NovelToon NovelToon
Om, Kawin Yuk!

Om, Kawin Yuk!

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Psikopat itu cintaku
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: YPS

Luna merupakan anak pertama Raihan Wicaksono yang berusia 23 tahun, dia bekerja pada di kantor swasta sebagai kepala divisi penjualan. Meskipun ayahnya adalah seorang Ahli Bioteknologi dia sama sekali tidak mewarisi bidang pekerjaan ayahnya.

Luna berkhayal bahwa dia ingin mempunyai suami yang di dapat dari rekanan ayahnya seperti kebanyakan film yang dia tonton, sampai pada akhirnya dia ikut ayahnya bekerja dan bertemulah Luna dengan Renzo anak dari rekan bisnis ayahnya. Usia mereka terpaut lebih dari 10 tahun, Luna langsung jatuh hati begitu melihat Renzo. Tapi tidak pada Renzo, dia sama sekali tidak tertarik pada Luna.

"Itu peringatan terakhirku, jika setelah ini kamu tetap keras kepala mendekatiku maka aku tidak akan menghentikannya. Aku akan membawa kamu masuk ke dalam hidupku dan kamu tidak akan bisa keluar lagi," ancaman dari Renzo.

Cegil satu ini nggak bisa di lawan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YPS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 10

"Tumben datangnya malam, Kak. Biasanya di jam istirahat atau sore hari." suara karyawan kafe memecah lamunan Luna.

"Oh, iya, Mas. Kebetulan tadi saya ada urusan di kantor." Luna menatap wajah pria itu yang menatapnya dengan senyum. "Saya baru lihat kamu, apa karyawan baru di sini?" tanya Luna.

Pria itu tersenyum. "Iya baru satu minggu, Kak." seraya meletakkan pesanan Luna dan berbalik meninggalkan Luna yang duduk sendirian di sana.

Luna masih gemetar, dia menggigit-gigit kuku jarinya berusaha membuat pikirannya tenang. Perasaan ragu masih menyelimuti dirinya untuk menghubungi Renzo. Dia takut hal seperti ini akan mengganggu kekasihnya.

"Kak, kalau butuh bantuan aku siap membantu. Kakak terlihat gelisah," tiba-tiba saja karyawan kafe itu mendekat kembali ke hadapan Luna. Meski terlihat lebih tua karyawan itu memanggil Luna dengan sebutan "Kak" untuk menghargai pelanggan.

"Nggak, Mas. Aman kok, cuma lagi mikirin pekerjaan aja. Terima kasih ya, pelayanan di sini memang selalu baik." Luna sedikit menundukkan kepalanya guna mengucapkan terima kasih.

"Mirip dengan adikku," ucapnya lirih.

"Saya maksudnya?" Luna menunjuk dirinya sendiri.

Pria itu tersenyum.

"Oh, di mana dia sekarang?" tanya Luna lagi ketika meihat raut wajah yang berubah dari karyawan kafe itu.

Senyum di wajahnya meredup sedikit. “Dia sudah nggak ada. Saya Ivan, Kak. Maaf mengganggu waktunya." Ia berniat berbalik badan untuk melangkah pergi.

Luna langsung merasa tidak enak. “Maaf... saya nggak tahu. Saya Luna, Mas Ivan. Senang bisa berkenalan, kantor saya ada di sebrang makanya saya sering ke sini.”

Ivan terseyum kecil. “Nggak apa-apa. Saya malah senang bisa cerita. Dulu, dia seumuran Kakak. Suka minum kopi seperti ini juga.”

Luna memperhatikan ekspresi Ivan yang berubah lebih serius. “Apa dia sakit?”

Ivan terdiam sebentar, tapi ekspresinya berubah seperti menahan amarah sebelum menjawab pelan, “Bisa dibilang begitu.”

Saat Ivan berjalan kembali ke belakang bar, Luna masih terdiam, perasaannya sedikit aneh.

.

Belum sempat Luna mencerna perasaan aneh yang muncul setelah berbicara dengan Ivan, tiba-tiba pintu kafe terbuka. Suara langkah sepatu terdengar tegas memasuki ruangan.

Luna mendongak dan terkejut saat melihat sosok pria yang sangat dikenalnya berdiri di pintu. Renzo.

Mata tajamnya langsung mengunci tatapan pada Luna. Langkahnya cepat mendekati meja Luna, tanpa memperdulikan tatapan beberapa pelanggan lain yang heran dengan kehadirannya yang begitu mencolok.

"Luna, kenapa belum pulang?" suaranya rendah, tapi ada ketegangan di sana.

Luna masih diam, belum bisa merespons.

Renzo melirik ke arah Ivan yang masih berdiri tak jauh dari mereka, lalu kembali menatap Luna dengan ekspresi tidak suka. "Kamu baik-baik saja?"

Luna mengangguk cepat. "Aku... aku cuma mampir sebentar."

Renzo tidak langsung menjawab. Ia menatap Luna lekat-lekat, lalu mengalihkan pandangannya ke sekitar ruangan seolah menilai sesuatu. Setelah beberapa detik, ia berucap, "Pulang sekarang, aku akan mengantarmu."

Nada suaranya terdengar seperti perintah yang tidak bisa dibantah.

Luna menoleh ke arah Ivan yang masih berdiri di balik meja kasir. Ivan hanya tersenyum tipis.

Tanpa menunggu lebih lama, Renzo menarik tangan Luna dengan lembut tapi tegas. Luna menurut, meski pikirannya masih tertinggal di dalam kafe, mencoba memahami apa yang sebenarnya sedang terjadi.

"Mana kunci mobil kamu, biar Johan yang menyetir mobilmu. Kamu masuk mobilku sekarang, aku harus kembali ke dalam kafe sebentar." ucap Renzo menuntunnya ke dekat mobil.

Masih dengan perasaan bingung Luna menuruti permintaan Renzo, pikiran Luna dia kembali ke dalam kafe untuk membayar pesanan Luna.

.

Benar Renzo memang masuk untuk membayar pesanan Luna.

"Berapa total pesanan di meja ujung tadi?" suara Renzo terdengar sangat dingin.

Ivan memberikan struk dan menjawab dengan nada halus. "Seratus ribu rupiah."

Renzo merogoh kantongnya lalu memberikan uang tunai sembari menatap Ivan tajam, begitu pula dengan Ivan yang tidak senang di tatap oleh Renzo dia pun menatap balik dengan tajam.

Dengan langkah panjang, ia keluar dari kafe dan mendapati Luna masih berdiri di dekat mobilnya, terlihat sedikit ragu.

Tanpa basa-basi, Renzo membuka pintu mobil untuknya. "Masuk."

Luna menurut, duduk di kursi penumpang sementara Renzo masuk ke kursi pengemudi. Mesin mobil dinyalakan, dan mereka melaju meninggalkan kafe.

Di dalam mobil, Luna melirik Renzo yang diam saja, tangannya menggenggam kemudi dengan kuat.

"Kamu kenapa tiba-tiba datang?" tanya Luna hati-hati.

Renzo masih fokus ke jalan, tapi rahangnya mengeras. "Kamu tidak kasih kabar kalau belum pulang."

Luna menggigit bibir, merasa bersalah. "Aku hanya mampir sebentar tadi setelah ambil berkas dari kantor, kamu tidak perlu sampai seperti ini. Aku baik-baik saja, Ren."

Renzo menghela napas, lalu melirik Luna sekilas. "Lain kali, kasih tahu aku. Aku tidak suka kamu sendirian seperti itu. Lagipula aku sudah bilang kan, kamu sekarang milikku aku berhak mengawasimu."

Luna memilih tidak menjawab yang jelas dia merasa aman ketika Renzo datang.

Mereka pun tiba di depan rumah Luna. Renzo turun dan membukakan pintu untuknya. Luna tersenyum kecil, merasa hangat dengan perlakuan Renzo meski ekspresinya masih dingin.

Saat Luna akan masuk ke rumah, Renzo menahan pergelangan tangannya.

"Hati-hati, Luna," ucapnya pelan, kali ini suaranya terdengar lebih lembut.

Luna mengangguk. "Kamu juga."

Renzo menunggu sampai Luna masuk sebelum akhirnya kembali ke mobilnya. Johan juga tiba beriringan dengan Renzo, dia memarkirkan mobil Luna di garasi rumahnya. Saat mobilnya melaju pergi, pikirannya masih dipenuhi dengan satu hal—Ivan. Ada yang aneh dengan pria itu, dan Renzo tidak menyukainya.

"Kenapa bisa pas, saat aku ketakutan dan mengurungkan niatku untuk menghubungi Renzo tiba-tiba dia datang. Aah senang sekali aku." gumam Luna kegirangan seketika lupa dengan ketakutannya tadi.

.

"Jo, cari tahu tentang karyawan kafe itu!" perintah Renzo.

"Untuk apa, Tuan. Mungkin hanya karyawan biasa yang mencoba ramah pada pelanggan di sana, belum tentu orang itu akan menyakiti Nona Luna," bantah Johan.

"Perasaanku tidak berkata seperti itu, ini bukan sekedar ketakutanku saja. Aku yakin orang itu akan berbuat jahat ke Luna." Renzo mengusap kasar wajahnya.

"Tuan... Ini hanya kekhawatiran Tuan saja yang takut kehilangan Nona Luna." Johan masih berusaha menenangkan Renzo, karena dia tahu Renzo akan berlebihan menjaga orang yang dia sayangi.

"Jangan membantahku, Jo!!"

Johan tidak bisa lagi menolak permintaan Renzo, dia hanya mengangguk mengerti sembari terus menyetir. Sesekali dia menatap kaca tengah untuk melihat Renzo, tidak ada yang berubah tatapan dan ekspresinya masih datar.

1
Damar
Keren thor. Aku ngikutin semua novelnya. Sukses selalu
Safura Adhara
bagus menarik cukup bikin penasaran
Safura Adhara
bagus bikin penasaran
Semara Pilu: Aaaa terima kasih, Kak. Semoga lanjut sampai tamat nanti ya 🫶🏻
total 1 replies
Damar
Mantap thor. Lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!