"Aku ini kamu anggap istri bukan sih mas! Pulang kerja tidak pernah menyapaku, langsung main HP sampai lupa waktu, waktu sholat pun kau lupa" sentak Andin. "Diam kau! Aku ini lelah bekerja, pulang2 malah denger kau ngomel? Tak tau diri! Ini rumahku! Ini kehidupan ku, kau cuma numpang tak usah mengatur ku" jawab Firman tak mau kalah.
Deg
Andin terkejut dengan penuturan suaminya. Apa dia bilang? Ini rumahnya? Hah yang benar saja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayuma Utari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 Andin Dibully
Lumayan lama Firman dan keluarganya menunggu kedatangan Mulan. Baru sekitar 1 jam akhirnya Mulan tiba dengan mobil Honda Jazznya keluaran terbaru berwarna merah.
"Kenapa? Ibu kenapa?" tanya Mulan begitu turun dari mobil dan melihat ibunya tergeletak tak sadarkan diri di pinggir jalan.
"Nanti mas cerita, sekarang bawa kami ke tempat tinggal kamu" potong Firman.
"Nggak bisa mas. Emm,, nanti om Burhan marah" jawab Mulan dengan kepala tertunduk.
"Om Burhan siapa? " tanya Firman yang mulai curiga dengan pekerjaan sang adik.
"Dia orang yang udah kasih Mulan tempat tinggal yang nyaman, duit yang banyak"
Seketika Firman dan Retno saling pandang. Pasalnya mereka faham pekerjaan apa yang sedang digeluti oleh adiknya tersebut.
"Jangan bilang kamuu... "
"Udah mbak. sekarang kalian semua masuk mobil. kasihan ibu sama Chika kepanasan. Kita cari cafe buat tempat neduh" usul Mulan yang mendapatkan anggukan kepala dari semua orang disana.
Sesampainya di cafe, Mulan segera memesan minuman dan makanan ringan untuk keluarganya. Kebetulan Bu Winda juga sudah sadar sejak di dalam mobil Mulan.
"Chika mau makan apa? " tawarnya pada sang keponakan.
"Mau ayam goreng sama nasi tan" jawab Chika lesu yang memang sedari pagi belum sempat sarapan.
"Yaudah, sebentar ya. Mbak" ucapnya sambil mengangkat tangan memanggil waitress.
Setelah memesan makanan dan minuman,Mulan segera memulai obrolan dengan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi terhadap ibu serta kakaknya.
"Apa yang terjadi pada kalian? Bukannya kalian baru pulang dari kampungnya mbak Shela ya? Dan kamu mas. Bukannya kamu baru aja nikah lagi sama mbak Shela. kenapa tiba-tiba kalian kaya gemb*l gitu di pinggir jalan" ucapnya dengan mata memandang tajam Firman.
"Mulutmu Lan, udah kaya orang bener. Kerja cuma jadi An*-ani aja sok nasehatin" ucap Firman yang seketika membuat Mulan merotasi matanya. Jengah.
"Yaudah ngomong makanya sama aku. Jelasin, aku juga berhak tau mas" desak Mulan.
"Mobil mas kena begal Lan. Yaa sebenarnya itu mobil punya mbakku Andin"
"Apaa!! Dibegal? kenapa bisa? "
"Nggak tau lan, Tadi mas juga baru pulang dari rumah. Dan kamu tahu, rumah kita, udah dibeli sama orang. tadi mas kesana malah dimaki-maki sama pemilik rumah yang baru" jelas Firman yang malah membuat Mulan semakin bingung.
"Mas, Mulan tambah bingung. Dibeli sama orang? Sejak kapan mas jual rumah itu? "
Pembicaraan mereka sempat terhenti karena waitress datang membawa pesanan mereka.
"Makasih mbak" ucap Mulan
"Iya sama-sama" jawab waitress tersebut.
"Rumah itu bukan milik mas, mas fikir rumah itu rumah kontrakan. Mas fikir mbakmu Andin yang membayar uang kontrakannya, dengan mengandalkan nafkah yang mas kasih. Soalnya dulu kan mas setelah menikah dengan mbakmu, mas nggak beli rumah, tahu-tahu mbakmu udah ada rumah itu. Ya mas fikir rumah itu rumah kontrakan. Tapi Bapak pembeli rumah itu bilang kalau rumah itu ia beli dari mertua mas" jelas Firman panjang lebar.
"Jadi intinya, rumah itu sebenarnya milik mbak Andin?" jawab Mulan yang mulai faham kondisi.
"Sepertinya begitu" jawab Firman asal.
"Sekarang coba mas hubungi mbak Andin deh, mas tanyakan sama mbak Andin"
"Udah Lan, mbakmu nggak mau ngangkat. Mending sekarang kamu bawa kita ke apartemen kamu deh"
"Nggak bisa mas, apartemen itu khusus om Burhan kasih ke aku. nggak boleh ada orang lain yang tinggal di dalamnya"
"Belag* banget kamu Lan, orang lain apa? kami ini keluargamu Lan! " sentak Mbak Retno yang tiba-tiba berdiri dari kursinya. Sungguh ia begitu muak dengan omong kosong adiknya itu, dia fikir apa sudah tidak memerlukan keluarga sehingga dengan mudahnya menganggap mereka orang lain.
"Udah sayang" ucap Sugeng yang sedari tadi diam karena sedang memangku Chika yang tengah menikmati makanannya.
"Ya aku kesel mas. Udah kaya orang bener aja dia" ucap Retno sambil menunjuk wajah Mulan dengan telunjuknya.
"Aku pengen mbak ngajak kalian ke apartemen. tapi di sini aku yang beresiko mbak. Kalau tiba-tiba istri Om Burhan tau gimana.? udah mending kalian sekarang aku carikan penginapan. Dan maaf aku nggak bisa membiarkan kalian tinggal di apartemen ku"
"Huhuhuuu" tangis Bu Winda yang tiba-tiba. Membuat semua pasang mata melihat ke arah nya. Tak terkecuali pengunjung lain yang tengah menikmati makanannya.
"Ibu kenapa nangis sihh? " tanya Retno.
"Kenapa kita jadi seperti ini? Terus gimana sama mobil Firman huhuu" Tangis Bu Winda semakin kencang.
"Duuuh bikin repot ajaa! " ucap Retno.
*
*
Saat jam makan siang, Andin saat ini tengah bersiap untuk menuju ke kantin di lantai bawah.
"Mau kemana? " tanya Alex yang melihat Andin membereskan mejanya.
"Makan siang Pak" Jawabnya singkat.
"Disini saja temani saya. Saya pesankan makanan dari restoran"
"Maaf Pak, bukannya mau menolak rezeki. tapi saya mau sekalian sholat dhuhur. Jadi selepas Sholat baru saya ke kantin" jawab Andin dengan hati-hati.
"Oh iya sudah masuk waktu Dhuhur ya. yaudah silahkan"
"permisi Pak" ucap Andin dan langsung keluar dari ruangan.
15 menit berlau, Andin telah sampai di kantin kantor. Banyak karyawan yang juga memesan makanan di sana. Kantor ini menyediakan makanan gratis bagi karyawan semua. tak terkecuali petugas kebersihan dan juga satpam. Sehingga menyebabkan banyak karyawan yang betah bekerja di sini.
Setelah memesan makanan yang Andin suka, ia segera mencari tempat duduk yang menurutnya sepi. Namun, takdir baik sepertinya sedang tak berpihak kepadanya. Terbukti ada tiga perempuan hitz yang sedang mendekat ke arahnya. Yang dengan terang-terangan menunjukkan ketidak sukaannya pada Andin.
"Eh ada si centil nih. Boleh ikut gabung? "Ucap Laura yang memang tukang julid di kantor ini. Dan terkenal sangat gencar mendekati sang CEO.
"kurusan dia kayanya Lau hihi" sahut Jessica teman Laura.
"Eh iya loh. Duhh jangan sampe deh pal Alex kepincut sama dia" ucap Sisca yang ikut mengomentari tubuh Andin.
Dalam hati, Andin sempat membatin "Apa iya aku kurusan, kayanya iya deh, soalnya semua bajuku kaya kebesaran duhh jadi takut lihat kaca"
Laura ikut memperhatikan Tubuh Andin dari jarak dekat. Benar, Andin yang dilihatnya sekarang jauh lebih kurus dari yang pertama ia masuk kantor. bahkan wajahnya sudah sedikit bersih. S*alann! Bisa besar kepala kalau dibilang lebih cantik.
"Mana ada aku cantik. Kamu tetep yang paling cantik disini Lau" ucap Andin yang tak mau ada keributan disini.
Blushh
Pipi Andin seketika merona mendengar pujian Andin. namun tetap saja ia tak suka melihat Andin. Jadi, Byurrrr
Cairan coklat dingin itu meluncur deras di atas kepala Andin. karena dengan sengaja Laura menuangkan Es Teh milik Andin.
"Hah hah " Andin begitu terkejut saat Laura tiba-tiba menyiramnya dengan air es. Belum lagi tatapan karyawan lain yang seakan-akan menel*njanginya.
"APA-APAAN KALIANN!!"teriak seseorang jauh di belakang Laura.
"Suara ituuu" lirih Laura dengan mata yang melotot seakan-akan mau keluar dari tempatnya. Wajahnya seketika berubah pucat pasi saat mendengar teriakan sang pemilik suara bass tersebut.