Pembalasan untuk Bibi Licik

Hari yang di tunggu-tunggu tiba. Dimana acara pesta yang sudah di rencanakan dan di susun rapi oleh Pak Teguh kini berjalan sebagaimana mestinya.

Para undangan yang meliputi kolega, rekan kerja, teman dan juga keluarga besar Sinta, sudah memenuhi area gedung. Kini mereka bersiap untuk menyambut sang tokoh utama yaitu Sinta, yang saat ini sedang berulang tahun.

Bahkan kedua orang tua Sinta, serta kakak dan kakak ipar pun sengaja datang dari Amerika turut memberikan kejutan untuknya.

Namun sayangnya, Sinta yang sekarang di tunggu-tunggu kedatanganya justru tidak tahu menahu, bahwa dirinya akan mendapat kejutan besar. Saat ini Sinta bersama sang suami Bagas sedang menuju ke sebuah gedung untuk menghadiri resepsi pernikahan seorang kolega dari perusahaan suaminya. Hanya itu yang Sinta tau, tentu saja karena ini bagian dari rencana Bagas agar Sinta tidak curiga.

“Sayang, maaf ya.. makan malam untuk merayakan ulang tahunmu sedikit tertunda. Karena kita harus ke acara resepsi terlebih dahulu.”

“Tidak masalah mas. Lagipula kita sudah sering makan malam berdua, meskipun bukan di hari ulang tahunku. Dan sekarang aku sudah tua, sudah 30 tahun, sudah berkeluarga, punya suami dan anak. Jadi perayaan ulang tahun itu sudah bukan hal yang wajib bagiku.”

“Tapi tetap saja, mas ingin menghabiskan waktu di hari spesial ini bersamamu.”

“Iya mas, terserah mas saja.”

Begitu sampai di gedung tempat acara berlangsung, merekapun turun dan masuk seperti layaknya tamu yang membawa undangan.

Tidak ada kecurigaan sama sekali sejak awal. Namun saat dia melihat pintu yang seharusnya terbuka untuk sebuah acara resepsi tapi justru kali ini malah tertutup, Sinta mulai bingung.

“Mas.. kok pintunya tertutup?”

“Mungkin karena acaranya tertutup,” jawab Bagas enteng.

Dan begitu pintu terbuka, Sinta dan Bagas di arahkan untuk segera masuk namun pintu kemudian langsung di tutup kembali. Sinta semakin terkejut karena tiba-tiba ruangan berubah menjadi begitu gelap gulita dan sepi.

“Mas! kamu dimana mas? Aku takut!” Teriak Sinta di kegelapan.

“Happy birthday Sayang.“

Bagas muncul dengan satu buah lilin.

“Happy birthday mommy.”

Gabriel muncul dengan satu lilin.

“Happy Birthday adiku sayang.”

Kali ini kak Arya dan sang istri serta kedua anaknya terlihat di kegelapan. Dengan masing-masing lilin yang sama membuat Sinta semakin terkejut.

”Happy Birthday anaku tercinta.”

Terakhir muncul kedua orang tua Sinta dengan masing-masing lilin di tangan.

Tak bisa lagi membendung air mata saking bahagianya, Sintapun terlihat menangis.

“Surprise..!”

Lampu menyala dan memperlihatkan seluruh tamu undangan yang hadir.

Semua bertepuk tangan seraya menyanyikan lagu ulang tahun di pandu oleh seorang mc.

Sungguh kejutan yang luar biasa. Tidak cuma tentang pesta yang begitu megah dan mewah dengan seluruh tamu undangan elit. Namun kejutan lain yaitu keluarga yang seharusnya berada di Amerika kini ada di depan mata.

Kebahagiaan dan keceriaan begitu terasa menyelimuti sepanjang acara berlangsung. Seluruh tamu yang hadirpun ikut merasakan suka cita sembari mengucapkan selamat pada sang tokoh utama.

Namun ada sepasang mata yang memperlihatkan tatapan benci yang begitu mendalam. Perasaan iri yang sangat melukai hati, dan tentu saja orang itu adalah Sofi. Bersama bibi Salamah dan juga Bimo yang hanya bisa menyaksikan keharmonisan keluarga Sinta dari kejauhan. Sepanjang acara Sofi terus meruntuki dirinya karena merasa seperti orang bodoh.

“Seharusnya malam ini aku yang ada di posisi kamu Sinta! Tapi lihat saja, sampai kapan kamu akan memamerkan kebahagiaaanmu pada semua orang. Karena cepat atau lambat, aku akan merebut mas Bagas dari tanganmu,” ucap Sofi dalam hati.

Sementara bibi salamah paham betul apa yang sedang di rasakan Sofi. Hingga ia sengaja berusaha memanas-manasinya agar bergerak lebih cepat menguasai sang keponakan Bagas.

“Lihat, apa kau tidak ingin di posisi Sinta? Di ratukan, dan di perlakukan penuh cinta oleh suami seperti Bagas,“ gestur bibi salamah meremeh serta menunjuk pada Sinta yang sedang tertawa riang bersama keluarganya.

Sontak ucapan sang bibi membuat Sofi meradang dan semakin berapi-api. Sementara itulah yang bibi inginkan. tujuan sebenarnya mendekatkan kembali Sofi dengan sang keponakan memanglah untuk menghancurkan keluarga Sinta.

Bibi Salamah membenci Sinta karena ia berfikir kehadiran Sinta seperti penghalang baginya untuk mendapatkan kembali sumber uang nya.

Namun lebih dari itu, dan yang tidak di ketahui oleh siapapun. Alasan utama kenapa Bibi Salamah begitu tega terhadap Bagas yang jelas-jelas adalah keponakanya sendiri. Bukan hanya sekedar uang ataupun materi. Tapi lebih kepada dendam dimasa lalu. Ya, dendam yang menurut Bibi Salamah harus di balaskan satu persatu.

Bibi Salamah masih mengingat bagaimana kedua orang tua Bagas menyiksanya dulu. Saat pertama kali ia masuk kedalam keluarga suaminya Joko yang juga ayah kandung dari Bimo. Saat itu Bibi Salamah hanya seorang janda yang baru saja kehilangan suaminya Satrio dan juga putrinya yang baru berusia satu minggu. Saat itu Bibi Salamah begitu frustasi hingga ingin mengakhiri hidupnya sendiri dengan cara menabrakan diri pada kereta api yang melintas. Beruntung saat itu ada seorang lelaki bernama Joko yang berhasil menyelamatkan nya. Lelaki itu kemudian membawa Bibi Salamah kerumahnya. Menghiburnya, memberikan tempat tinggal dan juga memenuhi kebutuhan nya. Saat itu Bibi Salamah tidak menyangka jika lelaki yang bernama Joko tersebut jatuh cinta padanya dan berniat ingin menikahinya. Jujur saat itu ia belum bisa membuka hati untuk lelaki lain selain suaminya Satrio yang sudah meninggal. Baginya Satrio adalah cinta sejatinya sampai kapanpun. Namun demi membalas budi atas kebaikan nya, Bibi Salamah pun bersedia menikah dengan lelaki bernama Joko tersebut.

Ia berfikir bahwa setelah menikah kembali, kehidupanya akan lebih bahagia. Ia mencoba belajar menghormati sang suami dengan tulus meskipun ia tahu dirinya tidak akan pernah bisa mencintainya. Menghabiskan waktu berdua, bermesraan, berjalan-jalan serta banyak lagi agar semakin menguatkan perasaan nya pada sang suami. Mencoba melupakan masa lalu yang akan menyakiti hatinya. Melupakan suaminya terdahulu Satrio dan juga putri kecilnya yang telah menghilang entah kemana. Namun petaka datang dari adik kandung dan juga adik ipar joko. Pasangan yang baru mempunyai bayi bernama Bagas itu datang dari luar kota secara tiba-tiba dan tinggal di kediaman kakak kandungnya yang kini sudah menjadi suaminya Joko. Bersikap arogan dan kerap menyiksa Bibi Salamah dengan kejam. Memfitnah bahwa dirinya nenikah dengan kakaknya Joko hanya karena harta. Memperlakukannya seperti pelayan dan kerap memakinya dengan kata-kata menyakitkan, seperti wanita gila hingga tuduhan-tuduhan terhadapnya yang di anggap ingin menguasai rumah kakaknya Joko.

Puncaknya saat Bibi Salamah hamil Bimo di usia enam bulan. Kedua pasangan itu semakin menggila. Adik ipar sekaligus ayah dari bayi bernama Bagas itu mencoba memperkosanya. Lebih parahnya saat kejadian itu di pergoki oleh istrinya, bukannya menolong justru malah menuduhnya menggoda suaminya. Pukulan bertubi-tubi mereka arahkan kepada Bibi Salamah. Termasuk menendang perut hamilnya yang saat itu berusia enam bulan hingga nyaris keguguran.

Dan saat itupun Bibi Salamah berjanji pada dirinya sendiri, untuk membalas dendam. Ia merencanakan pembunuhan dengan merekayasa mobil yang akan mereka berdua kendarai. Rencananya berhasil hingga terjadi kecelakaan hebat karena rem tidak berfungsi dengan baik. Kecelakaan itu menyebabkan keduanya meninggal dunia. Dan meskipun dendamnya pada keduanya sudah terbalaskan. Anak semata wayang mereka Bagas masih hidup. Saat itu Bibi Salamah berniat ingin memberikan anak itu pada panti asuhan, namun suaminya Joko bersikeras untuk merawatnya. Menjadikan nya sebagai anak mereka. Dan sampai sekarang, sudah bertahun-tahun lamanya, bahkan suaminya Joko juga sudah meninggal dunia karena sakit. Bibi Salamah selalu saja merasa sakit hati saat melihat wajah Bagas yang mengingatkan nya pada kekejaman mendiang kedua orang tuanya.

Acara pesta ulang tahun yang berlangsung saat ini begitu meriah. Berbanding terbalik dengan yang dirasakan Bibi Salamah. Karena tepat hari ini juga adalah hari dimana putri kecilnya berulang tahun. Ia hanya bisa mengucap doa dalam hati, “nak.. dimanapun kamu berada, ibu selalu mendoakan kamu agar kamu selalu bahagia nak. Ibu sangat merindukanmu. Selamat ulang tahun nak.”

Dalam lamunan nya Bibi Salamah tak sengaja melihat postur tubuh seorang lelaki paruh baya yang begitu mirip dengan mendiang suaminya Satrio. Lelaki itu berdiri membelakanginya dan terlihat sibuk berbicara dengan keluarga Basuki. Ingin sekali Bibi Salamah mendatanginya. Memastikan bahwa lelaki itu bukan suaminya Satrio, karena dia menyaksikan sendiri bagaimana suaminya Satrio di bunuh di depan matanya oleh para anak buah dari seorang rentenir berdarah dingin.

Matanya terlunci kearah lelaki itu. Sambil berjalan menuju kearahnya, ia terus berdoa dan menguatkan diri untuk bersiap jikalau orang itu benar-benar Satrio yang sudah lama meninggal. Hingga ia tak sengaja menabrak seseorang tamu undangan di acara tersebut dan membuatnya tidak menyadari kepergian lelaki itu.

“Dimana, dimana dia?”

Melihat Bibi Salamah terlihat kebingungan Bagas yang berada tak jauh darinya pun menghampirinya.

“Bibi, ada apa?”

“Tidak. Tadi, di sini. Laki-laki itu,” tunjuk Bibi Salamah kebingungan.

“Siapa bi? Apa yang bibi maksud pak Teguh? Bibi mengenalnya?”

“Teguh, jadi namanya Teguh?”

“Ia bi, dia orang kepercayaan keluarga Basuki, ayah Sinta.”

“Jadi.. dia bukan satrio?” Batin Bibi Salamah dalam hati.

Kakinya mendadak lemas. Meskipun rasanya tidak mungkin, namun entah mengapa dia masih berharap agar suaminya Satrio ada di dekatnya.

——————————<<<>>>——————

Tapi bukankah seorang yang sudah meninggal tidak bisa hidup kembali?

Kecuali,Memang belum meninggal.

Hai para pembaca.. bagaimana menurut kalian?

Tolong dukunganya dengan berikan like pada ceritaku. Serta Tulis kesan dan pesan kalian pada kolom komentar. Terimakasih sebelumnya.