"Ambil saja suamiku, tapi bukan salahku merebut suamimu!"
Adara yang mengetahui pengkhianatan Galang—suaminya dan Sheila—sahabatnya, memilih diam, membiarkan keduanya seolah-olah aman dalam pengkhianatan itu.
Tapi, Adara bukan diam karena tak mampu. Namun, dia sudah merencanakan balas dendam yang melibatkan, Darren—suami Sheila, saat keduanya bekerjasama untuk membalas pengkhianatan diantara mereka, Darren mulai jatuh dalam pesona Adara, tapi Darren menyadari bahwa Adara tidak datang untuk bermain-main.
"Apa yang bisa aku berikan untuk membantumu?" —Darren
"Berikan saja tubuhmu itu, kepadaku!" —Adara
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Delapan
"Apa yang telah kamu lakukan selama satu tahun ini, Sheila?" tanya Darren.
Dari tadi dia telah mendengar semuanya di balik pintu. Suara Adara yang cukup keras, bisa didengarnya dengan baik. Sehingga tahu apa saja yang menjadi bahan debatan ketiganya.
Sheila terkejut melihat kehadiran suaminya. Begitu juga dengan Galang. Berbeda dengan Adara, dia tampak tersenyum. Memang dia yang telah menghubungi Darren. Ingin mengatakan apa saja yang telah istrinya lakukan dengan Galang, sang suami.
Namun, Adara tak mengira jika Darren datang di saat yang tepat. Dia tak perlu menjelaskan lagi apa yang terjadi.
"Apa maksudmu, Darren?" tanya Sheila pura-pura tak mengerti.
"Jangan pura-pura kamu! Sebenarnya ada hubungan apa antara kamu dan Galang?" tanya Darren dengan suara yang cukup keras.
Saat Adara menghubungi dirinya dan mengatakan ada yang ingin disampaikan mengenai istrinya, Darren sudah yakin jika itu ada sesuatu yang bersangkutan dengan Galang. Dia tadi, dapat melihat tatapan keduanya yang tidak biasa.
"Darren, aku benar-benar tak paham dengan apa yang kau maksud? Hubungan aku dengan Galang hanya sekedar atasan dan bawahan saja, tidak lebih," jawab Sheila.
Adara yang melihat Darren tampak emosi, memintanya untuk tenang. Dia juga minta agar suami dari Sheila itu duduk.
"Duduk dulu, Kak. Kita selesaikan secara baik-baik," ucap Adara.
Darren menarik napas dalam dan membuangnya, itu dia lakukan berulang kali. Semua untuk meredakan amarahnya.
"Apa Kak Darren sudah mendengar semua? Atau perlu saya ulangi lagi, semua yang dilakukan Sheila dengan Mas Galang?" tanya Adara.
Darren menatap istrinya dengan mata yang tajam, "Ada apa antara kamu dan Galang? Aku melihat ada sesuatu yang tidak beres di antara kalian berdua."
Sheila merasa tidak nyaman dan mencoba untuk mengelak, "Tidak ada apa-apa, Darren. Kamu salah paham."
Namun, Darren tidak percaya. "Jangan bohong, Sheila. Aku tahu ada sesuatu yang terjadi antara kalian berdua. Apa yang kamu lakukan dengan Galang sehingga dia menggaji'mu sangat tinggi dan bersedia membelikan ibumu rumah ?" Darren menuntut jawaban dari Sheila.
Darren menatap istrinya dengan mata yang penuh kemarahan dan kecewa. "Kenapa Galang bisa memberimu gaji yang lebih tinggi dari biasanya? Dan apa maksudnya dia membelikan rumah untuk orang tua kamu? Apa yang kamu lakukan untuk mendapat perlakuan seperti itu?" Kembali Darren bertanya karena istrinya tak juga menjawab pertanyaannya.
Sheila merasa terpojok dan tidak tahu bagaimana cara menjawab pertanyaan Darren. Dia mencoba untuk berpikir cepat dan mencari alasan yang masuk akal, tapi dia tahu bahwa Darren tidak akan percaya.
"Sheila tak bersalah, aku yang memberinya gaji segitu. Bukan maunya. Aku juga memberikan gaji lebih karena dia sahabatnya Adara. Aku pikir istriku tak akan keberatan," ucap Galang.
Adara tersenyum mendengar suaminya yang berusaha membela sahabatnya dan sekaligus selingkuhannya. Dia merasa sangat bodoh, karena bisa dibohongi begitu.
"Siapa bilang aku tak keberatan? Uang lima belas juta itu bukanlah sedikit. Lagi pula, walau dia temanku, kerja itu tetap harus profesional. Di gaji sesuai kemampuan. Dan uang dua ratus juta itu, bukan uang yang kecil. Kenapa kamu tak minta izin saat meminjamkan uang untuk Sheila!"
"Kenapa kalian berdua seolah-olah menuduhku curang. Aku tak tau apa-apa mengenai gaji itu. Galang yang memberinya tanpa aku minta. Dan mengenai uang dua ratus juta itu, aku hanya meminjam buat beli rumah untuk ibuku. Aku mengaku salah. Kamu bisa potong gajiku tiap bulannya, Adara."
Sheila akhirnya bersuara dengan panjang lebar karena merasa dipojokan. Dia juga tak ingin suaminya tahu hubungan dia dan Galang. Wanita itu mengeluarkan air mata buayanya agar Adara dan Darren merasa iba dan tak bertanya lagi.
"Kamu itu sudah membuatku malu, Sheila. Kenapa kamu harus meminjam dengan Galang uang buat beli rumah itu?" tanya Darren.
Memang uang dua ratus juta tak akan cukup beli rumah di kota, tapi cukup layak buat rumah di desa.
"Karena kamu tak mau memberikan dia uang buat makanya dia minjam. Padahal kamu seorang aktor ternama. Aku rasa uang segitu tak seberapa bagimu, tapi kau tak mau memberinya!" seru Galang.
Dia merasa kasihan melihat Sheila terpojokan. Tak tega melihat selingkuhannya menangis.
"Tau apa kau dengan rumah tanggaku? Bukannya aku tak memberinya uang. Aku pernah membelikan rumah buat mertuaku, tapi digadaikan abangnya Sheila di bank. Rumah itu akhirnya di sita karena hutang tak kunjung dibayar dan dilunasi!" seru Darren.
"Pasti abang Sheila menggadaikan rumah itu karena butuh uang. Seharusnya sebagai ipar kamu membantu!" seru Galang lagi.
Sheila tampak menyunggingkan senyuman pada Galang. Mungkin karena pria itu membelanya.
"Untuk apa aku memberi uang jika dihabiskan buat judi!"
"Abang Sheila mungkin saja melakukan judi karena tak ada lagi jalan lain untuk menghasilkan uang. Tapi, lihatlah kini. Dia telah berubah. Sheila telah membuatkan warung untuknya," ujar Galang.
Adara dan Darren serempak memandangi Galang. Mereka heran mendengar pengakuan pria itu. Dia seakan tahu megenai kehidupan keluarga Sheila.
"Kenapa kau begitu tau mengenai keluarga Sheila? Sepertinya kalian berdua sangat dekat?" tanya Darren.
"Aku tak percaya jika kamu dan Sheila telah melangkah sejauh ini. Jadi keluarga Sheila telah tau hubungan kalian berdua?" tanya Adara dengan suara tinggi karena emosi.
"Hubungan apa yang kau maksud, Dara? Aku tau semuanya karena Sheila yang cerita. Tuduhan kamu tak beralasan. Sheila itu sahabatmu!"
Adara lalu berdiri. Dia berjalan menuju kamar rahasia yang ada di ruangan itu. Sheila dan Galang saling tatap. Mereka takut sesuatu akan ditunjukan Adara.
Beberapa saat kemudian Adara keluar. Dia lalu melemparkan baju Sheila yang tertinggal di bawah kasur. Rupanya mereka tak melihat itu sehingga lupa membersihkannya.
"Kanapa baju Sheila ada dikamar itu? Apa kalian sering berhubungan badan di kantor?" Adara bertanya dengan suara tinggi.
Sheila dan Galang jadi terdiam. Mereka tak menyangka jika tertinggal jejak percintaannya. Sedangkan Darren memandangi istrinya dengan tatapan tajam seolah ingin menelannya hidup-hidup.
Good Andara jangan mau di injak 2 sama nenek gombel Sheila
kl mau pngsan,slakan aja....drpd mkin malu....😝😝😝