Hidup sendirian tak membuatku merasa takut.
aku terbiasa apapun sendiri dan mandiri sejak menginjak dewasa.
namun, semuanya berubah setelah aku menikah dengan Ayah sahabatku sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hnislstiwti., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 Bahagia nya Leon.
Leon menatap laptop dengan penuh ketajaman dan wajah datar nya.
Dia mengeraskan rahang nya kala melihat laporan dari Alwi.
"Arthur, kau ternyata belum jera juga"
"Sekarang kau bahkan main-main dengan Putri ku, kau kira dia bodoh? Salah besar Arthur"
Leon terkekeh kecil kala Putri dari Arthur mencoba mendekati dan menjebak Putri nya.
"Dia itu wajah dan sikap nya aja yang bar-bar, nyata nya dia lebih berbahaya dari ku" gumam Leon kembali.
Leon menutup laptop nya, dia lalu mengambil ponsel dan mengirim pesan pada Putri nya.
Malam ini ia akan mengajak Amanda dan Maudy untuk makan malam di luar.
*
Jam kuliah pun akhir nya selesai, Amanda dan Maudy pun bergegas masuk ke dalam mobil jemputan yang sudah siap.
Namun,
"Maudy" teriak Amanda dengan kaget.
Sstttt.
"Gila ya lu Wen, apa maksud lu dorong Maudy hah"
"Lu mau gue jambak" bentak Amanda penuh emosi.
Amanda langsung membantu Maudy berdiri, dia lalu memanggil salah satu anak buah Ayah nya.
"Tolong bantu Maudy masuk ke dalam mobil" ucap Amanda dengan tegas.
Brug.
"Amanda" teriak Weni.
Ya, Weni terjerembab karena di dorong oleh Amanda.
Amanda diam saja dengan santai, dia lalu menatap Weni dengan tajam.
"Awas saja kalau kau berani menganggu Maudy, gue gak akan tinggal diam" bisik Amanda dengan tegas.
Amanda lalu masuk ke dalam mobil, dia mengambil kotak p3k yang di berikan oleh anak buah nya.
Maudy meringisi kala kaki nya di obati oleh Amanda.
"Gila banget si Weni itu, dari dulu gak berhenti ganggu gue" ucap Maudy dengan meringis.
"Sesekali lawan Mau, gimana kalau gak ada gue coba? Mungkin dia sudah semakin menggila membuli mu" balas Amanda kesal.
Huh.
"Iya iya besok-besok gue lawan deh" ucap Maudy lirih.
Mobil melaju ke arah Restoran yang sudah di tetapkan oleh Leon.
Di sepanjang jalan Amanda terus saja mengomel karena Maudy yang selalu saja mengalah kala Weni menganggu nya.
"Mulai besok malam lu harus belajar bela diri sama anak buah Ayah dan gue. Gak ada penolakan, demi kebaikan lu" tegas Amanda.
"Iya Manda, gue nurut sama lo" balas Maudy.
Huh.
Amanda membuang nafas kasar, dia lalu memeluk Maudy dengan sayang.
Hingga mobil mereka pun sampai di tujuan,
Amanda membantu Maudy berjalan, kaki kiri nya cukup parah dan harus di urut.
"Pulang dari sini langsung di urut sama Bibi, ini kayak nya kaki lu terkilir" ucap Amanda.
"Iya kayak nya, soalnya sakit banget di pake jalan. Kuat banget dorong nya si Weni tuh" balas Maudy.
Keduanya tiba di depan ruangan Vip yang di pesan oleh Leon.
Brak.
"Ayah, bantu" teriak Amanda setelah menendang pintu
Leon langsung berdiri, dia lalu menghampiri kedua gadis yang masih di depan pintu.
"Kenapa?" tanya Leon dengan tatapan tajam.
"Nanti aja, kita makan dulu" jawab Amanda dengan berjalan santai.
Maudy?
Dia sudah berada di pelukan Leon dan di bantu berjalan oleh Leon.
"Amanda gila, masa gue di suruh jalan sama bokap nya"
"Duh jantung gue aman gak nih, kayak nya gak aman"
"Ya ampun om, mana cakep, wangi lagi ahh bisa-bisa gue makin meleleh"
Maudy terus saja menggerutu pada Amanda dalam hati nya.
Hingga ia duduk dengan nyaman pun Leon bantu,
Leon terlihat sangat memperhatikan Maudy, dari mengambil makanan hingga minuman pun ia bantu ambilkan.
Amanda?
Dia hanya tersenyum kecil saja dengan tingkah Ayah nya.
"Ada untung nya juga lu cidera beb, jadi lu makin deket sama bokap gue"
Maudy hanya pasrah saja saat apapun yang ingin ia lakukan malah di lakukan oleh Leon.
"Ya elah, gue udah coba ngubur perasaan ini eh malah kenapa duda ini mendekat"
*
Maudy tak di izinkan pulang ke kost oleh Amanda dan Leon.
Dia tetap di bawa ke rumah Leon sehabis dari Dokter dan makan malam.
"Jangan dulu masuk kerja dan kuliah, saya sudah menelpon pihak kampus"
"Dan pihak kampus pun akan menegur yang sudah mendorong kamu" tegas Leon dengan tatapan tajam.
"Tapi, saya sedang mengajukan skripsi" lirih Maudy.
"Kamu kerjakan saja di rumah, semuanya sudah saya atur" balas Leon.
Ehem.
"Ayah, aku juga izin kuliah?" tanya Amanda penuh harap.
"Gak, kamu tetap kuliah" jawab Leon sambil berlalu dari sana.
Huh.
Amanda mendengus kesal, dia lalu naik ke atas ranjang dan duduk di samping Maudy.
"Mau, gue boleh jujur gak sih?" ucap Amanda dengan tatapan tajam nya.
"Boleh, emang jujur tentang apa?" tanya Maudy.
Huh.
"Lu mau gak sih jadi Bunda gue, gue tuh mau Ayah menikah lagi tapi gue gak mau cewe lain, gue mau elu yang jadi nyokap gue"
"Gue juga tau ya kalau lu juga sebenarnya suka sama bokap gue tapi lu kubur karena lu tau dia adalah bokap gue"
Deg.
Deg.
Maudy menatap intens Amanda, tak ada kebohongan apapun di sorot mata nya.
"Lu jangan ngawur ah Manda" elak Maudy sambil merapikan bantal di belakang nya.
"Dy, gue serius" tegas Amanda.
Huh.
Maudy menatap kembali Amanda dengan serius.
"Kenapa harus gue, di luar sana banyak wanita yang lebih dari gue bahkan setara dengan kalian"
"Lu tau kan gue ini hanya anak buangan yang entah siapa orangtua gue, mungkin saja gue anak yang gak di inginkan"
"Lalu kalau pun gue jadi sama bokap lu, gue bakal jadi bahan ejekan semua relasi bokap lu, gue gue merasa gak pantas"
Maudy menundukan kepala nya, dia menyeka air mata yang keluar tak terasa.
Amanda memeluk Maudy dengan erat.
"Lu itu bukan anak buangan, siapa tau aja orangtua lu juga nyari lu selaam ini tapi memang Allah belum mempertemukan kalian aja"
"Lu bakal jadi kebanggan kita bukan ejekan, lu tau? Lu itu bisa berkolaborasi sama bokap, lu itu cantik, lu itu pinter dan gue bangga punya sahabat seperti elu. Apalagi lu kalau mau jadi nyokap gue"
"Lu jujur sama gue, lu suka kan sama Ayah gue?"
Amanda menatap wajah cantik sahabat nya itu dengan penuh penasaran.
"Ehemmm, ya gue jujur gue suka sama Ayah lu. Ayah lu itu baik, tegas dan berwibawa, spek idaman banget"
"Tapi gue sadar gue siapa, jadi ya gue kubur aja perasaan itu dan gue juga takut lu bakal nentang nya dan berujung jauhin gue"
"Dan, belum tentu juga bokap lu mau sama gue"
Amanda tersenyum dengan ke jujuran dari Maudy, dia lalu memeluk nya dengan bahagia dan wajah yang berseri.
Begitupun dengan seseorang yang sejak tadi berdiri di belakang pintu, dia mendengar semua pembicaraan Putri dan wanita yang sudah mencuri hati nya.
Leonard.
Ya, dia sejak tadi berdiri di belakang pintu dengan nampan berisi makanan ringan serta ramuan agar tidak sakit badan.
.