NovelToon NovelToon
Harta, Tahta, Duda Anak Dua

Harta, Tahta, Duda Anak Dua

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Ibu Pengganti / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Beda Usia / Keluarga
Popularitas:22.9k
Nilai: 5
Nama Author: nowitsrain

Kayanara tidak tahu kalau kesediaannya menemui Janu ternyata akan menghasilkan misi baru: menaklukkan Narendra si bocah kematian yang doyan tantrum dan banyak tingkahnya.

Berbekal dukungan dari Michelle, sahabat baiknya, Kayanara maju tak gentar mengatur siasat untuk membuat Narendra bertekuk lutut.

Tetapi masalahnya, level ketantruman Narendra ternyata jauh sekali dari bayangan Kayanara. Selain itu, semakin jauh dia mengenal anak itu, Kayanara semakin merasa jalannya untuk bisa masuk ke dalam hidupnya justru semakin jauh.

Lantas, apakah Kayanara akan menyerah di tengah jalan, atau maju terus pantang mundur sampai Narendra berhasil takluk?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 28

Ini sudah hari ke-berapa sih? Rasanya Naren sudah muak sekali hari naik turun mobil Kayanara terus. Apalagi, sewaktu mendapati perempuan itu datang menjemputnya sore ini dengan outfit kelewat rapi. Blazer yang lengannya digulung sampai sebatas siku, celana bahan longgar, heels lima senti, sampai kacamata yang membingkai hidung tingginya, semuanya warna hitam.

Dan, apa-apaan posenya itu. Bersandar di kap mobil sambil melipat kedua tangan di depan dada. Lagaknya seperti agen rahasia yang ditugaskan untuk menjadi mata-mata saja.

Sayangnya, hanya dia yang merasa muak di sini. Sebab Eric si kutu kupret malah begitu bersemangat bertemu Kayanara untuk pertama kali. Anak itu melepas rangkulan di bahunya, hanya agar bisa berlari menghampiri perempuan yang dia panggil macan itu.

“Hai Macan!” Nah, lihatlah lambaian tangan heboh dan senyum lebar mencapai telinga itu. Cih! Sudah seperti hendak menyambut artis idola saja. Naren tidak suka!

“Hai Eric.” Si nenek sihir juga tak kalah menyebalkan. Lihat saja senyum ramah itu. Senyum palsu yang tidak pernah diberikan kepadanya.

Naren semakin geram ketika melihat Eric heboh sendiri sehabis namanya disebut oleh Kayanara. Begitu dramatis anak itu membekap mulutnya. Bertanya, “Macan tahu nama aku?!” dengan nada suara naik tiga oktaf.

Respons Kayanara juga membuatnya muak maksimal. Katanya, “Tahu, dong. Aku juga tahu kamu suka Sinchan.” Peh. Tuhan kah perempuan itu sampai tahu segala sesuatu?

Malas menanggapi interaksi dua makhluk absurd itu, Naren bergegas membuka pintu. Dia ingin masuk, memasang earphone, menyalakan lagu metal, lalu tidur di sepanjang perjalanan. Tetapi sayangnya, tangannya kalah cepat. Eric lebih dulu menyerobot tempatnya. Tanpa rasa bersalah mendaratkan bokong di kursi penumpang depan sambil mulutnya sibuk berceloteh riang. Kayanara sudah berada di balik kemudi, menanggapi celotehan Eric dengan senang hati.

“Harusnya bapak lo aja yang nikah sama ini nenek sihir,” gerutu Naren nyaris tanpa suara. Setelahnya dia berpindah ke belakang. Tak apa. Ada untungnya juga dia duduk di jok belakang, jadi bisa tidur sepuasnya.

Begitu bokongnya mendarat, punggungnya menyusul bersandar nyaman. Earphone dipasang, lagu disetel dengan volume maksimal, dan dia segera memejamkan mata dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

Sementara di depan, Eric menikmati kebersamaannya dengan Kayanara tanpa mau menyia-nyiakan kesempatan. Bibirnya terus mengoceh tanpa henti.

“Macan, Macan tahu dari mana kalau aku suka Sinchan?” tanya Eric antusias.

Kayanara melirik sebentar, telunjuknya lalu mengarah pada ransel di pangkuan Eric. Di sana, ada gantungan kunci berbentuk Sinchan. Rambut hitamnya, baju merah membara dengan celana kuning ngejreng yang eye catching mampus, kontras dengan warna tas Eric yang hitam legam sedikit glossy di beberapa bagian.

Pandangan Eric ikut turun. Dia menyentuh gantungan kunci Sinchan di tasnya, mulutnya menganga takjub, matanya berubah cemerlang seperti bintang-bintang bertaburan di langit malam.

“Wah ... Macan keren banget deh. Sama hal-hal kecil kayak gini aja perhatian,” pujinya sungguh-sungguh. Binar matanya semakin terang. Memandang takjub pada sosok Kayanara yang tersenyum lembut sambil terus fokus menyetir. “Ayah Janu beruntung deh ketemu Macan.”

Tawa kecil lolos dari bibir Kayanara yang sore ini dipulas lipstik warna merah merona, kontras dengan outfit gelapnya.

“Macan sendiri sukanya apa?” Eric mendekap ranselnya erat-erat, menyandarkan pipinya di sana selagi matanya masih mengagumi side profile Kayanara yang perfect.

“Hmmm...” Jemari Kayanara mengetuk-ngetuk kemudi selama waktu berpikir. Sementara Eric di sebelah menunggu dengan antusias.

Hanya untuk sebuah jawaban guyon yang asal-asalan.

“Menghambur-hamburkan uang,” katanya. Suara tawanya mengudara memenuhi kabin.

Eric tersenyum cerah, alih-alih menjudge atau merasa sebal. Antusiasmenya justru terpupuk semakin besar. “Cocok dong sama Ayah Janu,” celetuknya.

Sesaat setelah tawanya reda, Kayanara menoleh dengan kerutan samar di dahinya. Pertanyaan “maksudnya?” sudah berada di ujung lidah, namun dia tidak jadi mengatakannya.

Karena Eric sudah lebih dulu menjawab, “Soalnya Ayah Janu hobinya nyari uang, tapi nggak pinter ngabisinnya.” Dia menoleh pada Naren yang terlelap di jok belakang, lalu kembali menatap Kayanara dengan senyum nakal. “Porotin aja, Macan. Anggap aja bayaran buat ngasuh bayi raksasa itu,” bisiknya.

Kayanara kembali tertawa. Tak menganggap serius usulan Eric. Tidak minat. Uangnya sendiri sudah banyak, cukup untuk berfoya-foya tanpa harus mengandalkan seorang pria.

Sisa perjalanan panjang mereka kembali diisi dengan tanya-jawab interaktif, dihias tawa-tawa renyah, juga sesekali teriakan heboh Eric. Di dalam satu mobil yang sama, seakan telah tercipta dua dunia. Kabin depan merupakan dunia atas yang ceria, sedangkan kabin belakang adalah dunia bawah yang bermuram durja.

Tapi, Eric dan Kayanara tidak tahu bahwa sebagian obrolan mereka berhasil masuk ke telinga Naren. Karena earphone andalannya tiba-tiba lowbat di tengah jalan. Membuat anak itu refleks menjerit jancuk! di dalam hati.

...🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼...

Roda-roda mobil berhenti sempurna. Naren lekas membuka pintu, melompat keluar, dan bersemangat berlari ke dalam rumah.

Akan tetapi, langkahnya tersendat sewaktu rungunya menangkap suara bagasi mobil yang ditutup keras-keras. Kepalanya menoleh cepat. Kerutan samar muncul di keningnya, perlahan berubah menjadi kerut amarah saat Kayanara berjalan mendekat sambil menggeret gagang koper.

“Mau ngapain?” ketusnya. Tatapannya jatuh pada koper besar yang normalnya dipakai orang-orang ketika pergi liburan selama sepekan.

“Bapak lo nitipin lo ke gue, minta tolong jagain.”

Naren mendecih tidak suka. “Gue udah gede, nggak perlu dijagain.”

“Justru karena udah gede, makanya harus dijagain.” Kayanara melepaskan genggaman pada gagang koper, bersedekap. “Mana tahu lo bawa cewek ke rumah, terus bikin pesta miras dan narkoba? Waduh, bisa gawat kalau begitu.”

“Macan, kita anak baik-baik kok, nggak akan kayak gitu.” Mewakili Naren, pembelaan datang dari Eric. Padahal anak itu sudah berdiri di teras, bermeter-meter jauhnya dari TKP perang.

Kayanara memutar kepalanya ke arah Eric, mengangguk dan tersenyum. “Aku percaya kok sama kamu,” ucapnya, lalu kembali menatap Naren. “Tapi kalau anak ini....” Jeda cukup lama sengaja dia ciptakan, sambil tatapannya naik turun, menguliti Naren dari segala sisi. Tepat ketika tatapannya kembali sejajar dengan Naren, dia melanjutkan, “Susah. Dia ini anomali.” Diakhiri gelengan kepala.

Pemilihan diksi yang tak biasa di akhir kalimatnya membuat Eric tenggelam dalam tawa. Anak itu terbahak-bahak, tak peduli meski Naren sudah melotot sampai bola matanya nyaris copot.

“Anomali, anomali. Ada juga lo tuh yang anomali!” sentak Naren, tak mau pasrah begitu saja.

Namun, daripada membiarkan dirinya terbawa emosi, Kayanara hanya mengedikkan bahu, kemudian pergi menyusul Eric dengan langkah riang gembira lalala.

Sementara Naren, anak itu berdiri di tempatnya dengan kedua tangan terkepal erat. Kesal, marah, emosi, rasanya ingin menggigit telinga siapa saja yang kebetulan lewat.

“Nenek sihir tua keriput nggak ada akhlak!"

Bersambung...

1
Zenun
udah mulai kepincut bapake rupanya
nowitsrain: Anjay, nambah saingan dong
Zenun: aku pun kepincut
total 3 replies
Zenun
Mahen: ini ada yang copot satu tulangnya
Zenun: ehehehe
nowitsrain: Ih, takut banget
total 2 replies
Zenun
yah rusak dah remot nya ama bocil🤭
Zenun: iya ih
nowitsrain: Tantrumnya ngerusak barang ih, jelek
total 2 replies
Dewi Payang
Naren galak amat😁
nowitsrain: Sensi emangg
total 1 replies
Dewi Payang
Apaan tuh Maung?
nowitsrain: Hihi aku sering dengernya kalau ada yang bikin lelucon "aing maung..." buat cosplay orang kesurupan /Chuckle//Chuckle/
Dewi Payang: Owh😁😁 pernah dengar sih, di t4 ku ada sunda juga😁😁😁 cuman lupa artinya😀
total 5 replies
Dewi Payang
Dasar memang si Naren😅
nowitsrain: Betul /Smirk//Smirk/
Dewi Payang: Ecieee, si pembuat rajutan itu ya....
total 5 replies
nowitsrain
Aku pun 🤣🤣
Dewi Payang
iiiih ya ampyun....
Dewi Payang: /Joyful/
nowitsrain: Merinding sebadan-badan...
total 2 replies
Dewi Payang
Ngusir tanpa basa-basi.....
Dewi Payang: Tapi Kay tidak ada duplikatnya.....😅
nowitsrain: Hilang satu cari yang baru dong 🥰🥰
total 4 replies
Dewi Payang
Aku juga punya adik, sampai SMU masih ku cium², marah jugalah kaya Naren itu, tapi aku gak peduli, sekarang dia udah nikah dan punya anak 1 sebentar lagi 2, udah gak ku cium² lagi, udah beda auranya😅
Dewi Payang: Tul😅😅
nowitsrain: Iya, marah-marah tidak jelasss
total 4 replies
Dewi Payang
Yeay! Lari Mahen!
nowitsrain: /Facepalm//Facepalm/
Dewi Payang: Lah salah😅😅😅 Naren maksudnya tadi🤣
total 3 replies
Dewi Payang
Aku juga ngeri🙈😅
Dewi Payang: /Facepalm//Facepalm/
nowitsrain: Aku pun 🤣🤣
total 2 replies
Dewi Payang
Ecie... mulai curhat....
Dewi Payang: /Joyful/
nowitsrain: Lagi nggak sadar aja tuh, kalau sadar juga mencak-mencak lagi
total 2 replies
Dewi Payang
Emank lo mau makan kalo si Eric jadi roti Ren😅
Dewi Payang: /Joyful//Joyful/
nowitsrain: Naren: Tidak, akan kulemparkan dia ke kandang kambing
total 2 replies
Dewi Payang
Ya ampyun, dua bocah ini, sama² kumal😅
Dewi Payang: /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
nowitsrain: Rill anak terlantar 🤣🤣
total 4 replies
Dewi Payang
Tar gantian kamu yang nangis Naren klo tau si Kay nangisin apa....
Dewi Payang: /Joyful/
nowitsrain: Auto tertampar terjungkal
total 2 replies
Zenun
Pake vakum cleaner
nowitsrain: Kesian banget anak gue disamain sama debu
Zenun: ya semacamnya
total 3 replies
Zenun
iiiiiih mahen
nowitsrain: Auto dikerangkeng dah bininya, nggak boleh bersosialisasi
Zenun: bininya abis dikokop
total 3 replies
Zenun
besok malam juga gapapa
nowitsrain: Nggak boleh atuh
Zenun: bagen, emang biar khilap
total 3 replies
Zenun
tapi dia keren bang udah nulungin orang
nowitsrain: Naren: Ssstttt ah, nanti ayah denger
Zenun: lha iya si, udah mau otw punya pacar juga
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!