apa itu cinta...?! adakah semua orang benar benar tahu pasti apa artinya ?!
dan apakah itu benci yang sebenarnya...?! adakah semua orang juga tahu pasti apa artinya ?!
namun yang pasti....
benci dan cinta sungguh tak bisa di pahami oleh dua anak manusia yang terlibat dan terjebak akan hal itu.
Farid Ibrahim Hamzah Tarek
merasa sangat membenci seorang gadis yatim piatu bernama Mayrea Mazaya Khanza hingga ia tega merenggut kesucian gadis malang dan yatim piatu itu.
tak cukup sampai di situ, Ibrahim tega terus menghina dan merendahkan gadis itu.
sementara Rea, panggilan dari seorang Mayrea Khanza tetap berusaha kokoh dan tegar meski badai terus menerpanya.
apa yang terjadi selanjutnya ketika keduanya kembali di pertemukan setelah perpisahan hampir 10 tahun lebih lamanya dalam situasi dan kondisi yang begitu menyedihkan ?!
ikuti kisah baru aku....
" Antara benci dan cinta "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khitara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 16 kondisi yang miris
Siang pukul setengah satu,
" kakak.....kakak......kak Rea pulang....kak Rea Pulang, umi....kak Rea Pulang !!! " beberapa anak kecil nampak berlarian menyongsong kehadiran Rea yang nampak baru saja turun dari sebuah ojekan.
" awas hati hati Faizah.....nanti kecepit pagar " Rea agak terpekik ketika seorang anak kecil perempuan berambut panjang berusaha membuka pagar dengan paksa.
Rumah panti asuhan itu memang berisi dengan anak anak perempuan saja.
" lepaskan Faiza, biar kak Rea yang membukanya.....minggir dulu ya " kata Rea lagi dengan lembut.
" pagar itu memang sedikit sulit di buka Rea, biar umi saja yang buka "
Rea mencoba membuka pagar itu, namun ia merasa sulit.
Tapi tiba tiba dari arah pintu terlihat seorang wanita baya dengan hijabnya yang lebar melangkah sedikit cepat menuju pagar yang tingginya hanya sebatas dada orang dewasa itu.
Pagar besi yang berwarna coklat karena mulai berkarat termakan usia itu akhirnya terbuka.
" Assalamualaikum Umi..." sapa Rea sambil mencium punggung tangan wanita baya itu setelah pagar besi berkarat itu terbuka.
Sementara di bawahnya anak anak kecil berjumlah sekitar tujuh orang nampak tersenyum riang menatapnya.
Sesuatu di tangan Rea mungkin salah satu yang membuat mereka senang selain ke datangan Rea.
" waalaikumsalam Rea, berangkat jam berapa ?! " jawab wanita baya itu sambi memeluk Rea kemudian mengusap punggung tangan gadis itu yang masih memegang tangannya.
" agak siangan si Umi..tapi busnya memang lancar, jadi bisa sampai lebih cepat "
Jawab Rea.
" kau seharusnya tak usah membawa semua ini Rea, bukankah kau juga membutuhkan banyak biaya untuk keberangkatan mu lusa ?! " kata Umi Nikmah lagi.
" tidak apa apa Umi, biarkan mereka senang...akan jadi pahala buatku jika aku bisa membuat mereka senangkan umi ?! " jawab Rea sambil tersenyum dan mengusap lembut surai panjang anak kecil yang ia panggil Faizah tadi.
" iya...tapi kau juga membutuhkan uang untukmu sendiri Rea "
" InsyaAllah sudah ada Umi...di sana mereka juga menawarkan pekerjaan paruh waktu jika Rea mau...
Oh ya....di mana Sofia ?! Kenapa aku tak melihatnya ?! "
" Sofia ada di kebun belakang bersama Norma dan Atika memetik sayuran "
" bagaimana keadaannya umi ?! "
" alhamdulillah...Sofia semakin baik baik saja Rea "
" alhamdulillah, ini obat untuk Sofia umi....insyaAllah meski aku tak di sini aku masih akan mengirimkan obat ini untuk Sofia " kata Rea sembari mengeluarkan tiga buah botol berisi butiran butiran obat dari dalam tasnya kepada umi Nikmah.
" Rea....."
" Umi jangan khawatirkan apapun, insyaAllah Rea di beri kemudahan "
kata Rea menenangkan umi Nikmah, umi Nikmah menatap Rea dengan haru.
" semoga Allah selalu memudahkan urusanmu nak "
" amin...." jawab Rea sambil tersenyum.
" ayo masuk...anak anak...ajak kak Rea masuk dan kita makan sama sama,
kak Rea pasti capek dan lapar ".
Kata Umi Nikmah lagi yang tak lain adalah ibu panti itu.
Anak anak kecil itu berebut mengajak Rea untuk masuk dengan menggandeng tangan Rea. Rea dan umi Nikmah pun tertawa melihat hal itu.
Berada di panti membuat Rea sangat bahagia,
Ia bahkan bisa sejenak melupakan masalah yang menghimpit jiwanya.
Kehadiran kedua orang tua Niel kemaren cukup membuat ia insecure dan cukup malu.
Namun yang paling membuatnya sedih dan ingin mati sebenarnya adalah kehilangan kehormatannya.
Kehilangan kehormatannya begitu saja sejujurnya sangat mengguncang jiwanya.
Namun,
Melihat tawa di wajah adik adik pantinya membuat Rea kembali bersemangat.
Ia juga bertekad menyimpan sendiri semua lukanya dan tak berniat membaginya dengah siapapun meski itu umi Nikmah sekalipun.
" kau sakit Rea ?! Wajahmu terlihat pucat ?! " tanya umi Nikmah kepada Rea ketika mereka telah duduk di ruang aula.
Barang barang bawaan Rea tadi telah di bagikan.
" tidak umi, hanya lelah saja...."
" kalau begitu sebaiknya kau istirahat....kau terlihat sangat pucat ?! "
" iya umi, sebentar lagi...."
" oh ya....kamu jadi kuliah di sana ?! Apa itu tidak akan masalah ?! " tanya umi Nikmah.
" Insya Allah jadi umi.....dan insya Allah tidak umi, Aku sudah merundingkannya dengan guru guru pembimbingku,
dan mereka juga sudah mengkonfirmasi ke sana Umi " jawab Rea lagi dengan tersenyum lembut.
" tentang UNASMU ?! "
" itu juga sudah di atur umi,
aku mendapat dispensasi....lusa aku sudah harus berangkat,
sementara lusa UNAS baru di mulai,
jadi mungkin aku akan ikut secara on line " terang Rea.
Umi nikma menghela nafas lega.
" semoga kau selalu di beri kelancaran "
" amin...."
Sementara itu di tempat lain,
Malam telah sangat larut ketika mobil Ibra nampak baru memasuki halaman rumah besarnya.
Ibra kembali pulang ke rumahnya setelah sangat larut.
Dengan langkah gontai dan terlihat sempoyongan pemuda itu melangkah menuju pintu rumah setelah keluar dari motornya.
Setelah beberapa langkah, ia sampai dan seseorang telah membukakan pintu untuknya.
" terimakasih pak Sabar..."
katanya pelan sambil terus melangkah masuk dengan langkah terseok.
Nampaknya pemuda itu kembali mabuk.
Pak Sabar menatap Ibra dengan tatapan sendu.
Baru saja hendak melewati ruang tamu, sebuah suara barinton yang sangat menggelegar menghentikan langkahnya.
" dari mana saja kau....?! "
suara tanya itu berasal dari seseorang yang saat ini tengah duduk di sebuah sofa tunggal yang ada di ruang tamu itu.
Ibra menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah sumber suara.
Seseorang dengan tubuh gagah dan raut wajah yang sebelas dua belas dengan dirinya nampak menatapnya dengan tajam.
Laki laki itu berdiri dan melangkah mendekat kepada Ibra.
Dan...
Plak.....
Sebuah tamparan mendarat di pipi pemuda tampan itu, tubuhnya yang sudah rapuh karena mabuk terhuyung karena tamparan itu.
Ibra bahkan hampir terjungkal jika saja pak Sabar tak cekatan menangkapnya.
" bukankah aku sudah memintamu untuk datang ke kantor hari ini ?!
Kau tahu kenapa ?! Aku ingin mengenalkanmu kepada para pemegang saham agar mereka tahu kaulah penerusku "
Lanjut pria gagah itu yang tak Lain adalah papa Ibrahim.
Tuan Mehra Khan Hamzah Tarek.
" cari saja anakmu yang lain, aku tidak membutuhkannya..." jawab Ibra dengan tanpa menatap kepada papanya.
Sejak melihat sang papa menggendong seorang anak kecil perempuan di mall saat ia masih duduk di bangku SMP dulu,
Sakit hati Ibra semakin besar kepada papanya itu. Ia yang tak pernah merasa di perlakukan seperti itu merasa marah dan tak terima.
Walau ia tahu, anak dalam gendongan papanya itu adalah anak papanya dengan istri barunya.
" kau memang tidak tahu di untung, apa ini artinya kau menolak warisan dariku ?! "
" ambil saja semua, dan berikan semuanya pada anakmu yang lain itu...
aku tidak membutuhkannya..." jawab Ibra.
" kau memang benar benar tak tahu diri, mau jadi apa kau tanpa warisan dariku hah ?!
kau ingin hidup di jalanan dan menjadi gembel begitu ?!
Pakai logika mu anak tak tahu diri dan berhenti melawanku...
Kau butuh aku untuk keberlangsungan hidupmu,
Kali ini aku memaafkanmu dan aku masih memberikan kesempatan padamu.
Setelah kau lulus nanti aku yang tentukan di mana kau akan kuliah nanti.
Jika tidak...
Maka aku pastikan kau tak akan pernah bisa bangkit meski itu hanya untuk duduk sekalipun "
Kata kata terakhir tuan Mehra sebelum ia memutar tubuhnya dan meninggalkan tempat itu.
Sepeninggal sang papa,
Ibra menarik dirinya dari dekapan pak Sabar, matanya nyalang menatap punggung sang papa yang tak lama kemudian menghilang dari pandangannya karena tertelan pintu utama rumah itu.
Kemudian Ibra turut melangkah menuju pintu dengan langkah terhuyung.
" tuan muda ?!
anda mau kemana ?! " tanya pak Sabar.
" jangan ikut campur urusanku pak Sabar..." hardik Ibra.
Saat ini perasaannya benar benar kacau, kehadiran sang papa dengan kemarahannya semakin membuat hatinya terluka.
Selalu saja mengatur hidupnya dan mengatur.
Ibra benci laki laki itu.
" tuan muda....jangan pergi, aku sudah menyiapkan semua yang kau inginkan " kata pak Sabar lagi sambil menghela nafas berat.
Ya...
Sejak tadi pagi ketika mendengar kabar jika Ibra di minta ke perusahaan sang papa.
Kejadian seperti ini sudah bisa pak Sabar tebak.
Pasti pertemuan dua ayah dan anak itu akan berakhir dengan pertengkaran dengan Ibrahim yang akan berakhir dengan mabuk dan tak sadarkan diri.
Tuan mudanya itu memang keras kepala dan tak bisa di atur.
Sementara sang ayah, diktaktor dan tak mau mengalah.
Thor.. endingnya jangan biarkan Ibra kenapa2 ya 🙏🙏🙏
dans segera pertemukan mereka 👍😢
tunggu Rea merawatmu..
❤❤❤❤❤
aku kok jadi gemezzzz ama Niel..
bisa2nya dia bikin berita hoax..
❤❤❤❤
❤❤❤❤❤❤
❤😉😉😉😉❤❤❤❤❤
ikuti akun Rea..
cari di yogya..
kalian akan bertemu...
perjuangkan cintamu..
kalo gak ngerti cinta atau bukan..
minimal ranggung jawab atas rasa bersalahmu..
❤😉😉😉😉😉❤❤❤❤❤
apakah Rea pernah hamil..
aaahhh..
masih musteri..
penasarannnn..
❤❤❤❤❤
Apakah itu Ibra yg melihat Rea lagiii?? 🤩🤩🤩🤩