Ganti judul: Bunda Rein-Menikah dengan Ayah sahabat ku
"Rein, pliss jadi bunda gue ya!!" Rengek Ami pada Rein sang sahabat.
"Gue nggak mau!" jawab Rein.
"Ayolah Rein, lo tega banget sama gue!"
"Bodo amat. Pokok nya, gue nggak mau!!" tukas Rein, lalu pergi meninggalkan Ami yang mencebik kesal.
"Pokoknya Lo harus jadi bunda gue, dan jadi istri daddy gue. Titik nggak pake koma!" ujarnya lalu menyusul Rein.
Ayo bacaa dan dukung karya iniii....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mey(◕દ◕), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
"Reinh saya mau kamu!"
"Om lepasin saya!" Teriak Rein, berharap Davin sadar. Ia wanita dewasa yang sudah tahu, arti dari kata mau yang di ucapkan Davin.
Davin tidak membalas ucapan Rein, pria itu mengecup wajah Rein sambil tersenyum kecil. "Kamu cantik, saya suka!" ucap nya. Rein mengutuk dirinya yang malah merona, mendengar ucapan Davin.
"Aa..." pekik Rein, saat Davin membuat sebuah tanda di leher nya.
Davin kembali mencumbu Rein, saat matanya menangkap bibir indah itu. Davin mengecup kasar bibir bawah Rein membuat wanita itu melenguh keras.
Rein mendorong tubuh Davin, namun tidak ada tanda-tanda bahwa pria itu akan terdorong.
"Om, sadar! Gue bunuh ya, nih aki-aki kelebihan hormon...Ah" Rein memekik saat tangan Davin dengan kurang ajar meremas tubuh bagian atas nya.
Rein yang sudah ketakutan, langsung menendang aset Davin, membuat pria itu tersungkur. Tak ingin melewatkan kesempatan, Rein langsung turun dan berlari menuju pintu.
Namun mungkin ini hari sial nya, belum sempat membuka gagang pintu, Davin sudah mengangkat nya lalu membawa dan melempar nya di atas tempat tidur.
"Om jangan, sadar om!" Suara Rein sudah Bergetar karena takut. Di mata nya Davin seperti om om pedo, ya meskipun benar sih wkwk.
"Kamu ternyata mau bermain kasar!" Ucap Davin menyeringai. Karena pengaruh alkohol, Davin tidak menyadari apa yang sekarang ia lakukan.
Dengan cepat pria itu, mengungkung Rein di bawah nya. "Kenapa nangis, hm?" tanya Davin seraya mengelus pipi Rein, hingga berakhir di bibir mungil itu.
"Ini milik saya!" elusan tangan Davin, turun lagi hingga hampir mencapai dada, namun Rein langsung menahan tangan Davin.
"Ja-jangan om, saya mau keluar!" pinta nya dengan wajah yang sudah sembab, karena menangis.
Davin menggeleng tanda ia menolak. "Siapa yang suruh kamu keluar, hm?" tanya nya.
Cup
Davin mengecup kening Rein, lalu beralih pada kedua mata, pipi, dan yang terakhir bibir Rein. "Ingat baik-baik. Semua ini milik saya, jadi jangan pernah biarkan orang lain menyentuhnya!" Rein mengangguk takut, karena Davin menatap nya tajam. Bagi Rein sosok Davin di depan nya ini, sangat berbeda dari biasa nya.
Davin hendak membuka kancing piyama yang di gunakan oleh Rein, namun Rein langsung menahan nya, membuat Davin yang masih di pengaruhi oleh alkohol menatap nya tajam.
Satu yang harus kalian ketahui, Davin jika sudah di pengaruhi oleh alkohol, ia akan sangat berbeda.
"Jangan menahan nya, Baby!" geram Davin.
"Sa-saya nggak mau om. Biarkan saya keluar dari sini," pinta Rein sambil menatap Davin yang berada di atas nya.
"Kau ingin bermain kasar, baiklah aku akan kabulkan!"
Rein langsung menutup dadanya kala Davin menarik piyamanya hingga sobek.
Rein yang memang mempunyai kebiasaan tidak memakai bra pada malam hari, kini berusaha menutupi kedua aset nya yang cukup besar dengan tangan mungil milik nya.
Davin menatap lapar dua gunung Rein. "Jangan menutup nya, ini milik ku!" desis nya kesal.
"Hiks saya mau pulang, lepaskan saya om!" Rein benar-benar takut, kini tubuh bagian atas nya sudah terpampang jelas di mata Davin, kala tangan besar itu menahan kedua tangan Davin di atas kepala.
"Sakit..." Rein merintih kesakitan saat Davin meremas gunung kembar nya kencang.
Davin mengabaikan Rein yang berteriak, ia sibuk bermain dengan tonjolan coklat Rein yang kini menegang. Sesekali tangan nya akan meremas pelan dada Rein, membuat Rein mau tak mau mengeluarkan *******.
"Uh...jangan om, ini nggak benar!" ucap Rein sambil mendesah kala Davin memasukkan tonjolan bulat itu ke dalam mulutnya.
Davin tetap mengabaikan Rein, ia sibuk menyusu layak nya bayi yang sudah lama tak di beri Asi.
Davin menyedot kencang gunung kembar milik Rein, lalu melepaskan nya.
Davin membuka baju nya sendiri, hingga mata Rein menangkap 6 kotak-kotak yang sudah terbentuk indah. wajah nya merona seketika.
"Menyukai nya, Baby?" Rein langsung menggeleng. Rein berdoa dalam hati, semoga Davin pingsan, seperti novel yang baru beberapa hari lalu ia baca.
"Kau ingin melihat milik ku?" tanya Davin seraya mengelus tubuh bagian atas Rein, membuat wanita itu mati-matian menahan desahannya.
"Baiklah, akan ku tunjukan untuk mu."
Davin menuruni kasur, dan berdiri di hadapan Rein. Melihat Davin turun, Rein segera turun dan hendak berlari ke kamar mandi untuk bersembunyi.
Namun ini benar-benar memang hari sial nya, Davin yang memang sedari tadi memantau Rein, tidak akan melepaskan wanita itu.
Davin memeluk Rein dari belakang. "Mau kabur lagi?" bisik nya, membuat Rein menggeleng takut dengan Davin.
Rein memejamkan matanya pasrah, ia tidak akan semudah ini bisa lepas. "Om mau nya apa?" tanya Rein sudah mulai lelah, karena terus memberontak.
"Kita bermain baby," bisik Davin.
Boleh kah Rein berharap, Ami datang ke sini, dan menyelamatkan nya, dari terkaman Davin.
***
Rein memejamkan mata takut, saat Davin sudah memposisikan dirinya. Kini Rein sudah pasrah, toh melawan pun sudah tak bisa.
Pergulatan panas, dengan suara yang bersahutan memenuhi kamar milik Davin.
Rein meneteskan air matanya, sesuatu yang ia jaga selama ini sudah hilang, di ambil oleh ayah sahabat nya.
Cup
"Jangan menangis, baby." Ucap Davin.
"Om jahat hiks!" Davin yang sedari tadi memang sudah sadar, menatap Rein sayang.
"Maaf sayang, aku akan bertanggung jawab. Jadi kita harus menuntaskan ini dulu."
Davin menarik milik nya keluar, lalu kembali menyentak nya. "Uhh om Davin." Desah Rein.
Davin tersenyum kecil melihat wajah Rein yang tampak menikmati apa yang ia lakukan.
"Kenapa berhenti?" tanya Rein pada Davin.
"Jangan memanggilku om sayang, panggil namaku mulai sekarang, Karena kau kekasih ku." Rien membulatkan matanya.
"Aku sudah sadar baby, maafkan aku. Aku janji akan tanggung jawab," ucap Davin membuat Rein memukul nya Brutal.
"Jahat hiks...kenapa om lakuin ini sama Rein," tangis Rein pecah.
"Maafkan aku, sekarang berhenti menangis." Davin memeluk Rein erat, lalu meemajukan pinggang nya dengan tempo pelan.
"Gimana kalau Rein hamil? Rein nggak mau hamil om!"
"Tidak akan baby, jika kau hamil maka itu bagus, kita bisa langsung menikah."
"Tapi Rein masih kuliah om!." Tempo gerakan Davin semakin cepat, membuat Rein mendesah saat berbicara.
"Kita bicarakan ini besok sayang, kita harus menyelesaikan semua ini dulu," Rein hanya pasrah di bawah Davin.
***
Jam sudah menunjukkan pukul
3 pagi, namun Davin masih belum menghentikan kegiatan yang memberikan kenikmatan itu.
Rein sudah menutup mata karena kelelahan, bayangkan saja mereka bermain dari jam 12 malam.
"Aku sampai baby,"
Davin mengentak miliknya hingga masuk sangat dalam, kemudian ia menyemburkan caairan nya. Hangat yang Rein rasakan saat benih Davin menyembur memasuki rahim nya.
Tubuh Davin terjatuh ke samping Rein. "Baby.." panggil Davin.
Rein menoleh menatap Davin, dengan mata sayu nya. "Terimakasih, sudah menyerahkan sesuatu yang kau jaga selama ini untuk ku."
Plak
Rein memukul dada Davin dengan kesal. "Om yang memaksa!" Gerutunya.
"Hahah sorry sayang, tapi kau menikmati nya juga."
"Berisik, Rein mau tidur dulu, om jangan ganggu!"
"Saya mau ini!" Davin langsung memasukan tonjolan bulat Rein dalam mulut nya.
"Ishh om lepaskan!" Davin menggeleng seraya menyesap kuat tonjolan itu, berharap ada asi yang mengalir.
"Good night sayang." Ucap Davin pada Rein, lalu kembali menyesap tonjolan di dada Rein yang sudah memerah karena ulahnya.
TBC....
alay bgt
Menurut Davin tetlalu lelet utk nikahin Rein,Kenapa juga harus nunggu wisuda dulu,Bisa aja kan nikah dulu,Resepsinya baru nunggu Rein wisuda..yg penting udah di halalin Biar Fitriana gak bisa recokin lagi hubungan kalian..