Lareyna adalah istri yang semena-mena pada suaminya karena selama ini dia mengira suaminya menikahinya hanya karena bisnis.
Sebuah kesalahpahaman terjadi antara mereka hingga hubungan mereka semakin jauh padahal sudah berlangsung selama tiga tahun.
Hingga sebuah insiden terjadi, Ayden menyelamatkannya dan menukar nyawanya demi keselamatan Lareyna. Di ujung kebersamaan mereka Lareyna baru tahu kalau Ayden selama ini mencintainya.
Dia menyesal karena sudah mengabaikan Ayden, andai ada kesempatan kedua dia ingin memperbaiki semuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vicka Villya Ramadhani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apakah dia adikmu?
Sekian menit berlalu Layla masih menatap nona mudanya yang sedang sibuk mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja. Satu pertanyaannya membuat keadaan menjadi begitu senyap. Lareyna enggan membuka suara padahal Layla sama sekali tidak memaksanya untuk menjawab pertanyaannya.
"Bibi kenapa bisa di sini?"
Layla menahan tawanya, bisa dia lihat betapa menggemaskannya Lareyna saat mengubah topik pembicaraan mereka.
"Tuan Jonathan meminta saya untuk menemani Nona di sini. Tuan tahu Nona tidak bisa memasak dan tidak mengerti cara mengurus rumah," jawab Layla.
“Aku di sini baik-baik saja Bi, Ayden menjagaku dengan sangat baik. Dia lelaki baik,” ucap Lareyna. Dia menghela napas cukup panjang lalu dia berkata lagi, “Aku bermimpi panjang malam itu. Aku melihat diriku tengah menangisi pemakaman Ayden, Bi.”
Layla tidak menanggapi apapun karena dia tahu masih ada yang ingin disampaikan nona mudanya ini.
“Aku ngga tahu kenapa tetapi melalui mimpi panjangku itu aku terbangun dan mendadak aku menyesal sudah bersikap nggak baik sama Ayden selama ini. Aku bermimpi menjadi istri yang sangat buruk padanya lalu tiba-tiba aku diculik. Ayden menyelamatkanku Bi. Dia tertembak, dia melemparku dari mobil yang sudah dipasang peledak. Lalu dia … dia … dia meledak di dalam mobil itu Bibi Layla. Huhu … Ayden, Ayden, Ayden ….”
Bergegas Layla memberikan segelas air minum untuk Lareyna lalu dia mendekap majikan yang sudah dia bantu besarkan itu. Layla mengusap punggung Lareyna sedangkan Lareyna menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak seakan ada batu besar yang menindihnya.
“Nona tenanglah, itu hanya mimpi buruk. Mungkin Tuhan ingin Nona bersikap baik dan mulai mengenali tuan Ayden dengan cara yang berbeda. Mungkin saja mimpi adalah pertanda,” ucap Layla.
Lareyna memeluk erat tubuh Layla. “Aku melihat dengan kedua mataku ini Bi, Ayden meledak di dalam mobil itu. Dia tertembak beberapa kali hanya untuk menyelamatkanku tetapi dia justru bertanya apakah aku baik-baik saja atau tidak. Ayden … Ayden … Bibi aku ingin Ayden, aku nggak mau lagi kehilangan dia. Aku merasa setelah mendapat mimpi itu aku mendapatkan kesempatan kedua. Aku merasa berada di kehidupan kedua. Aku ingin memperbaiki semuanya, aku hanya ingin Ayden.”
Layla kini paham dengan maksud Lareyna tadi. Tanya dalam benaknya juga kini terjawab sudah mengapa tiba-tiba di hari pernikahannya Lareyna mendadak berubah. Semua karena apa yang dia alami di dalam mimpi.
Padahal, awalnya Lareyna hanya ingin memberikan alasan yang masuk akal pada Layla, namun dia justru kembali teringat pada kejadian tiga tahun lalu. Sungguh sesak, bahkan jika harus jungkir balik untuk mempertahankan keberadaan Ayden tetap dalam jangkauannya, tetap dalam jarak pandangnya, tetap dalam genggamannya, maka Lareyna siap untuk berjuang hingga dia mati lagi lalu hidup lagi dan mati lagi, sampai dia benar-benar memastikan bahwa dia mendapatkan maaf dan cinta Ayden seutuhnya, sampai dia memastikan tidak akan ada lagi penderitaan di antara mereka.
“Baiklah, bagaimana kalau Nona sarapan dulu lalu mandi, setelah itu Nona temui tuan Ayden di perusahaan?” usul Layla.
Lareyna mengusap air matanya lalu dia tersenyum. "Bibi benar. Aku tiba-tiba merindukan suamiku itu. Aku akan pergi menemuinya," ucap Lareyna.
—00—
Senyuman mengembang di bibir Lareyna saat dia memasuki perusahaan. Dulu saat dia menikah dengan Ayden dia bahkan hampir tidak pernah menginjakkan kaki di perusahaan ini. Dia akan datang ke kantor pusat tempat di mana ayahnya memimpin. Dalam kehidupan sebelumnya, Ayden akan pindah ke perusahaan utama setelah ayahnya sakit-sakitan dan itu di tahun kedua pernikahan mereka. Saat di mana Misca pun turut hadir dalam rumah tangga mereka.
"Nyonya, Tuan Ayden sedang rapat. Mari silakan menunggu di dalam ruangannya," ucap sekretaris Ayden.
Lareyna ingin wanita ini adalah sekretaris yang dikabarkan berkhianat dari Ayden, menjual cetak biru perusahaan pada saingan bisnis. Padahal dia adalah salah satu sekretaris yang setia dan tidak pernah membuat ulah. Lalu satu Minggu kemudian kosongnya posisi sekretaris diisi oleh Misca.
"Apakah kamu bekerja dengan baik?" tanya Lareyna.
Tina—nama sekretaris itu, dia tersentak lalu dia mengangguk. "Ya, sejauh ini Tuan Ayden tidak pernah mengeluhkan apapun, Nyonya."
Lareyna tersenyum. "Itu bagus, pertahanin posisimu ya. Jangan sampai ada orang yang nggak suka denganmu lalu menjatuhkanmu. Aku rasa kamu cukup baik menjadi sekretaris," ucap Lareyna.
Gadis bermata hazel ini memindai penampilan Tina yang menurutnya sangat tertutup dan sopan.
"Terima kasih Nyonya. Apakah saya boleh kembali, Tuan Ayden memberikan saya beberapa pekerjaan penting yang harus segera diselesaikan," ucap Tina dan Lareyna pun mengangguk.
Lareyna duduk sambil melihat-lihat ruangan itu. Ayden memang pandai membuat pengaturan untuk ruangan ini sehingga siapapun yang berada di dalamnya merasa sangat nyaman.
Dengan kedua bola mata berwarna hazel itu dia menatap pemandangan dari jendela, kendaraan cukup kecil jika dilihat dari lantai sepuluh ruangan ini.
Lareyna menoleh saat mendengar pintu dibuka. Dia melihat Ayden tidak datang sendiri melainkan ada seorang wanita berpakaian seksi dan terasa sesak di pandangan Lareyna karena semua tonjolan di tubuhnya begitu nampak.
"Ayden," panggil Lareyna.
Ayden yang sedang mengobrol dengan wanita itu langsung menoleh. Dia kaget karena Lareyna berada di ruangannya.
"Ayden, siapa gadis kecil ini? Apakah dia adikmu?"
Mata Lareyna melotot. Ayden sendiri menahan tawa melihat bagaimana istrinya itu tidak terima disebut sebagai adiknya.
"Oh Cassandra, dia adalah Lareyna. Dia istriku," jawab Ayden.
"Istri? Kamu sudah menikah? Mengapa kamu nggak memberitahuku? Bukankah kamu tahu aku mengejarmu sejak di bangku kuliah?"
Lareyna yang tadinya sempat jumawa karena Ayden mengakuinya sebagai istri kini dibuat waspada.
'Astaga, siapa lagi ulat bulu ini? Kenapa di kehidupan sebelumnya dia nggak ada?' teriak Lareyna dalam hati.