Ariana Lyra Aurelia tidak pernah menyangka cinta tulusnya dibalas dengan pengkhianatan kejam dari sang kekasih yang tega menghabisi nyawanya.
Di ujung napas yang masih bisa Ia pertahankan, Kael Ethan Thomson, pria yang dijodohkan oleh ayahnya datang. Memeluk tubuh Ariana dengan air mata membasahi pipi pria itu. Pria yang selama ia abaikan karena perjodohan justru menjadi pria yang sangat tulus mencintainya dan selalu ada untuknya, bahkan ada disaat terakhirnya.
"Andai aku memiliki kehidupan kedua, aku akan mencintaimu setulus hatiku..."
Apa yang akan Ariana lakukan ketika kehidupan kedua benar-benar diberikan untuknya?
Ikuti kisah mereka...!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18.
"Kamu terlambat!"
Kedatangan Ariana di Dojang (tempat berlatih taekwondo), segera disambut dengan dua kata dari pemuda yang kini sudah siap dengan Dabok (pakaian taekwondo) melekat di tubuh pemuda itu berdiri dengan tangan terlipat.
"Maaf..." ucap Ariana tersenyum sembari menggosok tengkuknya.
"Ayah ada di rumah sore ini, dan aku perlu mencari alasan untuk pergi,"
"Apakah kamu berbohong?" selidik Kael.
"Aku mengatakan pergi denganmu, tapi tidak mengatakan aku akan berlatih taekwondo karena tidak ingin Ayah khawatir padaku. Jadi, jika Ayah bertanya padamu, kamu harus bisa memberikan jawaban lain," jawab Ariana.
"Kenapa tidak berkata terus terang saja jika kamu mempelajari taekwondo?" tanya Kael.
"Jangan! Ayah pasti melarangku. Jadi, jangan katakan ini pada Ayah. Tapi, setelah aku menguasainya, kamu boleh mengatakan hal ini pada Ayah," jawab Ariana.
Kael hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum, lalu berbalik pergi meninggalkan Ariana selama beberapa saat menuju ransel yang ia letakkan di sisi ruangan dan kembali mendekat pada Ariana dengan satu set Dabok (pakaian taekwondo) di tangannya.
"Ganti pakaianmu dengan ini! Ruang ganti ada di sana!" ucap Kael sembari menunjuk satu arah di mana ada pintu di sudut ruangan.
Ariana mengangguk, meletakkan tas miliknya di sisi ruangan dan melangkah menuju pintu. Tak berapa lama, Ariana keluar dari ruang ganti dengan pakaian yang sama dengan yang Kael kenakan.
"Apakah kamu siap untuk latihan?" tanya Kael.
"Uhmm..." Ariana mengangguk
"Berlarilah lebih dulu mengitari ruangan ini setidaknya tiga putaran untuk pemanasan. Uhm... Cukup mengitari matras ini saja," Kael segera meralat ucapannya begitu ia melihat kedua mata Ariana membulat.
"Baik," sahut Ariana tersenyum.
Kael mengusap wajahnya, terkekeh pelan melihat bagaimana tingkah Ariana ketika berada di depannya. Sikap yang sangat kontras ketika gadis itu berada di depan teman lelaki lain termasuk Ryder.
"Sudah..."
Ariana membungkukkan badan dengan napas tersengal, menopang tubuhnya sendiri dengan meletakkan kedua tangan di lutut sembari mengatur napas.
"Fisikmu benar-benar payah," ledek Kael diakhiri kekehan pelan.
Namun berbeda dengan Ariana yang tidak menganggap ucapan Kael sebagai candaan. Pikirannya seketika teringat akan kehidupan sebelumnya di mana ia tak sanggup berlari dalam waktu lama.
"Adakah cara untuk meningkatkan kemampuan fisikku, Kael?" tanya Ariana berubah serius.
"Tentu saja ada, dan itu membutuhkan waktu," Kael menjawab, tersenyum hangat seakan mengerti apa yang Ariana pikirkan.
"Tubuhmu perlu beradaptasi lebih dulu. Kamu bisa mulai dengan berlari setiap kali akan memulai latihan, dan lakukan itu secara bertahap,"
"Jika hari ini kamu berlari tiga putaran dan merasa lelah, berhenti saja, jangan dipaksa. Hari berikutnya, tingkatkan jumlahnya dan perlambat kecepatan larimu, itu berguna untuk menghemat tenagamu dan secara bertahap kamu akan merasakan sendiri apa yang berbeda," terang Kael.
Ariana mengangguk mengerti.
"Sekarang kita mulai dengan pemanasan lain tangan dan kakimu. Tapi sebelum itu..."
Kael tidak meneruskan kalimatnya, tetapi ia melangkah maju dan berhenti tepat di depan Ariana. Mengulurkan tangan sembari merapikan rambut Ariana yang ia satukan ke belakang, lalu mengikatnya.
Ariana menahan napas, jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya saat wajah Kael berada dalam jarak yang teramat dekat dengan wajahnya hingga menumbuhkan rona merah di kedua pipinya. Posisi yang justru membuat Ariana teringat bagaimana Kael mencium bibirnya di malam mereka membebaskan Ryder dari orang-orang casino.
"Begini lebih aman," ujar Kael.
"Ehh... Apa?" Ariana mengerjap bingung, menatap wajah Kael yang perlahan menjauh.
"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Kael menyipitkan mata.
"T-Tidak... Bukan apa-apa," jawab Ariana gugup.
"Benarkah?" sahut Kael kembali mendekatkan wajahnya.
"Tapi, dari wajahmu mengatakan kamu menunggu sesuatu," lanjutnya.
"Ish... Menjauh sana!" ujar Ariana sembari mendorong Kael menjauh, lalu memalingkan wajah untuk menutupi rona merah yang sudah menjalar di wajahnya.
Kael kembali tertawa.
Pemanasan berlanjut selama beberapa menit sebelum berlanjut ke pelatihan dasar.
Kael memperagakan gerakan awal mulai dari kuda-kuda, pukulan, tendangan, dan tangkisan. Beberapa gerakan bahkan diperagakan dengan meminta Ariana untuk menyerang yang memungkinkan bagi Kael untuk memberikan contoh bagaimana cara menangkis dan membalas.
Hingga tanpa terasa, mereka menghabiskan waktu selama beberapa jam di hari pertama latihan mereka. Kael bahkan tercengang melihat bagaimana Ariana bisa dengan cepat menangkap apa yang ia ajarkan, bahkan mengikuti semua intruksinya dengan baik, serta memperagakan tiap gerakan dengan sedikit kesalahan. Hal yang sangat jarang di temukan bagi seorang pemula.
Latihan mereka kembali dilanjutkan pada hari berikutnya. Melakukan hal yang sama dengan metode berbeda dari sebelumnya yang Kael atur dengan sedemikian rupa hingga membuat sesi latihan Ariana tidak terasa berat. Tanpa menyadari Ariana menyembunyikan senyum saat merasakan latihan menjadi lebih ringan yang memberinya peluang lebih banyak untuk menjalankan rencananya untuk pergi malam ini tanpa rasa lelah.
.
.
.
"Hhuufff..."
Ariana menghembuskan napas pajang, mematut dirinya di depan cermin untuk memastikan penampilannya sekali lagi sebelum keluar untuk bertemu dengan seseorang.
Dalam balutan gaun malam berwarna hitam dengan rambut yang ia biarkan terurai serta riasan tipis di wajah, mambuat penampilan Ariana malam ini terlihat lebih dewasa dari usia seharusnya.
"Baiklah, kurasa ini cukup," gumam Ariana.
Gadis itu kembali menghembuskan napas, lalu berbalik untuk meraih handbag yang sudah ia letakkan di atas tempat tidur dan pergi meninggalkan kamar.
"Kamu mau kemana, Sweetheart?"
Langkah kaki Ariana seketika terhenti begitu ia mendengar satu pertanyaan itu dari belakang, lalu berbalik dan melihat Ayahnya melangkah mendekat, mengamati penampilan putrinya yang terlihat tidak biasa.
"Uhmm... Maaf, Ayah. Aku lupa mengatakan hari ini aku ingin mengunjungi pesta ulang tahun temanku," jawab Ariana.
"Dengan penampilan seperti ini?" tanya Tuan Henry mengeryitkan dahi.
"Apakah aku tidak terlihat cantik, Ayah?" Ariana balas bertanya, menunjukkan gaun yang ia kenakan sembari berputar di tempat.
"Aku merasa gaun ini cantik, tapi jika Ayah tidak menyukainya, aku bisa menggantinya dengan gaun lain,"
"Bukan begitu... Kamu sangat cantik," sanggah Tuan Henry.
"Hanya saja, ini terlalu dewasa untukmu. Dengan siapa kamu akan pergi?" lanjutnya bertanya.
"Kael," dusta Ariana.
'Maaf Kael, aku pinjam namamu sebentar,' batin Ariana.
"Kamu sangat sering bersamanya akhir-akhir ini," goda Tuan Henry.
"Ayah... Aku akan terlambat jika Ayah terus menahanku di sini," keluh Ariana.
"Kenapa dia tidak menjemputmu?" tanya Tuan Henry lagi. Tidak puas dengan jawaban yang diberikan putrinya.
"Aku sendiri yang akan menjemputnya menggunakan mobilku," jawab Ariana. "Lagipula, tempat pestanya satu arah dengan tempat tinggal, Kael,"
"Tapi..."
"Aku pergi dulu..." potong Ariana cepat seraya mendaratkan kecupan di pipi Ayahnya dan berbalik pergi begitu saja.
Ariana melangkah cepat meninggalkan Ayahnya sebelum mendapatkan lebih banyak pertanyaan yang akan membuat dirinya berbohong lebih banyak. Masuk ke dalam mobil yang sudah dipersiapkan sopir pribadi Ayahnya dan pergi meninggalkan kediaman Aurelia seorang diri.
Hingga Ariana tidak menyadari, ada mobil lain mengikutinya dari belakang.
. . .
. . . .
To be continued...
tetiba lampu mati dari pagi dan baru nyala sore😫🤧🤣
ngiriiiiii terossss kerjaannya 🤣🤣
uhukkk uhukk /Awkward//Awkward/