NovelToon NovelToon
CINTA RAHASIA PAK DOSEN

CINTA RAHASIA PAK DOSEN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Dosen / CEO / Cinta Beda Dunia / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: ZIZIPEDI

Dalam keheningan, Nara Wibowo berkembang dari seorang gadis kecil menjadi wanita yang mempesona, yang tak sengaja mencuri hati Gala Wijaya. Gala, yang tak lain adalah sahabat kakak Nara, secara diam-diam telah menaruh cinta yang mendalam terhadap Nara. Selama enam tahun lamanya, dia menyembunyikan rasa itu, sabar menunggu saat Nara mencapai kedewasaan. Namun, ironi memainkan perannya, Nara sama sekali tidak mengingat kedekatannya dengan Gala di masa lalu. Lebih menyakitkan lagi, Gala mengetahui bahwa Nara kini telah memiliki kekasih lain. Rasa cinta yang telah lama terpendam itu kini terasa bagai belenggu yang mengikat perasaannya. Di hadapan cinta yang bertepuk sebelah tangan ini, Gala berdiri di persimpangan jalan. Haruskah dia mengubur dalam-dalam perasaannya yang tak terbalas, atau mempertaruhkan segalanya untuk merebut kembali sang gadis impiannya? Ikuti kisahnya dalam cerita cinta mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZIZIPEDI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SEPULUH

Petir menggelegar di luar, menghiasi langit yang menggelap dengan kilatan cahaya yang menyilaukan. Nara, yang biasanya tampak  tenang, kali ini tak bisa menyembunyikan rasa takutnya.

Saat dentuman petir terdengar begitu dekat, secara refleks, Nara melompat dari tempatnya berdiri dan tanpa sadar menubruk  Gala dengan erat. Gala yang tidak menduga akan reaksi spontan dari Nara itu, terhuyung ke belakang dan terjatuh ke atas sofa yang empuk di ruangan itu.

Dalam kondisi yang tak terduga itu, Gala menelan ludahnya berkali-kali, mencoba menstabilkan diri dan situasi. Ini pertama kalinya setelah sekian lama, Gala merasakan hangatnya tubuh Nara yang gemetar dalam dekapannya. Dia bisa merasakan detak jantung Nara yang berpacu cepat, seiring dengan suara gemuruh di luar sana.

"Tenanglah...semua akan baik-baik saja," Gala berbisik lembut, sambil perlahan menutup telinga Nara dengan headphone yang melingkar di leher Nara. Lalu tangan besar Gala dengan lembut mengelus punggung mahasiswinya, dosen muda itu berusaha menenangkan dan memberikan rasa aman. Nara, yang masih menutup matanya rapat-rapat, perlahan merasa lebih tenang dengan kehadiran dan sentuhan Gala.

Perlahan Nara terpejam dalam pelukan pak dosennya. Gala menunduk, memperhatikan wajah ayu Nara yang tampak pucat. Dengan hati hati Gala meraih jaketnya yang ada di atas sofa, lalu pria berhidung mancung itu, menutupi tubuh Nara sebagai selimut.

"Aku akan menjagamu, Dek. Sesuai janji Mas padamu dulu," bisik Gala mengelus lembut surai hitam Nara yang tergerai.Dalam heningnya ruangan itu, hanya terdengar suara hujan yang mulai reda, namun masih tetap membasahi bumi, dan sesekali suara petir yang masih berdentum, namun semakin lama semakin mereda.

Di sofa itu, dalam dekapan yang penuh kehangatan, Nara menemukan ketenangan di tengah badai, bersama seseorang yang pernah menjadi bagian penting dari masa lalunya, namun sayang Nara tak sedikitpun mengingat kenangan indah bersama Gala.

Matahari mulai menembus jendela ruang kerja Gala, dan hujan yang mengguyur kampus telah berhenti. Nara, yang awalnya terlelap di sofa ruang kerja Gala, terbangun dengan mata terbelalak saat menyadari posisinya yang tidak wajar.

Tangan Gala, dosennya, masih memeluknya erat, membuat Nara tersentak dari tidurnya. Dengan gerakan cepat, Nara melepaskan pelukan dan menampar wajah tampan Gala yang masih terpejam."Dosen mesum..!, apa yang telah Anda lakukan saat saya tertidur?" teriak Nara dengan nada penuh kemarahan dan sarkasme, meski dalam hatinya ada sedikit gemetar karena rasa takut yang tak ingin terlihat oleh Gala.

Pandangannya tajam, menantang, menembus segala kemungkinan pembelaannya. Gala, dosen yang baru saja terbangun karena tamparan Nara, menatap Nara dengan ekspresi datar. Wajahnya masih menunjukkan sisa kantuk, sementara tangannya mengusap pipi yang merah akibat tamparan mahasiswinya.

Dia mencoba mengumpulkan kesadarannya, meski dari gestur tubuhnya, aku dapat merasakan ada ketidaktahuan di situ.

"Saya... Saya tidak melakukan apa-apa, padamu. Kamu pikir saya tertarik dengan tubuhmu," jawab Gala diluar dugaan, suaranya serak seperti seseorang yang terjaga dari mimpi panjang. Nada bicaranya itu membuat Nara merasakan keraguan yang perlahan merayap.

"Benarkah,yang dia ucapkan? Aku tidak bisa begitu saja percaya." batin Nara menarik napas panjang untuk menenangkan dirinya. Mata Nara masih menatap Gala dengan tajam, memindai setiap perubahan kecil di wajahnya—dahi yang sedikit berkerut, pandangan matanya yang mencoba bertahan.

Nara menelisik, "apakah ada kebohongan? Mengapa semua ini terasa begitu menggangguku?" Batin Nara tampak gelisah. Lalu Nara kembali memberanikan diri.

"Tolong dengarkan saya baik-baik, Pak," suaranya lebih rendah, namun dengan nada tegas. "Jangan pernah mencoba mengambil kesempatan seperti ini lagi. Saya tidak akan membiarkan orang lain, apalagi Anda, merusak integritas akademik saya, meski hanya setitik." 

Ujar Nara. Ada amarah di sana, tapi juga sesuatu yang lebih dalam—semacam perasaan malu yang sulit ia ungkapkan. Bukan hanya karena situasi ini, tapi karena ketakutan akan rumor dan gosip yang bisa melingkupi namanya. Nama yang selama ini Nara kerahkan seluruh kerja keras untuk menjaganya tetap bersih dan terhormat. 

Namun, yang paling mengerikan adalah fakta bahwa dirinya bahkan harus memberikan peringatan ini pada seseorang yang seharusnya menjadi figur yang ia percayai—dan itu membuat Nara merasa kecewa, bahkan untuk sekadar memercayai dosen satu itu, begitu sulit bagi Nara.Gala mengangguk perlahan, "Tentu, saya mengerti. Ini tidak akan terjadi lagi,situasi ini sulit untuk dijelaskan, percayalah saya tidak bermaksud berbuat macam macam padamu." Gala lantas berdiri, memberi jarak antara mereka, mengatur napas dan pikirannya yang masih kacau.

Nara pun membenahi rambut dan pakaiannya, dan dengan langkah cepat, meninggalkan ruangan kerja Gala, meninggalkan pak dosennya yang masih berdiri termenung, memikirkan kesalah pahaman yang kembali terjadi diantara mereka.

Nara berjalan di koridor, otaknya terus berputar mengingat kejadian yang sebenarnya terjadi, kenapa dirinya bisa sampai diruangan Gala,dan tertidur pulas dalam pelukan dosennya itu.

"Apa sebenarnya yang aku lakukan?Kenapa aku bisa berada dalam ruangannya?"batin Nara mencoba mengingat apa yang terjadi,namun sayang, traumanya telah menghapus memori ingatanya,seperti hujan menghapus tulisan di atas pasir, hingga Nara tak dapat mengingat kejadian yang sebenarnya.

"Nara berdiri di koridor dengan wajah bingung, menatap sekelilingnya. Sasa yang melihatnya,langsung menghampir dengan menenteng tas milik Nara.

"Nara, kamu kenapa?kamu dari mana, kenapa izin ke toilet lama banget, sampai jam ibu Tuti habis?" tanya Sasa menatap hetan.

Nara menyipit,mencerna ucapan Sasa, barusan.

"Kamu kenapa Na?, Kok kelihatannya bingung banget?" Nara menoleh,menatap kearah toilet dan bergantian menatap ruangan Gala, matanya nanar mencari jawaban yang tak kunjung datang. 

"Aku... aku tidak tahu, Sasa. Aku tertidur dan baru terbangun di ruangan Pak Gala, tapi aku tidak ingat kenapa aku bisa sampai di sana," ucapnya dengan suara yang terbata-bata.Sasa memegang tangan Nara, menuntunnya ke bangku terdekat. "Bagaimana bisa?" tanya Sasa ikut heran.

"Aku juga gak tahu. Apa tadi hujan petir?" tanya Nara kemudian. 

Sasa mengangguk,"Ya, kamu tadi izin ke toilet saat hujan deras," sahut Sasa. Nara menelan ludahnya, ia tahu kenapa ia tak mengingat kejadian yang baru ia alami. Hujan yang telah menghapus ingatannya.

"Ada apa Na?" Sasa melihat wajah Nara yang terlihat pucat.

"Aku gak papa" bohong Nara.

"Sudah jangan terlalu suudzon dengan Pak Gala, bisa saja dia yang menolongmu, bisa jadi tadi kamu pingsan, jadi kamu gak ingat .Atau mungkin kamu hanya kelelahan,dan stres dengan tugas-tugas kuliah," ujar Sasa  menenangkan.

Nara mengangguk, namun dalam hati kebingungannya tidak juga reda. Pikirannya kembali melayang ke ruangan Gala,mengingan posisinya dengan pak dosennya, yang seharusnya tidak terjadi. Tubuh Nara terasa menggigil, seolah dingin menyusup ke tulang.

"Tapi, aku harus ingat, Sa. Aku harus tahu apa yang sebenarnya terjadi," gumamnya sembari mengepalkan tangan. Wajahnya semakin terlihat pucat, matanya sayu menatap lorong yang sepi, seolah mencari kepingan kenangan yang hilang.

1
Mira Hastati
bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!