NovelToon NovelToon
Hipertenlove

Hipertenlove

Status: sedang berlangsung
Genre:Playboy / Teen Angst / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa
Popularitas:142.2k
Nilai: 4.9
Nama Author: sinta amalia

Menyukai seseorang itu bukan hal baru untuk Bagas, boleh dibilang ia adalah seorang playernya hati wanita dengan background yang mumpuni untuk menaklukan setiap lawan jenis dan bermain hati. Namun kenyataan lantas menamparnya, ia justru jatuh hati pada seorang keturunan ningrat yang penuh dengan aturan yang mengikat hidupnya. Hubungan itu tak bisa lebih pelik lagi ketika ia tau mereka terikat oleh status adik dan kakak.

Bagaimana nasib kisah cinta Bagas? apakah harus kandas atau justru ia yang memiliki jiwa pejuang akan terus mengejar Sasmita?

Spin off Bukan Citra Rasmi

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hipertenlove~ Bab 10

~Bagas~

Mereka sudah sampai di pelataran rumah Kertawidjaja. Sasi sempat cerewet memintanya untuk ngebut di jalan tadi, mengingat amih Sekar...yang memang siapa saja tau bagaimana watak dan sifatnya itu.

Namun apa daya, terbang pun tak bisa...jalanan sore dipenuhi oleh orang yang baru saja pulang di jam kantor membuat mereka harus rela terjebak kemacetan hingga hampir magrib.

Deru mesin motor bahkan baru saja dimatikan, di depan. Mang Ajat pun baru merapatkan kembali gerbang tinggi konoha di depan sana.

Aura yang beda memang selalu dirasakan Bagas ketika masuk ke dalam rumah Kertawidjaja, tidak hangat dan se-friendly di rumahnya, tentunya! Biar dikata penghuninya kebanyakan bikin dosa dan jauh dari kata soleh-soleha.

Kediaman Kertawidjaja terkesan memiliki aroma-aroma sakral, seolah jiwanya bak masuk dimensi lain saat ia baru menginjakan kaki di teras rumahnya sekalipun, merasakan getaran sesuatu yang membuatnya selalu merinding dan seketika berubah jadi kalem. Meskipun kenyataannya tak ada cerita horor apapun yang memberikan kesan angker disini.

Apa mungkin karena aroma bunga setaman yang berjejer di sekitaran halaman rumah? Yang apabila masih segar terbasahi air hujan selalu sengit menyapa penciuman para manusia yang datang, membawa hanyut pikiran menjadi tenang dan damai? Atau karena penghuni disini berlabel menak dengan segala kharisma, da rah biru dan sesuatu hal di luar nalar yang menempel di diri masing-masing? Entahlah!

Beda dengan rumahnya yang kebanyakan dimasukin manusia manusia durjana.

"Meni sore pisan neng pulang teh, hampir masuk sandekala...bukannya hari ini ngga ada kegiatan? Jam kamu teh, dol apa gimana? Atau kamu yang mulai lupa sama tata krama?" suara lembut wanita namun seram itu menyeru dari dalam bak pisau yang nusuk-nusuk pelan, bikin cenat-cenut telinga yang mendengar. Disusul tatapan si pemilik sorot mata tajam menusuk ciri khas amih Sekar Taji, sampe yang ditatap berasa lagi ditusuk pake tusuk gigi.

Ini! Ini, yang membuat Bagas malas dengan keluarga Sasi atau mertua bang Alva. Wanita ribet satu ini yang memegang kuasa dan mendominasi keluarga Kertawidjaja, ia ingat betul kisah cinta Alva dan Rashmi yang hampir berujung tragis karena-nya. Apa kabar dengan ia yang sering pulang dini hari? Apakah ia dianggap setan?

Hey, bunda ratu....setan ini yang jagain sama jemput bungsumu! Seharusnya ia culik saja Sasi sekalian biar dikatain bestfriend-nya wewe gombel.

Bagas mengangguk sopan pada amih Sekar Taji, lantas melihat ke arah wajah keruh Sasi yang sudah bersiap meledak, tak ingin perang dunia ketiga terjadi disini sekarang, akhirnya Bagas mengambil keputusan untuk ikut menjawab demi menengahi dua kubu yang siap berseteru itu, "maaf kesorean, mih. Barusan hujan jadi neduh dulu...di tukang seblak." Alasan Bagas, pasalnya salahnya juga yang menuruti permintaan Sasi untuk membawanya ke studio, tidak langsung pulang.

Seumur-umur Bagas belum pernah menemukan orang yang diseganinya selain guru agama dan kedua orangtuanya. Tapi segan pada Sekar Taji jelas bukanlah segan seperti pada mpap atau ibun, melainkan seperti segannya kepada seorang yang begitu berkuasa atas Sasi dan hubungan besan kedua orangtuanya.

"Iya Bagas, nuhun ya..." jawabnya ramah, tapi entahlah! Seolah keramahan itu tak serta merta membuat Bagas merasa lega dan ingin tertawa renyah.

"Salah siapa, ditelfonin ngga ada yang bisa jemput." Di luar dugaan, dan memang begitulah Sasi, ia menjawab amih dengan ketus dan menggerutu. Seolah benar kata Rashmi, Sasmita adalah cerminan amih Sekar Taji.

"Mang Ujang tuh bilang mobilnya overheat, jadi masuk bengkel. Nelfon apih lagi di pabrik, a Bajra masih di kantor, a Candra juga sama...teteh, masih sibuk sama urusannya. Yang bisa cuma a Bagas..harusnya, kalau amih memang men-dewakan tata krama. Bukan langsung marah-marah di depan tamu, tapi tanya dulu di belakang... itu bukan sikap menak sejati." Sorot mata Sasi menajam di bagian ekor matanya.

Alis Sekar Taji tak kalah menukik mendapatkan perlawanan dari Sasi, "neng Sasi!"

Sasi membuka sepatunya di sofa dengan santai, bersama dengan kaos kaki yang ia masukan ke dalam lubang sepatu, "Ambuuu! Mau minta minum buat a Bagas dong!" perintahnya.

Bagas menggeleng akan sikap menyebalkan Sasi yang berubah dalam waktu sekejap, ia tau saat ini gadis itu tengah melawan, itu terlihat dari sikapnya yang menjadi cermin sang amih.

Sasi sebenarnya tidak semenyebalkan itu...ia hanya akan selalu menjadi cermin untuk amih Sekar disaat-saat tertentu saja dengan maksud agar amihnya itu bisa melihat refleksi diri darinya, sebagai bentuk perlawanan jiwa.

"Ngga usah." Tolak Bagas sudah mulai tak nyaman berada diantara ketegangan ibu dan anak itu.

Bermaksud untuk pamit undur diri saja, mengingat ia pun sudah lelah. Karena ujungnya sudah dapat ia tebak setelah ini, wanita 4 orang anak itu akan meneriaki Sasi dan memberikannya hukuman, sungguh Bagas terkadang tak suka akan hal itu, ia tak mau menyaksikan Sasi yang harus menerima perlakuan itu dengan dalih ia yang seorang menak dan mesti manut akan aturan-nya.

Kakaknya benar, sifat amih Sekar memang sudah menda rah daging. Setelah Asmi, maka ia akan menumpahkan seluruhnya pada Sasi, meski mungkin Sasi tidak selemah dan sepenurut Rashmi. Maka moment inilah yang akan terjadi, saat sikap keras kepala ibu dan anak itu bertabrakan.

"Amih Sekar, Bagas cuma jemput terus anter Sasi...kebetulan ini juga sudah magrib. Ibun pasti nyariin..." ujarnya hendak pamit undur diri.

"Loh, ngga minum dulu, a? Itu ambu lagi bikinin?" tanya Sasi beranjak dari duduknya.

Bagas mengangkat alisnya sebelah tak percaya, dalam sekejap raut wajah gadis ini ramah kembali, "ngga. Kamu aja yang minum, biar ngga dehidrasi..."

Sasi bergerak ke depan bermaksud untuk mengantar Bagas. Sementara amih terpaku di tempatnya, "hatur nuhun ya, Gas....udah direpotin lagi buat anter jemput Sasi...salam buat ibun--mpap di rumah..." lirihnya cepat pada Bagas yang diangguki Bagas atas ucapan tulus itu, really tulus?

"Habis itu masuk cepet, neng. Bersih-bersih, makan...amih mau ngobrol!" sengitnya lagi pada sang bungsu yang diangguki Sasi meski dengan lengu han berat.

Ck!

Bagas berdecak saat keduanya sudah menginjak gawang pintu, langsung menoleh pada Sasi, "Si. Aa ngga suka kamu kaya gitu sama amihmu, always....jangan sampai ada kata durhaka dari amih Sekar."

Sasi mengalihkan pandangannya dari Bagas dan menggeleng, "Sasi cuma jadi..."

"Refleksi amih? Biar amih bisa bercermin dari kamu? Jangan begitu, kalo gitu kamu ngga ada bedanya...." Bagas selalu menasihati Sasi, sebagai seorang kakak yang sayang padanya. Tapi gadis ini memang se-ngeyel itu.

"Tapi buktinya amih ngga ngerti-ngerti, a. Sasi tau amih itu mau semuanya berjalan sesuai kenormalan. Setelah teteh sempat belok, tapi tanpa aa tau...amih itu selalu dan akan tetap berjalan di jalannya. Dan sekarang Sasi ngerasa kalo amih lagi meluruskan kenormalan itu sama Sasi."

Bagas menggeleng, "Jangan suudzon."

Sasi terlihat menelan perasaannya bersama saliva yang terasa kering di tenggorokannya, tidak akan ada yang paham. Ia mengurai senyuman, "ya udah. A Bagas pulang aja, salam buat om Nata sama ibun." Usirnya.

Bagas sudah memakai kembali helmnya, lalu menyodorkan punggung tangannya pada Sasi. Sebagai seorang yang lebih muda Sasi meraih itu dan menempelkannya di kening, meski tanpa mengucapkan apapun setelahnya hingga Bagas berlalu dari sana dan keluar dari gerbang.

Tatapan Sasi masih nyalang dan getir di gawang pintu, hingga suara ambu Endah menyadarkannya dari lamunan panjang.

"Hayoo, jangan ngalamun aden rara, udah sarep-na. Diitatapin terus...orangnya udah ngga ada, ini minumnya gimana?" tanya nya menunjukan secangkir teh manis hangat.

Sasi buru-buru mengusir rasa resahnya, begitupun dengan kekehan kelinci yang ia tunjukan pada ambu Endah, pengasuhnya sejak kecil.

"Ambu sotoy....Sasi lagi liatin mang Ajat yang lagi termenung di pos. Masih berantem sama istrinya, ngga dikasih tulak (pintu) lagi?" kekehnya selalu tau akan gosip para mamang dan ambunya di rumah, karena dengan mereka lah ia hidup.

Ambu Endah tertawa renyah, meskipun setelahnya ia segera mengatupkan bibirnya, "den rara yang sotoy, justru dia udah dikasih jatah, ah!"

Sasi merebut cangkir teh manis dari nampan yang dipegang ambu Endah dan meminumnya, "ahhh----ini dikasih pelet ya?!" tuduh Sasi membulatkan mata pada ambunya.

"Kok jadi jatuh cinta gini, sih...." lanjutnya.

Keduanya tertawa sambil masuk ke dalam.

"Aahhhh---den rara, itu dibikinnya pake cinta. Siapa tau si akang Bagas suka sama----" ambu Endah menggantungkan ucapannya di udara sementara Sasi sudah mengangkat kedua alisnya terkejut, suka sama ambu Endah? tatapnya tak percaya.

"Sama den rara Arum Sasmita." Lanjutnya mengundang tawa Sasi, "apa sih ambu!"

Ambu Endah menatapnya menyipit seraya menunjuk usil, lalu mencolek hidung Sasi, "aahhhh---tau lah ambu juga, den rara suka sama den---"

"Engga!"

"Masa Sasi suka sama kakak sendiri." Ia menggeleng cepat, No! Big No! Tak terbayang bagaimana respon dan reaksi keluarganya yang sudah pasti menentang, terkhusus amih.

Ambu Endah mengurai senyuman usilnya, sadar akan ketidakpercayaan ambu, Sasi cepat-cepat mengelaknya, "Sasi justru lagi mau ngincer temennya a Bagas, namanya kang Deva...cakep deh, mbu." ujarnya sembari merangkulkan tangannya di pundak sang pengasuh ke arah kamar.

"Neng." Suara amih menghentikan gurau canda antara Sasi dan Endah yang dalam gerakan refleks cepatnya menurunkan tangan Sasi dari pundaknya, ia menunduk sebagai permintaan maaf karena telah lancang dan undur diri dari sana, "den nganten. Den rara....saya ke belakang dulu. Den rara, air hangatnya sudah ambu siapin." ia berlalu meninggalkan Sasi dan Sekar Taji.

Wajah malas Sasi kembali terlukis, "ya amih?"

"Amih tunggu di ruang baca setelah magriban." Tetap dengan mata yang terbingkai sebagai sosok amih yang angkuh.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

1
Calista
itu mkn waktu brp hr ya klu ad angkot jurusan cibaduyut ke korea.
Yuliasih Dila
Keren bangett...luarbiasa
jumirah slavina
wwoooiii Sasiii....
Kamu kemanaaaa....
ko' gak nongolllll.....
Ney Maniez
menangg ge gak dikasih reward sasi,, yg ada dihukum/Grimace//Grimace//Grimace//Grimace/
Ney Maniez
congratulations sasiiii..
tp kasian jugaa ya
jumirah slavina
Sasi & Bagus kena hukum Amih ya Thor jd lama gak nongol
Syifa Komala Fathir
selalu bagus karya karya nya
Dyah Ayu
ini klo Sasi udh sampe di batas kesabarannya pasti lebih parah dari Asmi..
🌽Mrs.Yudi 𝐙⃝🦜🍇
kisah sasi, ga kalah dinamisnya sama kisah kakaknya....
semangat mbksin bikin sasi vs amih membara yah! 😉
🌽Mrs.Yudi 𝐙⃝🦜🍇
dan...aku sampe disini mbk sinta....

beugh, sasi masih sma udah terjal aja jalan hidupnya, masih dengan amih yang sama ternyata....
🌽Mrs.Yudi 𝐙⃝🦜🍇: haii 🤗😘😍
🌼 Incess Hatari 🌼: ibuuu😘😘😘
total 2 replies
Mika Saja
oh.....dl aa candra kabur sm teh katresnan to,,,,ayo si ada temannya yg pembangkan bisa dicontoh lah aa candra🤭🤭🤭
Mika Saja
amih mah keras sekeras batu,,semoga nti bisa berubah,gengsi aja ditinggin
isni afif
lanjut teh sin.....
Yuni Widiyarti
kok kuat banget ya jadi sasi.aku miris banget sama dia.disaat yg lain bangga akan pencapaiannya dia hrs makin tertekan dengan prestasinya
Vike Kusumaningrum 💜
Semangat membangkang Sasi, teruslah berbuat sampai Amih menyesali tindakannya, orang seperti Amih mah yang ini dituruti, terus nuntut , emang begitu. anak kalau biasa dikasari, biasa dihukum dia akan kebal dan akan mengulanginya. amih jadi kebiasaan menekan anak, kalau Asmi hampir stress mungkin sasi nanti gila. baru Amih akan sadar, atau mungkin sudah di titik lelah, Sasi bundir trus dikuatkan Bagas, baru Amih benar2 sadar. aaah kasihan kan a' sm nasib adek²annya. sehat selalu kak Sin 🤲🤲 kmna wae euy ? lama 😭😭
Bunda AL: ka sin..kmn aja ko blm update lagi.. pdhl q ngguin kelanjutan cerita ny..sehat dan tetap semangat buat ka sin..aamiin🤲🤲
total 1 replies
Yuni Widiyarti
gimana sis si orang berbuatnya berani masak tanggung jawabnya takut.anggap aja latihan minta restu buat nikahan Ning sasi sama aabagas kelak...semangat
MPit Mpit MPit
astaga si amih ituh ihh bener bener akuh mah mau banget ngagetok..
isni afif
lanjut...teh sin....
Fadilah
si Amih mah kayaknya orang tua egois ih, gk d jadikan pelajaran dulu"nya malah makin jadi kayaknya
Marliyanipratama
heeh nya eceu mah t ngarti te ningal k tukang ka jadian asmi kumha cenah pek danguken saran ti besan tuh ibun conto na ngebebasin anak nya tpi masih bisa di kontrol, sadar mih sadar ulah ampe amih nyesel... apa mau neng bawa amih k tujuh curug beh sirah amih te ulah batu" teuing... kudu kitu nya si amih teh di ruat atawa di ruqiah...
Vike Kusumaningrum 💜: hahahha, bener.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!