••Bijak lah dalam memilih bacaan ya guys. ••
Ini sebagian cerita dari that my baby
😾😈
Malam yang di penuhi oleh hujan lebat, hingga membuat suasana di jalan sangat dingin dan menyeramkan dengan diiringi petir yang tersambar kemana-mana. Begitu dingin suasana malam ini namun tidak bisa mendinginkan suasana panas yang sedang di lalu oleh gadis yang tengah menggeliat tidak karuan ini.
Sensasi yang tidak pernah ia rasakan kini menyeruak seakan mendorong tubuhnya untuk mencari rasa dingin yang ia inginkan.
Seorang pria masuk dengan tubuh tegap nan gagah. Membuatnya seketika terpaku dan terhipnotis.
"Sentuh aku, tolong.... " Ucapnya dengan mata sayu.
"Kau akan menyesali ini Tantri.... "
Kesalahan malam itu membuatnya kini semakin membenci pria yang sudah pernah merusak hidupnya. Namun bagaimana jika kehadiran seseorang yang tak seharusnya ada kini semakin menjerat keduanya dalam hubungan yang serius.
Jangan lupa terus dukung author ya guys, thankyou?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tr_w, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 10
...Happy Reading✨...
3 Bulan kemudian....
"Huekkkk.... "
"Huekkk.... "
Tantri muntah di toilet sudah sampir setiap pagi dan mungkin membutuhkan waktu 25 menit. Meski badannya sudah sangat lemas pagi-pagi sekali, Tantri masih tetap bisa beraktivitas dengan membantu ibunya memasak atau setidaknya membersihkan rumah.
Namun orang rumah tak ada yang menanyakan perihal dirinya muntah setiap pagi akhir-akhir ini. Tak ada yang peduli, mereka hanya memperdulikan putra bungsu mereka.
"Ambilkan adikmu pakaian di jemuran belakang dan setrika. Pakaian itu akan di pakai hari ini." Ucap sang ibu yang baru saja datang dari kamar adiknya dan menuju dapur.
Bahkan tak ada sekalipun kata 'apakah kau baik-baik saja?' Tak ada yang bertanya seperti itu, Tantri yang baru saja keluar dari toilet dengan wajah pucat dan tubuh yang lemas kini harus menyetrika pakaian adiknya.
Matanya sudah berkaca-kaca, dirinya seakan tiada di dalam rumah ini. Kenapa sebagai orang tua mereka sangat tega melakukan hal ini pada putri pertamanya?
"Maa aku lelah... " Kata Tantri dengan wajah pucatnya.
"Semua orang hidup memang pasti lelah. Jika tidak mau lelah maka mati saja." Ucap ibunya dengan berjalan melewati dirinya sembari membawa susu kesukaan putranya.
Tantri berjalan pelan menuju jemuran belakang, dengan gontai gadis itu mengambil jemuran adiknya dan mengusap air matanya.
Apa yang kau harapkan Tantri? Apa yang kau harapkan dari keluarga seperti ini?
Di saat ia menyeka air matanya, gadis itu tak sengaja melihat tetangganya yang sedang berkumpul pagi, di depan rumahnya dengan senyum bahagia. Mereka tertawa dan bergurau untuk menghibur keluarga lainnya. Bahkan menantu dari keluarga itu sedang hamil besar, ia tidak di izinkan untuk berjalan kemana-mana.
Saat wanita itu mengelus perutnya, Tantri ikut terhanyut dan mengelus perutnya juga.
"Astaga! Apa yang kau pikirkan?" Gumam Tantri pada dirinya sendiri.
"Tidak mungkin kan? Tidak, tidak! Aku sudah minum obat waktu itu! Kata penjaga apotek itu obatnya pasti manjur!" Tantri bermonolog sendiri sembari menggeleng kepalanya. Ia tidak mungkin sedang hamil saat ini kan? Siapa yang mau terlibat lagi dengan pria itu? Jangan sampai hal itu terjadi!
"Lama banget sih Tan! Adek kamu mau pakek baju itu sekarang!" Teriak sang ibu mengagetkan Tantri dan segera ia susul sebelum ia di pukuli dengan sapu.
Tantri kembali kerumah ini karena adiknya yang memohon agar pulang. Pasalnya ia akan mengadakan pesta di rumah kecil ini dengan banyak temannya. Ia ingin Tantri menjadi sponsor untuknya, sekaligus membantu sang ibu membuat makanan.
Sudah hampir semingguan Tantri bolak-balik dari kampungnya menuju ke restauran yang jaraknya sampai 1 jam lebih. 'Namun sekali lagi aku tekankan, tak ada yang peduli. Yang mereka butuhkan adalah uangku dan kehadiran ku sebagai pemain belakang'.
Tantri segera menyetrika baju itu dan mengembalikan pakaian ke kamar adiknya. Ia tidak ingin kena semprot ibunya lagi.
Aroma parfum sang adik membuat Tantri seketika memerah menahan mual di perutnya. Ini baru dua langkah sebelum pintu kamar anak itu tapi aroma nya sudah sangat menyengat membuat kepala nya pusing.
"Ibu, nanti aku ingin beli mobil baru." Ucap adiknya yang bernama Nathan sedang berdiri di depan cermin melihat wajahnya.
"Kan masih ada mobil kakakmu yang kamu ambil tahun lalu!" Ucap sang ibu sembari membereskan cucian putranya yang ngejubel di pojok kamar.
"Alah! Mobil itu sudah karatan! Bahkan mesinnya sering mati! Aku mau ganti mobil pokoknya!" Ambek anak itu dengan wajah pura-pura kesal, Tantri sangat tau kalau adik kurang ajarnya itu memang sengaja berbohong untuk perihal mobil pertamanya, yang ia berikan untuk adiknya.
Lebih tepatnya bukan memberikan, tapi di rebut paksa oleh sang ayah untuk sang adik.
"Nanti kita tukar tambah saja mobil kakakmu itu!" Usul sang ayah yang datang dari arah kamar mandi kamar itu.
Di dalam kamar adiknya yang luas dan bagus, ada kamar mandi dalam juga. Tak seperti kamar dirinya yang hanya 3 x 2 dan bahkan harus keluar untuk mencari kamar mandi.
"Yey! Ayah memang yang terbaik!" Ucap Nathan senang pada sang ayah, leo.
Tantri semakin pusing bukan karena parfum itu lagi tapi karena tingkah adiknya yang terlalu di manja. Anak itu baru berumur 15 tahun tapi sudah bisa membawa mobil kesekolah nya.
"Aku tidak setuju! Itu adalah mobilku! Dan itu masih bagus!" Protes Tantri dari arah luar, ia tidak mau masuk atau dirinya akan pingsan di dalam sana.
"Tidak ada yang menanyakan pendapat mu! Kau hanya perlu mengeluarkan uangmu untuk adikmu ini!" Sarkas sang ayah pada Tantri.
"Aku tidak mau yah! Kalian pikir saja sendiri tentang uang itu dan aku minta mobilku kembali!" Tolak Tantri dengan wajah yang sudah menahan marah.
"Oh, sekarang sudah berani dengan ayah! Iya? Baru tinggal di kota sebentar saja dirimu sudah terbang dan congkak! Dasar anak durhaka!" Berang sang ayah dengan menunjuk putrinya.
Tantri terdiam, ternyata seperti saat ini ia berada. Sekuat apapun ia berusaha agar terlihat dan bisa mendapatkan hal yang sama seperti adiknya. Semakin ia tau bahwa jarak mereka sejauh seperti tempat dirinya berdiri saat ini.
Keluarganya ada di dalam kamar dan dirinya ada di luar kamar. Gadis itu tersenyum penuh dengan hati yang terenyuh.
"Lalu apa panggilan untuk kalian para orang tua yang berlaku begini pada anaknya sendiri!" Teriak Tantri untuk pertama kalinya, ia berani untuk berteriak di depan keluarganya.
"Tantri!" Cegah sang ibu dari belakang, wanita itu menggeleng dengan mata melotot. Memperingati bahwa ia tidak seharusnya berlaku begitu.
"Dasar anak tidak tau di untung! Kau pikir hidup di dunia ini mudah? Kau lahir butuh banyak uang! Kau menghabiskan seluruh uang ku hanya untuk membesarkanmu! Lalu apa sekarang? Kau menjadi anak yang tak tau di kasihani! Kau pikir gampang merawatmu? Mana balas budi untuk ku karena telah merawatmu?" Teriak sang ayah yang tak kalah kencang, pria paruh baya itu mengucapkannya tanpa tau perasaan putri yang sedang berdiri jauh darinya itu.
"Aku tidak pernah minta di lahirkan!"
"Dan ayah tidak pernah meminta dirimu hadir!"
"Ayah adalah manusia yang paling menjijikkan di dunia ini! Hanya keluarga ini yang paling menyedihkan di dunia ini! Anak itu! Anak yang sudah ayah banggakan dan manjakan itu akan menjadi monster dalam keluarga ini!" Tantri tak mau mengalah, rasa sakit hatinya ia keluarkan sekarang.
Bugh
Prang
"Berani sekali gadis seperti mu mengutarakan perasaan yang tak seharusnya!"
Plak
Tantri terduduk dengan dahi yang berdarah karena di lepar botol parfum. Lalu pipinya yang biru karena di hajar ayahnya sendiri. Gadis itu tersenyum lalu tertawa, seakan dunia sedang memperolok-olok dirinya sekarang.
Dunia sedang tertawa, tak ada yang menolong dirinya termasuk sang ibu dan adiknya. Yang merasa bahwa dirinya memang harus mendapatkan itu. Tangis yang seharusnya keluar kini hanya tawa yang ia keluarkan. Seakan rasa sakit yang ada di wajahnya tak seberapa dengan kecewa dan sakit hatinya.
Jika orang bilang bahwa ayah adalah pahlawan dan cinta pertamanya. Maka bagi Tantri, ayah adalah monster yang mengacak-acak kehidupannya.
"Terima kasih tuan leo yang terhormat! Setidaknya jika sekarang aku pergi meninggalkan keluarga ini tidak akan ada rasa sedih sedikitpun." Kata Tantri sembari bangun dari duduknya dan menuju kamar kecilnya.
"Sudah yah, Tantri sudah tau kesalahannya." Ucap sang ibu mencegah suaminya, ia tau jika amarah suaminya pasti akan di luapkan padanya nanti.
...****************...
Jangan lupa tinggalkan jejak 👣 kalian ya para readers, dukung author dengan kisah 'gairah suami Lucifer ku ' 😍