Istri Mungil Kesayangan Raja

Mata Jihan dimanjakan dengan pemandangan tidak biasa di dalam kamar itu. Dia dibuat terkesima dengan tatanan ruang yang penuh dengan estetika itu. Bahkan pakaian di kerajaan ini tidak seperti pakaian di kerajaan bulan merah di mana mereka kebanyakan mengenakan pakaian mirip hanbok dan hanfu yang sering dikenakan masyarakat Korea maupun Cina.

Sekali lagi Jihan dibuat sadar akan kenyataan, kalau dunia ini berbeda dengan dunia yang dia kenal. Kerajaan Bulan Merah mirip dengan negeri Korea tempat tinggalnya dulu sedang kerajaan Azurethra lebih mirip dengan Hongkong yang dipadukan dengan kerajaan Inggris, sungguh sebuah hal baru bagi Jihan.

"Nona, silahkan ikut para pelayan untuk dimandikan," ucap Dayang Jang dengan hormat. Sekalipun dia merasa risih dengan hadirnya tamu tak dikenal, tetapi karena gadis itu adalah tamu sang raja, dayang Jang tetap harus memperlakukannya dengan penuh hormat apalagi mengingat pesan sang raja.

" Jangan sampai dia kabur karena tidak betah, kepala para pelayan akan jadi taruhannya dayang Jang, pastikan dia menyukai tempat ini!" Pesan yang sangat jelas, tegas dan juga tajam dari seorang raja gila.

"Apa!? Dimandikan!? Yang benar saja! Tidak perlu nyonya, saya bisa sendiri!" Tolak Jihan dengan wajah kaget.

Dia tidak mau diperlakukan seperti itu rasanya aneh jika orang lain sekalipun perempuan melihat tubuhnya.

Dayang Jang ingin protes, tapi pesan sang raja lagi-lagi terngiang," kalau begitu, anda boleh ikut saya nona, kami sudah menyiapkan perlengkapan mandi, luka tusuk di perut anda harus ditangani oleh dokter, apa anda bisa mandi dengan kondisi itu?" Tanya dayang Jang.

" Saya bisa nyonya, jadi tidak masalah," balas Jihan.

Dayang Jang menatapnya sejenak," hahhh..... Jangan panggil saya nyonya, panggil saya dayang Jang, begitu semua orang menyebut saya di tempat ini," ujarnya.

" Baiklah dayang Jang, kalau boleh tanya, sebenarnya siapa Guang Lin di kerajaan ini? Kenapa dia bisa membawa orang asing masuk ke istana? Apa dia punya semacam kekuatan?" Tanya Jihan penasaran.

Dayang Jang yang mendengar Jihan menyebut nama raja begitu gampang sampai terkejut. Hampir saja wanita 40 tahun itu terkena serangan jantung.

" Tahan Jang Eun tahan, kalau gadis ini tidak betah, maka yang mulia akan mengamuk!" Batinnya.

Dayang Jang memasang senyum kaku di wajahnya yang datar itu," nanti Yang Mu... Eh.. tuan sendiri yang akan menjelaskan pada anda nona, yang jelas beliau adalah pemilik istana ini," jelas dayang Jang dengan senyuman kakunya itu.

" Jangan katakan kalau dia itu raja!" Ucap Jihan dengan mata membulat sempurna.

Dayang Jang tersenyum, kali ini senyumannya berbeda, satu alisnya naik ke atas dan bibirnya berkedut-kedut seperti stroke.

" Benar sekali nona, beliau adalah Yang Mulia Raja Min!" Ujar sang Dayang dengan tenang.

Jihan menatap perempuan itu," Hahahahahah... Mana mungkin hahahahah... Sudahlah, aneh-aneh saja, mana mungkin raja mau membawa orang asing ke istana nya, lagipula raja kerajaan ini kan dirumorkan gi...hempkhh!!" Jihan langsung menutup mulutnya saat hampir keceplosan.

Sedang dayang Jang menahan tawa menatap wajah Jihan yang panik dan pucat," memang ada rumor seperti itu dan semua itu benar nona, jadi sebaiknya anda cepat kembali ke tempat asal anda," ucap Dayang Jang dengan tatapan tegasnya.

Dia tidak mau ada masalah baru di istana, apalagi selama lima tahun belakangan ini terjadi hal mengerikan di kerajaan. Para gadis yang akan dikirim ke istana untuk ikut seleksi calon ratu menghilang tanpa jejak dan belum ditemukan sampai saat ini.

Itu sebabnya ada rumor buruk tentang istana dan rajanya sendiri.

Jihan terdiam mendengar ucapan dayang itu, kepalanya seolah berputar," sial, apa aku salah pilih tempat?" Batinnya gemetaran. Mana mungkin dia rela mati di istana ini bahkan sebelum rencananya berjalan lancar.

" Aku harus kabur!" Batin Jihan.

Sementara itu, rapat umum kerajaan sedang dilaksanakan di aula besar Kerajaan Azurethra. Sang raja, Min Guang Lin duduk di singgasananya.

Di sisi kanannya ada penasehat Agung kerajaan alias pengguna sihir tertinggi kerajaan, seorang wanita muda yang wajahnya begitu mirip dengan Kang Tae Ha, dia adalah kakak perempuan Tae Ha yang sudah menikah dengan Menteri Ritus yng berdiri berjajar bersama menteri di depan sana, namanya adalah Kang Na Rae.

Di sisi kirinya ada sekretaris kerajaan sekaligus asisten sang raja untuk mencatat dan mempersiapkan segala jadwal yang berhubungan dengan pekerjaan raja. Pria tinggi berkacamata dengan rambut putih panjang dan wajah sedingin es, dia adalah Wang Raon, sahabat, asisten sekaligus pria paling aneh di kerajaan itu setelah Raja dan Kang Tae Ha.

Bisa dilihat ujung jubahnya bernoda bekas sup ikan, dan ada aroma aneh dari dirinya yang bisa dicium oleh sang raja.

"Raon, apa kau baru saja makan sup ikan ? Kau bau sekali ! Sudah berapa lama kau tidak mandi, memalukan!" Bisik Raja pada pria itu.

Raon mengendus pakaiannya," padahal tidak se-bau itu yang mulia, baru lima hari tidak saya ganti, biasanya seminggu lebih," ujarnya dengan santai seraya menatap ketiga orang di dekatnya dengan senyuman jahil.

Mata Guang Lin, Tae Ha dan Na Rae membelalak sempurna, mereka hampir saja muntah karena balasan Raon. Hanya karena mereka di hadapan para menteri mereka harus menjaga sikap, kalau tidak, bocah edan berambut putih itu sudah mereka siksa dengan kejam.

" Awas kau Raon!" Kesal Na Rae seraya menutup hidungnya.

Raon tertawa nyeleneh, menampakkan jejeran giginya yang putih tapi diantara celah gigi itu terselip sayur hijau yang membuat Guang Lin, Tae Ha dan Na Rae harus mencubit tangan mereka sendiri agar tidak tertawa karena kelakuan Dajjal bocah berambut putih itu.

" Raon mati kau hari ini!" Teriak mereka bertiga dalam hati.

Rapat kembali dilanjutkan, dengan bumbu kejahilan Raon yang membuat Raja Min Guang Lin, Kang Tae Ha dan Kang Na Rae harus menahan emosi jiwa yang tak terkendali.

"Yang mulia, sekolah pendidikan ini akan dibuka dalam sebulan, agar semua anggota masyarakat yang belum menikah dan berusia 15 tahun sampai 30 tahun bisa ikut serta," ucap Menteri sosial.

"Baiklah, aku setuju denga rencana kalian membuka sekolah, tetapi ada keadaan khusus yang ingin ku sampaikan!" Ucap Raja Guang Lin sambil berdiri.

Dia menatap semua orang, hening yang mencekam menelan mereka dalam ruangan itu, seolah mencekik leher mereka sampai sesak. Aura mistis yang kuat selalu terasa jika sang raja sudah bertingkah seperti ini.

" Buka sekolah di masing-masing daerah, lakukan seleksi besar dan pastikan anak-anak para petani ikut serta, terutama mereka yang dirugikan atas insiden menteri pendidikan dua tahun lalu!" Jelas sang Raja.

" Jika kondisi ini tidak dapat kalian penuhi, maka jangan laporkan apapun padaku dan bersiap kehilangan jabatan kalian!" Ucapnya dengan tegas.

Para menteri menelan ludah mereka dengan kasar. Mereka memang sudah memikirkan semua ini dengan sangat matang, bahkan murni tanpa ada kepentingan pribadi, karena jika sampai terjadi, leher mereka akan digorok di tengah alun-alun kota, seperti yang terjadi pada menteri pendidikan yang ketahuan memasukkan keluarga bangsawan kenalannya hingga menyingkirkan anak-anak yatim piatu, anak para petani dan desa pinggiran yang merugikan banyak rakyat.

"Baik Yang Mulia, " jawab mereka serentak.

"Dua hari lagi adalah bulan purnama, siapkan diri kalian, leher mana lagi yang akan ku tebas kali ini, aku tidak sabar!" Ucapnya sambil menatap mereka dengan tatapan beringas.

Dia dikenal sebagai raja yang kejam terhadap menterinya. Jika negeri luar mengenalnya sebagai raja setan maka bagi rakyatnya, Min Guang Lin adalah raja yang sangat mereka sayangi. Kenapa demikian? Nantikan kisah berikutnya!