NovelToon NovelToon
Detik Yang Membekas

Detik Yang Membekas

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Misteri / Romansa Fantasi / Diam-Diam Cinta / Romansa / Office Romance
Popularitas:29k
Nilai: 5
Nama Author: Ahmad Vicky Nihalani Bisri

Di dermaga Pantai Marina, cinta abadi Aira dan Raka menjadi warisan keluarga yang tak ternilai. Namun, ketika Ocean Lux Resorts mengancam mengubah dermaga itu menjadi resort mewah, Laut dan generasi baru, Ombak, Gelombang, Pasang, berjuang mati-matian. Kotak misterius Aira dan Raka mengungkap peta rahasia dan nama “Dian,” sosok dari masa lalu yang bisa menyelamatkan atau menghancurkan. Di tengah badai, tembakan, dan pengkhianatan, mereka berlomba melawan waktu untuk menyelamatkan dermaga cinta leluhur mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Vicky Nihalani Bisri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CH - 22 : Melodi Kehidupan Baru

Setelah perjalanan mereka ke Jakarta, Aira dan Raka kembali ke Semarang dengan semangat baru.

Kontrak penerbitan novel terbaru Aira sudah ditandatangani, dan Raka mulai mengerjakan desain cover untuk proyek tersebut.

Rumah kecil mereka di daerah Candi kini terasa lebih hidup, dipenuhi oleh tawa, obrolan santai, dan kerja sama mereka dalam mengejar impian masing-masing.

Pagi itu, Aira duduk di meja kerjanya, mengetik dengan fokus, sementara aroma kopi yang baru diseduh oleh Raka memenuhi ruangan.

Raka masuk ke ruang tamu dengan dua cangkir kopi, satu untuk Aira dan satu untuk dirinya sendiri.

Dia mengenakan kaus sederhana dan celana pendek, rambutnya sedikit berantakan setelah bangun tidur, tapi matanya penuh semangat.

“Pagi, istriku. Aku bikin kopi buat kamu, aku tambahin sedikit kayu manis, kayak yang kamu suka,” katanya, tersenyum sambil meletakkan cangkir di samping laptop Aira.

Aira menoleh, tersenyum lebar saat melihat Raka.

“Pagi, suamiku. Makasih ya, kopinya harum banget,” katanya, menyesap kopi itu dengan puas.

“Aku… aku udah selesai bab kedua novelku. Aku ceritain tentang masa-masa kita LDR dulu, tentang rasa rindu yang aku tuangin ke cerita. Aku… aku harap pembaca bisa ngerasain emosi yang sama,” tambahnya, nadanya penuh harapan.

Raka duduk di samping Aira, membaca beberapa baris di layar laptop.

“Aira, ini bagus banget. Aku… aku bisa ngerasain rindumu dari kata-kata ini. Aku yakin pembacamu juga bakal ngerasain hal yang sama,” katanya, tangannya memegang tangan Aira dengan lembut.

Aira tersenyum, merasa ada kehangatan yang menjalar di dadanya.

“Makasih, Raka. Aku… aku seneng banget bisa kerja bareng kamu. Aku ngerasa novel ini bakal jadi sesuatu yang spesial, karena kita bikin bareng,” katanya, matanya berbinar.

Raka tersenyum, lalu menunjukkan tablet grafisnya.

“Aku udah selesai sketsa awal cover-nya, Aira. Aku bikin siluet kita di bawah payung, kayak yang kamu minta, dengan latar hujan yang lembut. Aku pake warna biru tua sama abu-abu biar suasananya terasa melankolis tapi hangat. Kamu pikir gimana?” tanyanya, menunjukkan sketsa itu dengan penuh antusias.

Aira membelalak, matanya penuh kagum saat melihat sketsa itu.

“Raka, ini… ini indah banget. Aku suka banget cara kamu bikin hujannya, keliatan lembut tapi penuh emosi. Dan siluet kita… aku ngerasa kayak balik ke momen itu lagi. Aku… aku yakin ini bakal jadi cover yang sempurna,” katanya, suaranya penuh kebahagiaan.

Mereka melanjutkan pagi itu dengan suasana yang penuh harmoni, Aira menulis dan Raka menggambar, sesekali saling melirik dan tersenyum.

Tapi di tengah kebahagiaan itu, ada perubahan kecil yang mulai dirasakan Aira. Beberapa hari terakhir, dia merasa lebih mudah lelah, dan terkadang mual di pagi hari.

Awalnya, dia menganggap itu hanya karena kelelahan setelah perjalanan ke Jakarta dan kesibukan menulis, tapi pagi itu, mualnya terasa lebih kuat dari biasanya.

“Raka… aku kok ngerasa enggak enak badan,” kata Aira tiba-tiba, tangannya memegang perutnya sambil mengerutkan kening.

“Aku… aku mual dari tadi, dan badanku lelet banget.” Raka langsung menatap Aira dengan khawatir, bangkit dari kursinya dan berlutut di sampingnya.

“Aira, kamu baik-baik aja? Aku… aku khawatir. Kamu udah kayak gini beberapa hari, kan? Kita ke dokter, yuk,” katanya, nadanya penuh perhatian.

Aira mengangguk, meskipun dia merasa sedikit takut.

“Iya, Raka. Aku… aku juga ngerasa ini enggak biasa. Kita ke dokter aja, ya,” katanya, suaranya pelan.

Mereka segera bersiap dan pergi ke klinik terdekat, sebuah klinik kecil di daerah Candi yang sering dikunjungi warga sekitar.

Di ruang tunggu, Aira duduk dengan tangan gemetar, sementara Raka memegang tangannya erat, mencoba menenangkannya.

“Aira, tenang, ya. Apa pun hasilnya, aku di sini. Kita hadapin bareng,” katanya, suaranya lembut tapi tegas.

Setelah menunggu beberapa menit, mereka dipanggil masuk ke ruang dokter. Dokter Rina, seorang wanita paruh baya yang ramah, menyapa mereka dengan senyum hangat.

“Selamat pagi, Aira, Raka. Aira, kamu bilang kamu merasa mual dan lelet akhir-akhir ini, ya? Ada gejala lain? Mungkin pusing atau perubahan nafsu makan?” tanyanya, mencatat di buku medisnya.

Aira mengangguk, menjelaskan gejala yang dia rasakan dengan hati-hati. Dokter Rina tersenyum, lalu menyarankan untuk melakukan tes kehamilan sederhana.

“Dari gejala yang kamu ceritain, ada kemungkinan kamu hamil, Aira. Kita coba tes dulu, ya, biar pasti,” katanya, nadanya penuh pengertian.

Aira dan Raka saling pandang, jantung mereka berdegup kencang. Aira merasa campur aduk antara takut dan harapan, sementara Raka tersenyum kecil, matanya penuh antusias.

“Aira… kalau bener, ini… ini kabar yang luar biasa,” bisik Raka, meremas tangan Aira dengan lembut.

Setelah melakukan tes, Dokter Rina kembali dengan senyum lebar.

“Selamat, Aira, Raka. Aira positif hamil. Berdasarkan perkiraan, kehamilannya mungkin sudah memasuki minggu ke-6. Kalian bakal jadi orang tua!” katanya, nadanya penuh kebahagiaan.

Aira menutup mulutnya dengan tangan, air mata haru mengalir di pipinya.

“Ya Tuhan… aku… aku hamil, Raka,” katanya, suaranya gemetar karena bahagia.

Raka langsung memeluk Aira erat, air mata kebahagiaan juga terlihat di matanya.

“Aira… kita bakal punya anak. Aku… aku seneng banget,” kata Raka, suaranya serak karena haru.

“Makasih, Aira. Makasih udah bikin hidupku lengkap,” tambahnya, mencium kening Aira dengan penuh kasih.

Dokter Rina memberikan beberapa saran tentang pola makan, istirahat, dan pemeriksaan rutin yang harus Aira lakukan selama kehamilan.

Aira dan Raka mendengarkan dengan penuh perhatian, tangan mereka tetap bergandengan erat. Setelah dari klinik, mereka memutuskan untuk jalan-jalan sebentar di taman dekat rumah, mencoba mencerna kabar besar ini dengan tenang.

Mereka duduk di sebuah bangku kayu di bawah pohon besar, menatap anak-anak kecil yang bermain di taman dengan tawa riang.

Aira bersandar di bahu Raka, tangannya memegang perutnya dengan lembut.

“Raka… aku masih enggak percaya kita bakal jadi orang tua. Aku… aku seneng banget, tapi aku juga takut. Aku takut aku enggak bisa jadi ibu yang baik,” katanya, suaranya pelan.

Raka memeluk pundak Aira, mencium puncak kepalanya.

“Aira, kamu bakal jadi ibu yang luar biasa. Aku tahu kamu, kamu orang yang penuh cinta, penuh perhatian. Aku… aku juga takut, tapi aku yakin kita bisa lewatin ini bareng. Kita bakal belajar bareng, ya,” katanya, nadanya penuh keyakinan.

Aira tersenyum, merasa ada kekuatan yang muncul dari kata-kata Raka.

“Makasih, Raka. Aku… aku ngerasa lebih tenang denger kamu bilang gitu. Aku pengen anak kita nanti tahu betapa kita sayang sama dia, betapa kita sayang satu sama lain,” katanya, suaranya lembut.

Sore itu, mereka kembali ke rumah dengan hati penuh harapan. Aira dan Raka menghabiskan malam dengan merencanakan langkah berikutnya, membeli buku panduan kehamilan, mencari dokter kandungan yang tepat, dan bahkan mulai membayangkan nama untuk anak mereka.

Aira tertawa kecil saat Raka mengusulkan nama-nama yang terinspirasi dari laut, seperti “Ombak” atau “Banyu,” sementara Aira lebih menyukai nama yang lembut seperti “Rinai” atau “Embun.”

Malam itu, mereka duduk di sofa, Aira bersandar di dada Raka sambil memandang gelang di pergelangannya, gelang yang menjadi simbol perjalanan cinta mereka.

“Raka… hidup kita bakal berubah lagi, ya. Tapi… aku seneng, karena aku tahu kita bakal lewatin semua bareng,” katanya, suaranya penuh rasa syukur.

Raka tersenyum, memeluk Aira erat.

“Iya, Aira. Ini melodi baru dalam hidup kita, melodi kehidupan yang kita ciptain bareng anak kita nanti. Aku sayang kamu, Aira. Selamanya,” katanya, nadanya penuh cinta.

Di bawah langit Semarang yang mulai gelap, Aira dan Raka saling berpelukan, merasa bahwa kehidupan baru yang mereka sambut ini akan menjadi bab paling indah dalam cerita cinta mereka, bab yang akan mereka tulis bersama, dengan cinta sebagai nada utamanya.

1
Miu Nih.
maasyaa Allaah, kisahnya indah ☺☺
tuan angkasa: terima kasih🙏
total 1 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
siapa itu Rinai? koq kayak merk kom...r yaa thor🙏🏻
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ: melodi tuh bagus bt nama
tuan angkasa: wkwkw iya kah? tpi bagus ih
total 4 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
melodi cinta 🤩🤩🤩
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
selamat yaa Aira dn Raka.....samawa
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ: siyaapp
tuan angkasa: yu ikuti terus cerita mereka hehe
total 2 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
yesss i do......🥰🥰
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
aamiin
Delbar
aku mampir kak 💪💪💪💪
tuan angkasa: terima kasih kak🙏
total 1 replies
Bee Sa Maa
novelnya bagus, menarik, ceritanya ringan, lucu dan menghibur, lanjutkan thor!
Dante
kok bisa sih, selucuuu ini 🐣
tuan angkasa: bisa dong, kek yang bacanya juga lucu
total 1 replies
Miu Nih.
arg! nusuk banget ini 🥲
tuan angkasa: bener kak😢 semangat yaa
total 1 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
LDRan ceritanya yaa
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ: siyaapp
tuan angkasa: hehe, pasti relate nih kakak nanti ngebaca nya dari hari ke hari, tenang aja, kita up setiap pukul 5 sore setiap harinya, stay tuned yaa:)
total 4 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
saling melengkapi....
Miu Nih.
untuk bisa masuk ke dalam cerita gitu emang butuh detail yang 'sangat' ,,tapi beda di novel digital itu emang perlu jalan cerita yang cepat tak tak tak gitu biar langsung ngena pembaca...

padahal niatnya ya itu author bikin cerita yang bisa nyentuh, memaknai setiap paragraf, enggak sekedar cerita dan bikin plot... kamu tahu, aku bikin jalan cerita 3 hari itu menghabiskan 15 bab 🤣🤣
tuan angkasa: wah 3 hari 15 BAB termasuk cepet loh kak
total 1 replies
Miu Nih.
cocok nih raka sama Aira... raka bisa bantu bikin sketsa gitu, nanti bisa jadi komik atau lightnovel 🤗
Miu Nih.
betul, aku juga merasa begitu? menurutmu apa tantangan dalam menulis novel digital gitu?
Miu Nih.
Halo Aira, nama kita sama 🤗
mampir bentar dulu yaa... lanjut nanti sekalian nunggu up 👍

jgn lupa mampir juga di 'aku akan mencintaimu suamiku' 😉
tuan angkasa: hai kak aira, terima kasih sudah mampir, ditunggu kedatangannya kembali😊

baik
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!