NovelToon NovelToon
Masa Kecil Bulan

Masa Kecil Bulan

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Nikahmuda / Duniahiburan / Kehidupan di Kantor / Slice of Life / Careerlit
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: yuliani fadilah

Sinopsis:
Cerita ini hanyalah sebuah cerita ringan, minim akan konflik. Mengisahkan tentang kehidupan sehari-hari Bulbul. Gadis kecil berusia 4 tahun yang bernama lengkap Bulan Aneksa Anindira. Gadis ceria dengan segala tingkahnya yang selalu menggemaskan dan bisa membuat orang di sekitar geleng-geleng kepala akibat tingkahnya. Bulbul adalah anak kesayangan kedua orangtua dan juga Abangnya yang bernama Kenzo. Di kisah ini tidak hanya kisah seorang Bulbul saja, tentunya akan ada sepenggal-sepenggal kisah dari Kenzo yang ikut serta dalam cerita ini.

Walaupun hanya sebuah kisah ringan, di dominan dengan kisah akan tawa kebahagian di dalamnya. Akan tetapi, itu hanya awal, tetapi akhir? Belum tentu di akhir akan ada canda tawa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yuliani fadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 16 Pengen dedek bayi

Sore hari menjelang magrib, Winda beserta Bulbul baru saja menginjakan kakinya di kediamannya. Keduanya baru saja pulang dari menjenguk salah satu tetangga dekat ruamhnya, yang kemarin sempat mendapat kabar, bahwasanya tetangganya itu melahirkan. Dan kebetulan bayi dan ibunya sudah di bawah pulang hari ini.

"Ma, Bulbul pen cucu dong," pinta Bulbul berjalan terlebih dahulu ke arah sofa ruang tamu.

"Iya." sahut Winda dan melangkahkan kakinya menuju dapur.

Selagi Winda membuatkan susu untuknya, Bulbul memilih mendudukan bokongnya di sofa disana, dengan badan disandarkan pada belakang sofa itu tak lupa kedua kaki yang sengaja dia ayun-ayunkan.

"Papa!" panggil Bulbul, saat Aldan menginjakan kakinya pada undakan tangga terakhir, berjalan dari arah tangga lantai atas.

Aldan menaikan pandangannya, menatap ke arah siapa yang memanggil. "Udah pulang Bul? Mama mana?" tanya Aldan seraya mengelilingkan pandangannya mencari keberadaan Winda, sambil berjalan menghampiri anaknya itu.

"Mama di dapuy, Pa," sahut Bulbul tersenyum menampilkan deretan giginya.

Aldan mengangguk singkat. Dan duduk mengambil sebuah majalah yang tertera di atas meja. "Ngapain senyum-senyum gitu Bul?"

Bulbul beranjak dari duduknya mendekati Aldan.

Aldan menyernyit menatap heran anaknya itu. "Kenapa sih Bul, dari tadi senyum-senyum gitu, serem tau Bul!"

"Papa?"

"Kenapa sih, Bul?" ujar Aldan malah balik bertanya.

"Papa, tadi Bulbul etemu Dedek bayi tau!" heboh Bulbul, masih setia dengan menampilkan deretan giginya.

"Bagus dong," sahut Aldan sembari membuka-buka majalah yang tadi diambilnya.

"Dedek bayi nya emes tau Papa, Bulbul pegen bawa pulang, tapi ata Mama endak boleh!" ketusnya bersedekap dada tak lupa bibirnya yang mengerucut kesal.

Aldan terkekeh pelan, "Iya, kan itu Dedek bayi orang lain Bul."

Bulbul menghentakan kakinya semakin kesal, mendengar penuturan Aldan. "Ihh, tapi emes Papa, tadi aja Bulbul pen gigit pipinya, malah Mama endak bolein!"

"Ya, iya dong Bul, masa bayi baru berojol di gigit, entar Mamanya marahin Bulbul gimana!"

"Tapi Embul emes Papa!" kekehnya lalu berdecak kesal.

"Jangan di gigit juga Bul, entar nangis," ujar Aldan dan menumpangkan kakinya.

Lagi-lagi decakan yang dilakukan gadis itu, dan langsung menghempaskan bokongnya duduk disebelah Aldan.

"Ngambek dah!" gumam Aldan tanpa mengalihkan pandangannya dari majalah yang tengah dibacanya.

"Nih, Bul," celetuk Winda yang masih berjalan beberapa meter dari Bulbul dan Aldan duduk, memberikan apa yang diinginkan anaknya.

Bulbul menatap Winda dengan bibir mencebik kesal.

"Kenapa sih?" tanya Winda menyernyit heran, melihat wajah anaknya itu yang masam.

Aldan menggeleng singkat, mentapa istrinya yang tengah menatapnya juga.

"Bul, katanya mau susu," Winda sambil memberikan sebuah susu.

"Endak!" ketusnya.

Bulbul kembali menatap Aldan yang duduk di sebelahnya.

"Papa?!"

Aldan melirik sekilas. "Apa, Bul?"

"Antelin Bulbul. Bulbul mau etemu Dedek bayi lagih!" ucap Bulbul, menarik ujung baju Aldan.

"Hah?" beo Aldan seketika mentapa Bulbul.

"Antelin Bulbul! Bulbul mau etemu Dedek bayi lagi Papa!" ulangnya.

"Udah mau magrib Bul, entar aja besok main lagi ke rumahnya Dedek bayinya, ya?"

"Ihh, tapi Bulbul pen Dedek bayi Papa!" rengek Bulbul menggoyang-goyangkan tangan Aldan.

Aldan dan Winda terkejut dibuatnya, menatap anaknya itu terheran-heran.

"Papa Bulbul pen Dedek bayi!" pekik Bulbul mencebikan bibirnya kesal.

Namun, tak lama Aldan mengubah raut wajah menjadi berseri, melirik-lirik pada Winda. "Jangan minta Papa, ngomong, minta sama Mama, gih."

Bulbuk beralih menatap Winda. "Mama mau Dedek bayi, kaya Dedek tadi!" pinta Bulbul menatap Winda dengan puppy eyes-nya.

Uhuk! Uhuk!

Seketika Kenzo yang tengah berjalan santai dari arah dapur, sambil meminum air yang dibawanya, lalu tersedak mendengar apa yang diucapkan Bulbul.

"Bul! Jangan ngadi-ngadi kamu!" sewot Kenzo menatap garang Bulbul.

"Bulbul pen Dedek bayi Abang! Ata Papa culuh omong, minta cama Mama!" tutur Bulbul. "Iyakan, Pah?" lanjutnya bertanya pada Aldan.

Aldan tersenyum, dan mengangguk singkat seraya menepuk-nepuk puncuk kepala anaknya. "Pinter banget dah, anak Papa!"

"Mana Mama, Bulbul pen Dedek bayi!" ujanya lagi sambil mengadahkan tangannya.

Aldan menghela napasnya. "Gak gitu juga Bul mintanya. Suruh Mama buat dulu Dedek bayinya Bul," bisik Aldan pada Bulbul.

Bulbul mengaruk pipinya mendengar apa yang di katakan Aldan. "Gitu yah, Pah?"

Aldan mengangguk singkat.

"Mama, Bulbul mau Dedek bayi cepuluh!" ujar Bulbul antusias, sambil mengangkat sepuluh jarinya. "Ata Papa culuh Mama buat dulu," sambunya lagi.

"Banyak bener Bul!" ujar Aldan terkekeh pelan.

Sementara Winda telah mempelototi Aldan yang hanya tersenyum merekah, tak lama Winda melempar suaminya itu dengan bantal sofa yang ada di belakangnya.

"Jangan ngehasut yang enggak-enggak deh, ngadi-ngadi banget!" sinis Winda.

Aldan membenarkan tataan rambutnya yang terlihat berantakan akibat lemparan yang Winda lakukan. "Ngehasut yang enggak-enggak gimana sih yang, banyak anak banyak rezeki, yang!"

"WOY! APA-APAAN DAH GAK ADA ACARA BUAT ANAK, BUAT ANAK LAGI!" ujar Kenzo setengah berteriak, yang sedari tadi mencak-mencak mendengar penuturan ketiganya.

"Apalagi sepuluh, apaan dah Bul! Kamu kira mau punya anak kucing! Anak kucing aja gak ampe segitu! Lagian Abang kagak mau yah. Ada kamu aja udah puyeng, apalagi di tambah sepuluh!" cerocos Kenzo sewot.

Aldan menatap sinis Kenzo. "Diem kamu Jo, jangan ikut campur! Suka-suka dong mau buat sebanyak apapun, orang nanti juga Papa yang nafkahin, Papa yang nyari duit!"

"Ya, gak gitu juga Jali!" gumam Winda frustrasi.

Kenzo kesal setengah mati di tempatnya, kalo bener dia punya Adek apalagi jumlahnya gak main-main, tambah gak tenang aja hidupnya. Apalagi Adek nya modelan kaya si Bulbul. Auto nangis di pojokan dia. "Astagfirullah sabar Jo, yang modelan kek gitu juga Bapak lu! Tahan jangan ngehujat. Ngehujat auto kena azab lu Jo!" gumam Kenzo mengusap dadanya sabar.

"Aya naon Jo gogorowokan?!" celetuk Asih Ibunda Aldan itu bertanya, atau Nenek Kenzo dan Bulbul juga yang masih berada di kediaman Aldan, belum sempat pulang ke Bandung. Muncul dari kamarnya yang berada di lantai bawah.

(Ada apa Jo teriak-teriak?!)

Kenzo membalikan badannya menatap Neneknya itu. "Nek, noh si Papa mau buat anak lagi, tegur dia Nek, udah tua juga!"

"Emang iya, Al?" tanya Nenek Asih berjalan ke arah sofa.

Aldan mengangguk. "Iya, kalo dikasih Mah."

"Bagus itu. Gak papa dong Jo, Papa sama Mama kamu kan masih muda, umur Papa kamu juga belum 40 tahun," sahut Nenek mendudukkan bokongnya di sofa itu.

Kenzo berdecak, malah didukung lagi. "Ck! Ya Allah Nek, Jo gak mau! Punya si Bulbul aja udah ribet! Gimana kalo nambah lagi!" sewot Kenzo dan ikut mendudukan bokongnya dengan kasar.

Aldan menaikan tatapannya tak lupa diiringi senyumannya, menatap Kenzo dengan tatapan mengejek dan mengedipka sebelah matanya pada anaknya itu.

Kenzo bergidik ngeri. Melihat apa yang dilakukan Aldan.

"Ya, gak apa-apa Jo, modelan si Bulbul, kan lucu, cantik, gemoy kaya gini juga!" ujar Nek Asih mengelus pipi Bulbul.

"Iya lah Mah, produk Al gak akan gagal!" sahut Aldan mengangkat bahunya angkuh.

"Iya, kan yang?" lanjutnya bertanya pada Winda.

Sementara Winda sendiri yang mendapatkan pertanyaan seperti itu, hanya bisa memijat kepalanya pusing mendengar setiap perkataan yang orang-orang disana lontarkan.

"Teyus Dedek bayinya Bulbul mana, Pa?" tanya Bulbul setelah sedari tadi menyimak.

"Sabar dong sayang, nanti Papa buatin dulu sama Mama." sahut Aldan berdiri dari duduknya.

"Yang, banak yah, Pah!" pinta Bulbul bertepuk tangan girang.

Aldan terkekeh mendengarnya, setelahnya menarik tangan Winda yang masih memijat kepalanya. "Yuk, yang."

"Eh--apaan sih! Mau kemana?!" tegur Winda. Menahan tarikan tangan Aldan.

"Caelah Pah! Awas yah, jangan macem-macem!" sinis Kenzo.

"Naon sih Jo! Terserah Papa dong mau macem-macem juga, orang Mama kamu istrinya Papa!" sahut Aldan dan kembali melangkahkan kakinya.

(Apa)

Kenzo mendengkus kesal. "WOAYOLAH PAH, INGET INI BELOM MAGRIB, MASIH SIANG!"

"MA! MAMA JANGAN MAU DONG MA!" pekik Kenzo lagi.

"Iihh, Abang endak usah teliak-teliak!" protes Bulbul menatap kesal Kenzo.

"Gara-gara kamu sih, Bul! Minta yang aneh-aneh! Si Papa jadi gercepkan!" sewot Kenzo dan menarik Bulbul, mengunyel-ngunyel pipi gadis itu.

1
yuliani fadilah
hallo
Amai Kizoku
Saya suka sekali sama cerita ini, ayo cepat update lagi biar saya gak kesal.
★lucy★.
terharu banget pas adegan romantisnya, ini the best story ever ❤️
Jennifer Impas
Gaya penulisanmu sungguh memukau, thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!