AMORA-GADIS SUCI YANG TERPILIH

Setelah membasmi monster katak,  keadaan kembali aman dan nyaman seperti sebelumnya.Seperti yang Putra Mahkota Vederict katakan, kerajaan Nerous memang aman tak seperti kerajaan Kaleis yang penuh bandit.

Meski begitu. Amora yang tengah tertidur diatas pohon tetap dalam mode waspada, yang akan bereaksi ketika terdeteksi bahaya muncul disekitarnya.

Seperti saat ini,  begitu jenderal Elder menggerakkan satu tangannya untuk mengambil ranting runcing tepat diatas kepala Amora,  pergelangan tangan pria itu Amora tangkap dan cengkeram dengan kuat,  hingga meninggalkan bekas merah keunguan.

"Aku hanya ingin menyingkirkan ranting runcing ini", ujar jenderal Elder sambil memperlihatkan ranting yang berhasil diambilnya.

Melihat tak ada lagi bahaya,  Amora kembali memejamkan mata dan tertidur, seolah tak pernah terjadi seautu sebelumnya.

Jenderal Elder yang diabaikan begitu saja, mengangah tak percaya akan reaksi yang Amora berikan, terlalu santai dan sedikit absurd.

"Bagaimana bisa ada orang seperti ini", gumannya dalam hati.

Putra Mahkota Vederict yang melihat wajah syok sang jenderal hanya tersenyum samar karena dia juga pernah merasakan hal yang sama sebelumnya. Namun setelah bersama selama beberapa hari, diapun mulai terbiasa dengan tingkah absurd Amora.

"Dia memang seperti itu", ujar Putra Mahkota Vederict santai.

"Baiklah. Mungkin karakter orang-orang hebat memang sedikit aneh", jawab sang Jenderal sambil menggelengkan kepalanya beberapa kali dan segera duduk disamping sahabat sekaligus atasannya itu.

Amora bukan orang hebat pertama yang bertingkah aneh yang pernah jenderal Elder lihat, sehingga diapun maklum.

“Bagaimana menurutmu?”

Mendengar pertanyaan Putra Mahkota Vederict, Jenderal Elder terdiam sejenak.

“Api biru hanya bisa muncul setelah eleman api diberi kekuatan cahaya. Warna rambut yang gadis itu miliki juga secara tak sengaja menegaskan identitasnya. Warna hijau, biru, dan ungu adalah warna rambut yang hanya dimiliki oleh mereka yang memiliki kekuatan hebat tersebut. Melihat jika warna hitamnya lebih dominan, itu bisa memperkuat dugaan jika dia terlahir dari pernikahan campuran dan salah satu orang tuanya merupakan keturunan kekaisaran Forteino”, Jenderal Elder menjelaskan spekulasi berdasarkan informasi yang diketahuinya.

“Bukankah orang dari kekaisaran Foteirno cukup angkuh, bagaimana bisa mereka membiarkan penduduknya menikah dengan kerajaan lain yang selama ini dianggap memiliki status lebih rendah dari mereka”, ujar Putra Mahkota Vederict penuh cibiran.

Bagaimana sombongnya warga yang tinggal diwilayah kekaisaran Forteino, sudah tak diragukan lagi oleh semuanya.

Untuk menjaga kemurnian kekuatan cahaya yang mereka turunkan dari satu generasi ke generasi yang lainnya, mereka bahkan mengeluarkan undang-undang melarang warganya menikah dengan orang dari luar kekaisaran Forteino agar kemurnian itu bisa terjaga.

Hal itu dilandasi dari beberapa pengalaman yang ada dimana dalam perkawainan campuran antara dua wilayah kerajaan yang berbeda, keturunan yang mereka hasilkan tak satupun yang memiliki kekuatan cahaya sehingga agar tak menghilangkan keberkahan dari sang dewa, mereka pun membuat keputusan yang terkesan menutup diri dari dunia luar.

Namun karena posisi kekaisaran Forteino cukup kuat selama dua abad terakhir ini maka tak ada kerajaan lain yang menentangnya dan membiarkan mereka hidup dengan dunia mereka sendiri yang membatasi diri dari pergaulan luar.

Amora yang memiliki indera pendengaran yang tajam, hanya bisa tersenyum simpul mendengar analisa kedua pria dari kerajaan Orpagos yang salah memberikan tafsiran.

Untungnya, Jenderal Elder tak mengetahui jika para pengguna kekuatan cahaya memiliki tingkatan ilmu mereka berdasarkan warna rambut yang dimiliki sehingga dia tak perlu terlalu merasa waspada.

Amora kembali membuka mata ketika tiba-tiba ada seekor buruk gagak bermata hijau zamrud seperti warna rambutnya datang menghampiri dan bertengger manis dibahunya.

“Jangan pergi kekerajaan Orpagos, itu tak aman untukmu sekarang. Segera kembali ke niatmu semula, kota Piraus mulai di susupi energy kegelepan yang pekat ”.

Suara sang guru terdengar nyaring ditelinganya, Amora yang melihat sekitarnya tampak biasa saja mulai berpikir jika gagak yang bertengger dibahunyalah yang menyampaikan pesan tersebut.

“Apakah kamu yang dikirim guru untuk menemuiku?”, bisik Amora pelan.

Gagak hitam bermata hijau zamrud yang terang itu mengangguk dan segera terbang begitu pesan yang dibawanya telah tersampaikan.

Amora terdiam sesaat, sebelum dia bangkit dan bergabung dengan kedua pria yang tampaknya sibuk mendiskusikan beberapa hal mengenai permasalahan yang ada dikerajaan mereka.

Melihat Amora datang mendekat, Putra Mahkota Vederict menoleh, “Ada apa ?”, tanyanya.

“Maaf Tuan, saya mungkin hanya bisa mengantar anda sampai dipelabuhan karena harus kembali ke kerajaan Kaleis dengan segera”, ujar Amora tegas.

Melihat keseriusan diwajah Amora, meski tak tahu apa yang sebenarnya terjadi hingga membuat gadis itu berbalik arah, Putra Mahkota Vederict yang merasa perjalanannya masuk kedalam kerajaan Orpagos akan aman selama jenderal Elder bersamanya pun mengangguk setuju.

“Baiklah. Aku akan menyelesaikan pembayaran seperti apa yang aku janjikan diatas kapal”, ujarnya.

Menjelang tengah malam,  semua orang siap berangkat. Dengan bantuan sang rembulan yang bersinar cerah malam ini,  mereka keluar dari wilayah kerajaan Nerous tanpa hambatan.

Sekarang, semuanya telah berada di kapal milik kerajaan Orpagos yang akan membawa Putra Mahkota Vederict pulang.

Amora sedikit terkejut ketika dia naik keatas geledak kapal yang tak seperti apa yang dia pikirkan.

Kapal tersebut hanya berupa kayu berbentuk lonjong di depannya dengan ruangan luas didalamnya yang mengapung diatas air tanpa adanya alat untuk mengerakkannya.

Ada banyak ikan yang mengelilingi kapal yang ternyata nantinya berfungi untuk mengerakkan kapal tersebut menuju kerajaan Orpagos yang ada diseberang laut.

Dengan indera penglihatan yang tajam, meski jauh, Amora bisa melihat banyak kastil menjulang tinggi disebuah dataran yang cukup luas yang berada ditengah-tengah laut yang dia duga sebagai wilayah kerajaan Orpagos.

“Kerajaan penyihir”, guman Amora dalam hati.

Setelah menelisik secara seksama semua orang yang ada dalam kapal, termasuk Jenderal Elder dan Putra Mahkota Vederict, Amora tersenyum miring karena baru sadar jika penampilan mereka sangat tak biasa.

“Aku benar-benar bodoh karena sempat menganggap mereka manusia biasa pada umumnya”, Amora kembali berguman dalam hati yang kurang teliti mengawasi sekitarnya.

Celah ini dia jadikan pembelajaran agar dia lebih cermat dengan orang dan keadaan sekitarnya demi keamanan dirinya sendiri.

Untung saja sang guru merasakan bahaya dan memperingatkannya. Jika tidak, begitu sampai dikerajaan Orpagos, semua penyamarannya pasti akan terbongkar dan statusnya sebagai penerima kekuatan elemen alam pasti akan terekpos.

Mengingat kerajaan Orpagos cukup penuh misteri dan tak ada banyak informasi yang tersebar didunia luar, Amora pun harus merasa sedikit waspada.

“Amora, ikut aku sebentar”, ucap Putra Mahkota Vederict yang langsung membuyarkan lamunan Amora.

Begitu berada dalam sebuah ruangan yang ada dikabin kapal, Putra Mahkota Vederict memberikan Amora sebuah cincin.

Melihat kebingungan diwajah Amora, Putra Mahkota Vederict terkekeh pelan karena tak menyangka jika gadis yang ada dihadapannya itu ternyata begitu polos.

Tak ingin ada kesalah pahaman, Putra Mahkota Vederict pun segera menjelaskan cincin ruang yang ada ditangannya.

Wushhh....

Amora kembali terkejut karena dia tiba-tiba berada disebuah tempat asing dengan hamparan rumput hijau dan ditengah-tengahnya ada sebuah kastil yang cukup megah.

“Ini adalah ruangan yang ada dalam cincin”, ujar Putra Mahkota Vederict yang langsung membawa Amora untuk masuk kedalam kastil dan menunjukkan dimana hadiah yang dijanjikannya berada.

“Kamu hanya perlu membayangkan tempat ini untuk bisa masuk kedalamnya. Begitu juga jika hendak keluar. Bayangkan tempat terakhir kali kamu menghilang”, ujarnya menambahkan.’

Setelah memasang cincin ruang dalam jemari tengahnya, Amora pun membayangkan kabin dimana dia dan Putra Mahkota Vederict terakhir kali berada.

Cliinggg....

Dalam sekejap, keduanya telah kembali kedalam kabin kapal seperti sedia kala. Amora menatap cincin ruang yang bertengger manis dijari tengahnya dengan binar cerah.

“Cincin ruang ini sangat fleksibel. Dia bisa berkembang jika kamu berniat meningkatkan ruang yang ada didalamnya dengan kekuatan yang kamu miliki dan bisa menambahkan apa saja yang kamu butuhkan didalamnya. Melalui cincin ini, kamu juga bisa memanggilku jika sedang memerlukan bantuan dengan menyebutkan namaku, maka aku akan memberikanmu sebuah bantuan melalui sihir yang ada dicincin ini”

Mendengar semua penjelasan tambahan yang diberikan oleh Putra Mahkota Vederict, kedua mata amber Amora semakin bersinar cerah.

Sebagai balasan atas niat baik sang Putra Mahkota yang tampaknya masih akan menjalani kehidupan penuh bahaya, Amora memberikan dua botol pil, yang satu berupa sepuluh pil penghilang racun tingkat tinggi dan satu botol lagi merupakan pil peningkat kekuatan energy spiritual karena dia merasa jika kekuatan yang ada dalam tubuh Putra Mahkota Vederict tak bisa keluar maksimal karena ada segel yang menahannya.

Putra Mahkota Vederict yang menerima kedua pil tersebut merasa terkejut untuk sesaat, sebelum senyum lembut menghiasi wajah tampannya.

“Alu tak menyangka kamu bisa mengetahuinya, bahkan tanpa memeriksa kondisiku”, Putra Mahkota Vederict berkata dengan penuh hormat.

Dia sama sekali tak menyangka, pertemuannya tak terduga dengan Amora ternyata merupakan sebuah keberuntungan yang telah diberikan dewa kepadanya.