulang.” Ucap Ronal mengingatkan tuanya.
Theo menghembuskan napasnya dengan kecewa, tapi melihat Mikayla yang sudah sangat mabuk pun akhirnya dia mengangguk.
“Iya kita harus pulang, kekasihku sudah terlalu banyak minum.” Ucap Theo lalu ia bangkit dari duduknya dan merarik pinggang Mikayla untuk di ajaknya pergi.
“Mau kemana? Aku masih ingin minum.” Tolak Mikayla, dia dengan suka rela menyetujui perintah Theo karena Mikayla juga sangat ingin menghilangkan setres yang menumpuk belakangan ini.
Raut wajah wanita itu nampak bahagia, dengan tubuh gontai dan mata yang sudah tidak pokus menatap Theo.
“Kamu sudah sangat mabuk, sayang. Lebih baik kita pulang.” Ucap Theo lagi.
“Tidak, mereka masih ingin minum denganku.” Ucap Mikayla sambil menunjuk para rekan bisnis Theo.
“Iya Tuan, lebih baik biarkan Nona Mikayla minus se—“ ucapanya terhenti saat melihat tatapan tajam yang di berikan Theo.
“Kita akan tetap pulang.” Ucap Theo dia langsung menggendong Mikayla yang sudah hampir tidak sadarkan diri.
Theo langsung menjatuhkan tubuh Mikayla di atas kursi penumpang di mobil mewahnya lalu ia ikut duduk di sampingnya.
“Aku masih ingin tinggal di sini!” Pekik Mikayla ia merangkak melewati Theo dan hendak keluar dari pintu yang ada di samping Theo, walau mobil sudah mulai melaju.
“Diamlah! Atau kau akan menyesal!” Pekik Theo yang sudah mulai kesal dengan tingkah Mikayla yang sedang mabuk.
Mikayla langsung menatap tajam Theo, tatapan penuh kebencian. Theo yang melihat Mikayla menatapnya dengan tatapan benci, dia pun balik menatap Mikayla.
Namun bukanya membuat Mikayla takut, dia malah langsung mencubit dan menarik hidung Theo.
“Aw!!” Ringis Theo sambil berusaha lepaskan lengan Mikayla.
“Kau sangat menyebalkan Theo pelik!!!” Pekik Mikayla seolah dia melampiaskan semua kekesalanya semala beberapa hari ini dengan memencet kuat hidung pria itu.
“Mikayla!! Apa yang kau lakukan!” Pekik Theo dengan mata melototnya.
“Aku benci kamu! Dasar dosen cabul!!!!!” Pekik Mikayla sampai membuat Theo semakin melotot bahakan bola matanya seperti akan keluar dari tempatnya.
“Kau!!! Berani-beraninya menyebut diriku cabul!!” Pekik Theo dia menarik tubuh Mikyala sampai membuat wanita itu terduduk di atas pangkuanya.
Mikayla meringis kesakitan karena tubuhnya di peluk dengan sangat erat sampai membuat lenganya terlepas dari hidung mancung Theo.
Akhirnya air mata Mikayla pecah, sejak beberapa hari lalu ia sangat ingin menangis. Theo langsung mengendorkan pelukanya saat melihat wanita itu menangis, dia bahkan belum marah tapi eanita ini lebih dulu menangis.
“Kenapa bapak gak bunuh saja aku sekalian! Kenapa bapak malah menyiksa batinku!!” Pekik Mikayla dengan wajah yang sudah terbenam di kedua lenganya.
Ronal yang sejak tadi diam ia hendak menepikan mobilnya, karena ia rasa dia harus keluar dari mobil itu agar tidak mendengar dan mmelihat kejadian malam ini.
“Lanjutkan jalan.” Titah Theo karena tau tujuan Ronal yang akan menepi di pinggir jalan.
Theo diam menatap wanita yang sedang menangis di atas pangkuanya itu, wanita yang penuh dengan air mata.
.
To be continued…