NovelToon NovelToon
Black World

Black World

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Horror Thriller-Horror
Popularitas:418
Nilai: 5
Nama Author: GrayDarkness

Bacin Haris seseorang mencari ibunya yang hilang di dunia lain yang disebut sebagai Black World. Dunia itu penuh dengan kengerian entitas yang sangat jahat dan berbahaya. Disana Bacin mengetahui bahwa dia adalah seorang Disgrace, orang hina yang memiliki kekuatan keabadian. Bagaimana Perjalanan Bacin didunia mengerikan ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GrayDarkness, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sarang Setan

Dengan sisa tenaganya, Bacin mengayunkan kapaknya ke bawah, membelah tangan makhluk itu yang mencengkeramnya. Jeritan melengking terdengar, lorong bergetar, dan dalam sepersekian detik, Bacin berhasil melepaskan diri dan melompat ke dalam ruangan di balik pintu.

Ia membanting pintu itu dengan keras, menguncinya dengan cepat.

Sunyi.

Hanya suara napasnya yang terengah-engah terdengar.

Namun, ia tahu, ini belum berakhir.

Bacin menatap tangga di depannya, napasnya masih berat akibat pelariannya. Lorong tempatnya berdiri kini sunyi, hanya menyisakan suara gemuruh samar dari gedung ini. Di balik pintu yang baru saja ia tutup, makhluk itu masih ada—mungkin mengintai, mungkin menunggu kesempatan lain untuk menyerangnya.

Namun, tidak ada waktu untuk diam.

Ia mengeratkan genggamannya pada kapak berlumuran darah di tangannya dan mulai menaiki tangga. Setiap langkah terasa berat, bukan karena kelelahan, tetapi karena ketegangan yang menggantung di udara. Tangga itu sempit dan melingkar ke atas, dindingnya ditutupi noda hitam yang tampak seperti darah kering. Aroma anyir masih menyelimuti tempat ini, membuatnya semakin tidak nyaman.

Saat mencapai pertengahan tangga, ia mendengar sesuatu—langkah kaki di atasnya.

Bacin berhenti. Ia menahan napas, mendengarkan dengan saksama. Langkah itu pelan, tetapi ada sesuatu yang aneh. Irama langkahnya tidak seperti manusia biasa... lebih menyeret, lebih berat.

Jantungnya berdebar lebih cepat.

Perlahan, ia melanjutkan langkahnya, memastikan tidak membuat suara. Setiap anak tangga yang diinjaknya berdecit pelan, seakan berteriak di tengah keheningan yang mencekam.

Saat ia hampir mencapai puncak tangga, sosok itu muncul.

Di ujung tangga, berdiri seseorang—atau sesuatu.

Tinggi, kurus, mengenakan jas hitam lusuh. Wajahnya tertutup topeng putih retak, dengan retakan besar yang membelah area mata kanannya. Matanya tidak terlihat, hanya kegelapan yang mengintip dari balik topeng.

Sosok itu diam. Tidak bergerak.

Bacin menahan napas, otaknya bekerja cepat. Jika makhluk ini adalah penjaga Viktor Lenz, maka ia harus bertarung. Namun, jika ia bisa menghindarinya...

Tiba-tiba, topeng itu sedikit miring, memperlihatkan sesuatu di baliknya. Bacin melihat sekilas—bukan kulit manusia, tetapi sesuatu yang bergerak, menggeliat, seakan ada sesuatu di bawah dagingnya.

Lalu, suara berbisik terdengar. “Mundur... atau aku akan menguliti jiwamu.”

Bacin merasakan hawa dingin menusuk tulangnya.

Namun, ia tidak mundur. Tidak sekarang.

Dengan erat menggenggam kapaknya, ia bersiap menghadapi makhluk yang menghalangi jalannya menuju Viktor Lenz.

Bacin tidak berpikir dua kali. Dengan gerakan cepat, ia mengayunkan kapaknya ke arah kepala sosok bertopeng itu. Bilah tajamnya melesat dengan kecepatan penuh—

Kapaknya menghantam topeng putih itu, retakan besar terbentuk di tengahnya. Namun, sesuatu yang aneh terjadi. Alih-alih roboh atau mundur, makhluk itu tetap berdiri, kepalanya hanya sedikit miring ke samping.

Lalu, dari balik retakan topengnya, sesuatu mulai merembes keluar—urat-urat hitam menggeliat seperti tentakel, merayap keluar dari celah topengnya. Bacin melompat mundur, perasaan jijik dan takut bercampur menjadi satu.

Makhluk itu mengeluarkan suara lirih, hampir seperti tawa yang tercekik. “Kau ingin melawan, ya?”

Tiba-tiba, ia bergerak.

Dalam sekejap, sosok bertopeng itu muncul di depan Bacin dengan kecepatan yang mustahil. Tangannya yang panjang mencengkeram leher Bacin dan mengangkatnya ke udara.

“Kau bau kematian,” bisiknya. “Kau tidak seharusnya ada di sini.”

Bacin berusaha meronta, mencoba mengayunkan kapaknya lagi, tetapi cengkeraman makhluk itu sangat kuat. Lehernya terasa seperti diremas oleh sesuatu yang lebih dingin dari es.

Lalu, dari retakan di topengnya, mulai muncul sesuatu—bukan wajah manusia, melainkan mata-mata hitam kecil yang tak terhitung jumlahnya, semuanya menatap langsung ke arah Bacin.

“Aku akan menyerapmu...”

Perlahan, Bacin merasa kesadarannya mulai terkikis, seperti jiwanya sedang tersedot keluar. Kepalanya berdenyut hebat, rasa sakit yang tak terlukiskan menyebar ke seluruh tubuhnya.

Tidak! Ia tidak bisa mati di sini!

Dengan sisa tenaga, ia menggenggam kapaknya erat-erat dan—

“ARGHHH!!”

Ia menancapkannya ke dada makhluk itu!

Makhluk itu terhuyung mundur, mengeluarkan suara mendesis yang mengerikan. Dari luka di dadanya, cairan hitam kental mulai merembes keluar, meleleh seperti aspal panas.

Bacin jatuh ke lantai, terbatuk-batuk, berusaha menghirup udara sebanyak mungkin. Matanya masih melihat makhluk itu bergerak tak terkendali, tubuhnya bergetar dan berkedut seperti sedang mengalami kejang.

Namun, ia tahu ini belum berakhir.

Sosok bertopeng itu mulai berubah—urat-urat hitamnya semakin membesar, mengelilingi tubuhnya seperti jaring laba-laba yang menjalar. Udara di sekitarnya menjadi semakin dingin, dan lorong tangga tempat mereka bertarung mulai terasa berputar.

Bacin menggenggam kapaknya erat.

Ia harus menghabisi makhluk ini sebelum terlambat.

Sosok itu berdiri, dan tiba-tiba, ratusan tentakel besar muncul darinya, menyebar ke segala arah dengan kecepatan yang mengerikan. Bacin, yang masih berjuang untuk bertahan, segera mengayunkan kapaknya dengan sekuat tenaga, menghancurkan beberapa tentakel yang mencoba meraihnya. Namun, jumlah tentakel itu terlalu banyak, dan dalam hitungan detik, mereka mulai mengikat seluruh tubuh Bacin dengan erat, seperti jaring yang tak terputus.

Rasa sakit yang menusuk membuat Bacin menjerit, namun teriakan itu tenggelam oleh kengerian yang semakin mendekat. Tentakel-tentakel itu tidak hanya meremas tubuhnya—mereka mulai menariknya ke arah mulut makhluk itu yang kini terbuka lebar dengan ukuran yang tidak wajar, seolah-olah ingin menelan segalanya dalam satu gigitan mengerikan.

Bacin berusaha melawan, memukul dengan kapaknya, memotong beberapa tentakel, namun semakin banyak yang muncul, mengikat dan menariknya tanpa ampun. Mulut makhluk itu melebar, berderak dengan suara yang mengerikan, dan seketika, tentakel-tentakel itu menyelimuti seluruh tubuh Bacin, menyeretnya perlahan menuju dalam mulutnya yang menganga, seolah tak ada batas untuk kegelapan yang hendak menelannya.

Di dalam keputusasaan dan rasa sakit yang luar biasa, Bacin merasakan dirinya terjebak dalam siklus kehancuran—tidak ada lagi harapan, tidak ada lagi kekuatan untuk melawan. Dunia sekelilingnya menghilang dalam kegelapan pekat, suara teriakan dan deritnya menyatu dalam kehampaan yang mengerikan, sementara sosok itu terus mengunyah, menelan segala yang pernah ia miliki, dalam satu adegan teror yang tak terlukiskan.

Di dalam kegelapan yang mencekik, rasa sakit yang tak tertahankan mengoyak tubuh Bacin. Giginya yang tajam mencabik-cabik dagingnya, cairan asam menggerogoti kulitnya, dan tulang-tulangnya mulai remuk di dalam tubuh mengerikan itu. Namun, seiring dengan kehancuran yang terjadi, kekuatan keabadiannya mulai bekerja.

Tubuhnya yang hancur perlahan menyatu kembali, rasa sakit luar biasa menyulut amarah di dalam dirinya. Dengan segenap kekuatan, Bacin meraih kapaknya yang masih tergenggam di tangannya. Jika makhluk ini berpikir bisa menelannya begitu saja, maka ia akan membunuhnya dari dalam!

Dengan teriakan penuh kemarahan, Bacin mengayunkan kapaknya dengan brutal, mencabik-cabik dinding daging di sekelilingnya. Darah hitam menyembur dari setiap luka yang ia ciptakan, cairan lengket yang berbau busuk melumuri tubuhnya, namun ia tidak peduli.

Makhluk itu mulai menggeliat, mengeluarkan suara jeritan yang mengerikan. Tubuhnya bergetar hebat, seolah tidak mampu menahan rasa sakit yang luar biasa. Bacin terus menyerang, menebas dan merobek, hingga akhirnya ia mengayunkan kapaknya dengan sekuat tenaga—membelah bagian dalam makhluk itu dengan satu serangan terakhir yang dahsyat.

Tiba-tiba, tubuh makhluk itu meledak dari dalam! Potongan daging dan tentakel berhamburan, menciptakan pemandangan mengerikan yang melumuri lorong dengan darah hitam. Bacin terhuyung keluar dari sisa-sisa monster itu, tubuhnya berlumuran darah dan cairan busuk, napasnya terengah-engah.

Ia berdiri di antara puing-puing kehancuran, matanya dipenuhi kebencian dan tekad yang membara. Jika dunia ini ingin menghancurkannya, maka ia akan menghancurkan balik segalanya.

Tanpa membuang waktu, ia mengangkat kapaknya yang masih meneteskan darah dan kembali melangkah ke depan. Ia harus menemukan Viktor Lenz.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!