Vina, seorang Ibu yang rela dan sabar menahan sakitnya perlakuan KDRT dari suami terhadap dirinya selama sepuluh tahun terakhir.
Ketika, Adit anak pertamanya berkata bercerailah bunda. Saat itulah dia tersadar akan sakitnya dan sia-sia semua perngorbanannya.
Akankah semua berjalan lancar?
Yuk, ikuti kisahnya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 13
Masih ditempat pernikahannya Anwar dan Nadin. Vina didatangi oleh Bu Sur, Sedangkan Dokter Iqbal, Adit Saka, pergi ketempat berbeda. Dan Bu Sur menanyakan alamat rumah Vina yang sekarang. Karena dulu saat Vina diceraikan dia pulang ke tempat saudaranya yang lagi hajatan.
"Kamu tambah cantik, udah lebih berisi nggak kurusan kayak dulu." puji Bu Sur.
"Alhamdulilah." jawab Vina.
"Sekarang kamu kerja apa?" tanya Bu Sur.
"Buka usaha loudry Bu, Alhamdullah cukup untuk sehari-hari." jawab Vina.
"Yang lelaki itu siapa? Kelihatannya dekat sama anak-anak." tanya Bu Sur.
"Itu dokter Iqbal. Dia yang punya rumah, yang sekarang kami tempati." ucap Vina.
Sedangkan Sarah, memilih mendekati Iqbal. Dia tertarik dengan Iqbal. Apalagi dia tahu dari Anwar, kalau sekarang Vina menempati rumah Iqbal. Dan diapun seorang Dokter. Padahal selisih umur mereka mencapai 15 tahun lebih. Tetapi, dia gak peduli. Yang penting orangnya kaya.
Apalagi, saat melihat Vina, dia tambah cantik. Dan baju yang dipakainya pun model bukan model pasaran. Dia berprasangka bahwa itu semua pasti pemberian Iqbal.
"Hai, kenalkan saya Sarah. Tantenya Adit dan Saka." ucap Sarah pada Iqbal.
Iqbal sedang makan bersama Adit dan Saka.
"Hai, saya Iqbal. Temennya Adit juga Saka." jawab Iqbal.
"Bukannya kamu seorang dokter?" tanya Sarah dengan suara yang dilembutkan.
"Ia Tante, beliau Dokter Jiwa. Jadi, jika Tante ada masalah bisa konsul sama beliau." jawab Adit. Dia jengkel dengannya Tantenya.
Iqbal dan Saka menahan senyum dengan jawaban Adit. Pasalnya Adit orangnya pendiam.
"Apaan sih kamu, kan aku gak tanya sama kamu." omel Sarah.
"Dokter Iqbal kerja di rumah sakit mana?" tanya Sarah.
"Citra Husada, saya dokter umum di sana." jawab Iqbal.
"Bisa minta nomornya, nanti kalau sewaktu-waktu saya atau keluarga sakit, kan jadi enak. Ada kenalan." ucap Sarah malu-malu.
"Boleh ini nomornya, 08***" ucap Iqbal.
"Terimakasih ya, nanti aku hubungi." kata Sarah senang.
Dia pun pamit bangkit, mau menemani para tamu bersama Ibunya.
Tak lama kemudian Vina beserta anak-anaknya pamit pulang, tetapi Adit juga Saka dimintai untuk foto bersama. Mereka menoleh pada Vina, dan Vina memberi isyarat boleh.
"Kenapa Bunda kalian gatal sekali hah? Baru berapa bulan cerai sudah gandeng pacar baru." ucap Anwar pada anaknya saat di pelaminan.
"Di antara kalian lebih gatal siapa? Lagian dia bukan siapa-siapanya Bunda kok." jawab Adit.
"Kamu! Turunlah, kamu bukan keluargaku. Aku nggak sudi foto bersama kamu." kata Anwar marah.
"Jika Abang nggak bukan keluarga Ayah, berarti adik juga bukan anak Ayah. Karena Ayah lebih gatal dari pada Bunda." gumam Saka.
"Mas, anak-anakmu kok kasar begitu. Berarti Vina ngajarin anak untuk melawan orang tua. Aku malu Mas." bisik Nadin.
"Kalian turunlah." kata Anwar.
Adit dan Saka akhirnya turun. Merekapun langsung pulang tanpa pamit. Saat dijalan pulang, Adit minta untuk di hantarkan ke tempat kerjanya. Sedangkan Saka meminta di hantarkan pada temennya. Karena dia lagi ada tugas sekolah yang harus dikumpulkan besok. Kebetulan semua keperluan sudah disiapkan sebelum berangkat tadi.
Tinggallah Vina dan Iqbal di dalam mobil. Suasana diantaranya jadi canggung. Iqbal memilih memutarkan lagu. Dia memutarkan lagu bollywood.
"Mas suka hindia?" tanya Vina.
"Iya, aku sangat menyukainya. Apalagi adikku. Dia juga sangat menyukainya." ucap Iqbal.
"Aku juga menyukainya." kata Vina.
"Mas, waktu kita maka kemarin. Ada temen Mas yang berkata kalau Mas orang Sentosa, baner kah.?" tanya Vina.
"Iya, dulu saya tinggal disana. Tetapi pas SMA saya sekolah disini. Dan juga kuliah disini. Terus menetap disini sampai sekarang." kata Iqbal.
"Apakah Mas tau tentang Panti Kasih sayang? yang berada di Sentosa." tanya Vina.
Dokter Iqbal menghentikan mobilnya. Dia ingin mendengarkan pertanyaan Vina lebih jelas. Dia berharap jika Vina mengingat dirinya.
"Tahu, sangat tahu malah." ucap Iqbal.
Bola mata Vina berbinar. Akhirnya dia bisa bertanya tentang panti. Rumah yang dirindukan.
"Dulu aku tinggal disana, terus aku di adopsi sama keluarga kaya yang tidak memiliki anak. Terus aku dibawa jauh ke kota. " ucap Vina.
Vina menceritakan semua pengalaman hidupnya, alasan tentang kenapa dia tidak kembali atau menghubungi pantinya. Padahal dia sangat merindukannya.
"Apakah kamu tidak ada temen disana? Yang aku dengar kamu sangat merindui ibu panti saja." tanya Iqbal. Karena selama bercerita Vina tidak mengatakan tentangnya sedikitpun.
"Kayaknya ada sih, yang aku ingat dia seorang laki-laki. Terus dia berjanji akan menjadi pelindungku. Tapi selama aku menjalani perjalanan hidup yang susah ini. Aku melupakan tentangnya. Bahkan namanya." ucap Vina.
"Apa yang kamu lakukan, jika nanti lelaki itu ada disini?" tanya Iqbal.
"Entahlah, mungkin dia juga sudah melupakan aku. Sama seperti aku yang melupakannya." lirih Vina.
"Apakah Mas tau bagaimana keadaan Ibu?" tanya Vina.
"Beliau sudah tiada, dan panti dibubarkan sama anak-anaknya. Mereka tidak mau mengurusnya lagi." papar Iqbal.
"Tunggu, apakah Mas berasal dari sana? Soalnya Mas berkata sama temen Mas alasan yang sama?" tanya Vina.
"Menurutmu? Apakah kamu ingat siapa nama lengkap aku? Bukankah sudah ku beritahu?" tanya Iqbal lagi.
Vina menutup mulutnya, dia tidak percaya. Bahwa yang berada didekatnya adalah lelaki yang berjanji akan menjaganya. Air matanya pun menetes. Antara sedih dan bahagia.