Cintanya, harga dirinya, dan ketulusannya, telah ia berikan pada pria itu, dan bahkan sampai rela tidak menginginkan, James Sebastian, tunangan yang di jodohkan Ibunya kepadanya.
Tapi, apa yang ia dapat? Eleanor Benjamin, di tinggalkan pria itu, Richard Marvin, saat mereka akan melangsungkan pernikahan, demi wanita lain!
Hingga sebuah mobil menabraknya, dan ia meregang nyawa, Richard tidak memperdulikannya!
Eleanor berharap, seandainya ada kesempatan kedua untuknya! ia akan mendengarkan Ibunya. Dan membalikkan keadaan! membalas apa yang ia rasakan pada Ricard.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 15.
Sesampainya Richard di apartemennya, ia langsung ambruk ke sofa dengan kepala yang terasa berputar.
"Eleanor... air minum, mana air minum.. ambilkan aku air minum, cepat!!" dengan suara serak ia berteriak memanggil Eleanor.
"Tuan, Nona Eleanor sudah tidak pernah datang berkunjung lagi ke apartemen, anda!" seorang Pelayan wanita tua datang menghampiri Richard, yang terbaring di sofa.
"Ck!" Richard tersadar kalau Eleanor telah meninggalkannya, "Ambilkan obat sakit perutku!" sahutnya kemudian, lalu berusaha untuk bangkit dari berbaringnya.
Wanita tua itu bergegas mengambil obat sakit perut, dan meletakkannya di atas meja sofa bersama air putih dalam gelas.
"Bukan yang ini!" Richard membuang obat sakit perut berbentuk pil tersebut ke lantai.
"Obat yang biasa anda minum, Nona Eleanor yang selalu membuatnya, Tuan!" wanita tua itu memungut kembali obat yang di buang Richard dari lantai.
Seketika Richard tidak bergerak, ia kembali mengingat betapa sangat menyesalnya ia telah mengabaikan Eleanor selama ini.
Selama ini Eleanor sangat memperhatikan dirinya, dan ia menganggap semua yang di lakukan Eleanor tidak penting sama sekali.
Ia lebih banyak perduli dengan keadaan Melanie, yang menurutnya sangat memprihatinkan, setelah di tinggal mati oleh ke dua orang tua Melanie.
"Eleanor.. maafkan aku" gumam Ricard memegang dadanya yang tiba-tiba terasa sakit.
Saat ini baru ia merasakan, betapa ia kehilangan sosok Eleanor yang sangat perhatian padanya. Ia mungkin harus mengejar Eleanor ke ibukota, dan meminta maaf padanya.
Ibukota, siang hari.
Eleanor di jemput James untuk makan siang, dan membawanya pada sebuah restoran mewah.
Sikap canggung James masih tampak saat berdekatan dengan Eleanor, dan Eleanor dapat merasakannya.
Ia tahu James sepertinya masih belum percaya, dengan niatnya yang tulus untuk menikahi James.
Eleanor memaklumi akan sikap James, jadi ia tidak akan mempermasalahkan sikap James, yang masih ragu dengan ketulusannya.
Ini balasan akibat sikap kasarnya pada James, seperti ia juga membalas sakit hatinya pada Ricard, dengan memutuskan hubungan, dan meninggalkan Ricard.
Sementara balas dendam James padanya, dengan cara bersikap dingin, dan tidak percaya padanya.
Eleanor memperlihatkan senyuman ramahnya, saat James menarik kursi untuknya.
"Terimakasih" ucap Eleanor sembari terus memperlihatkan senyumannya, lalu perlahan duduk
James tidak menjawab, ia menarik kursi untuk dirinya sendiri di depan Eleanor. Dan makan siang pun di sajikan di atas meja, sesuai dengan apa yang di pesan James.
"Wah, ini makanan favorit ku!" ujar Eleanor semakin tersenyum lebar, melihat menu makan siang, yang di sajikan di atas meja.
Dalam diam James melirik Eleanor yang terlihat senang, lalu mulai mencicipi makan siang mereka.
"James, kamu kenapa tahu makanan favorit ku?" tanya Eleanor masih saja memperlihatkan senyumannya.
"Ehem! Bi.. Bibi yang memberitahu padaku, makanan apa yang kamu suka!" jawab James tampak sedikit gugup.
"Oh, begitu rupanya, Mama memang yang terbaik, dia begitu tahu bagaimana untuk mendekatkan kita!"
Eleanor nyaris mengeluarkan tawanya, mengetahui Ibunya sampai memberitahu makanan favoritnya pada James.
"James! kak James.. !"
Tiba-tiba seorang wanita cantik menghampiri meja mereka, dan menghambur ke arah James.
"Ternyata memang benar kamu kak James, kapan kembali dari luar negeri? kenapa aku tidak di beritahu?" tanya wanita cantik itu tersenyum senang memandang James.
Eleanor yang tadi masih tersenyum, memandang terheran-heran pada wanita cantik, yang sepertinya sangat akrab dengan James.
Eleanor percaya pada Ibunya, kalau James bukan pria seperti Ricard, membuat ia tetap memasang senyuman ramahnya.
Tapi, mendadak senyumannya perlahan terlihat hambar, melihat wanita itu duduk di samping James, seakan-akan dirinya tidak terlihat berada di sana.
Aku di mana? apa yang terjadi? kenapa bisa seperti ini? Eleanor masih mempertahankan senyumannya, dan berpikiran positif melihat keakraban wanita cantik itu terhadap James.
"Kenapa kamu berada di sini?" tanya James dengan tenang, membiarkan wanita cantik itu duduk di sampingnya.
Apa?? Eleanor tetap mencoba mempertahankan senyumannya, mendengar nada tenang James menegur wanita cantik itu.
"Ha ha haaa... " Eleanor tertawa kecil melihat pemandangan di depannya.
Balas dendam James padanya, membuat ia menyadari akan sikapnya pada James. James memperlihatkan bagaimana sakitnya tidak dianggap.
James sontak menoleh kearah Eleanor yang tertawa kecil, dan seketika ia sadar dengan situasi yang terjadi saat ini.
Bersambung......