"Kulihat-lihat, Om sudah menua, apakah Om masih sanggup untuk malam pertama?" ucap Haura menatap Kaisar dengan senyum sinis.
Kaisar berjalan ke arah Haura dan menekan gadis itu ke tembok. "Harusnya saya yang nanya, kamu sanggup berapa ronde?"
-
Karena batal menikah dengan William, cucu dari konglomerat terkenal akibat perselingkuhan William. Haura Laudya Zavira, harus menerima dijodohkan dengan anggota keluarga lain atas dasar kerjasama keluarganya dan keluarga William.
Tapi siapa sangka, laki-laki yang menggantikan William adalah Kaisar Zachary Zaffan—putra bungsu sang konglomerat, pria dewasa yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Enam
Setelah melalui bujuk rayu akhirnya Kaisar mau menikah dengan Haura. Begitu juga dengan gadis itu. Setelah dia pikirkan, mungkin menikah dengan Om Kaisar bisa membalas sakit hatinya pada William.
Dengan menikahi Om Kaisar, otomatis kedudukannya lebih tinggi dari pria itu. Dia akan menjadi tantenya.
"Kamu yakin akan menikah dengan om-nya William itu, Haura?" tanya Findy, sahabatnya Haura.
"Kenapa tidak? Aku akan menjadi nyonya Kaisar, tantenya Willy. Dia tak akan bisa melakukan apa pun denganku lagi. Aku akan perlihatkan kedudukanku pada William dan Kayla. Mereka akan mendapatkan rasa sakit yang lebih dari yang aku rasakan!" seru Haura.
Findy menarik napas dalam, tak paham dengan jalan pikiran temannya. Hanya karena ingin balas dendam dia mengorbankan hidupnya.
"Jika kau ingin membalas sakit hatimu, tak perlu dengan menikahi Om Kaisar. Itu sama saja kau menjerumuskan hidupmu sendiri. Menikah dengan bujang lapuk yang hingga detik ini tak pernah kau lihat wajahnya. Kau cukup dengan memperlihatkan kesuksesanmu kelak, biar mereka tak berkutik!" balas Findy.
"Terlalu lama menunggu aku sukses kalau untuk membalas sakit hati. Aku ingin segera!"
Findy kembali tampak menarik napas. Tak tau caranya lagi membujuk Haura untuk membatalkan pernikahan yang akan berlangsung tiga hari lagi.
Dari bayangannya Kaisar itu mirip pelawak yang sering mengatakan kembali ke laptop. Karena William mengatakan sang oom memiliki kumis lele.
"Apa Haura tak akan lebih menderita nanti kalau menikah dengan Om Kaisar?" tanya Findy pada dirinya sendiri.
"Apa kamu tak ada keinginan buat mundur dari pernikahan ini?" Kembali Findy bertanya.
"Tidak, Findy. Aku sudah yakin akan menikah dengan Om Kaisar. Kamu tak akan bisa mempengaruhi aku lagi!" ucap Haura dengan yakin.
Sementara itu di rumah kediamannya, Oma Kartini sedang menasehati Kaisar. Dia tak mau putranya itu mempermalukan dirinya.
Oma Kartini duduk di ruang tamu, menatap Kaisar dengan mata yang tajam. "Kaisar, dengarkan Mama bicara." Ibu Kartini berkata, dengan suara yang lembut tapi juga tegas. "Mama ingin berbicara dengan kamu, tentang pernikahanmu dengan Haura nanti."
Kaisar terlihat sedikit tidak nyaman, tapi dia tidak berbicara. Mama Kartini kembali melanjutkan ucapannya. "Mama ingin mengingatkan kamu, Kaisar, bahwa pernikahanmu dengan Haura bukan hanya tentang kamu dan Haura saja. Pernikahanmu juga tentang keluarga kita, dan aku tidak ingin kamu mempermalukan keluarga kita."
Kaisar masih diam tanpa mengucapkan sepatah katapun. Mama Kartini melanjutkan ucapannya. "Mama tahu kamu tidak menginginkan menikah dengan Haura, tapi Mama ingin kamu tahu bahwa Mama telah berbicara dengan Haura dan dia telah setuju untuk menikah dengan kamu. Jadi, Mama ingin kamu berjanji kalau kamu tidak akan kabur atau tidak hadir saat ijab kabul nanti."
William yang kebetulan baru pulang dari bepergian mendengarkan obrolan ibu dan anak itu. Dia lalu mendekati keduanya.
"Oma mengatakan tak ingin melihat Haura sakit hati, tapi Oma menikahkan dirinya dengan pria dingin ini. Apa Oma yakin kalau Om Kaisar tak akan menyakiti Haura? Mana yang lebih menyakitkan, di kecewakan sebelum menikah atau setelah menikah?" tanya William.
"Oma yakin Om Kaisar mu tak akan menyakiti hati wanita!"
"Bagaimana Oma bisa yakin? Mencintai dirinya saja dia tak bisa, apa lagi mencintai orang lain!
Kaisar tak ingin berdebat. Dia berdiri dan berlalu dari kedua orang itu. Oma Kartini menatap cucunya dengan pandangan tak suka.
Kaisar mau menerima pernikahan ini merupakan hal paling berharga dalam hidup wanita paruh baya itu. Sejak di tinggal menikah sama kekasihnya, Kaisar tak mengurus badannya lagi. Kerjaan kantor hanya di lakukan di dalam kamarnya.
Oma Kartini merasa sangat bersalah karena pernah tak merestui putranya dengan sang kekasih sehingga wanita itu akhirnya menikah dengan pria lain.
Oma berharap pernikahan Kaisar dan Haura bisa mengembalikan sikap putranya yang hangat. Dia dulu pria yang sangat perhatian dan supel.
"Semoga pernikahan besok akan memberikan kebaikan bagi Haura maupun Kaisar. Semoga keduanya berbahagia," doa Oma Kartini dalam hatinya.
**
Haura berdiri di depan cermin besar di kamarnya, mengatupkan bibirnya erat-erat. Ia memperhatikan diri sendiri dengan gaun pengantin putih yang anggun, menjuntai lembut sampai ke lantai. Tapi bukan gaun yang menyita perhatiannya saat ini, melainkan bayangan sosok pria yang akan menjadi suaminya, Om Kaisar. Hatinya berdebar-debar, dag-dig-dug seperti lagu dangdut yang tak bisa berhenti.
Om Kaisar. Nama yang sudah berulang kali dia dengar, tetapi wajahnya? Ah, belum pernah sekalipun. Hanya tahu dari cerita-cerita yang dilontarkan oleh Oma Kartini, tentang pria yang mapan, berkarisma, dan penuh dengan kehangatan. “Dia pasti baik, Nak,” kata Oma Kartini saat itu. Tapi bagaimana bisa mendapatkan gambaran tentang seseorang yang bahkan wajahnya tak pernah tampak di hadapan?
“Gila! Ini hari pernikahanmu, Haura, jangan takut, dong!” Ucapnya pada diri sendiri sambil memainkan jari-jarinya. Dia tahu, pernikahan ini adalah pilihannya. Dan dia tak boleh mundur.
Siang itu, matahari bersinar cerah di luar. Hanya beberapa jam tersisa sebelum acara dilangsungkan. Dalam suasana canggung dan excited, Haura merengkuh hati untuk bisa merelakan rasa penasarannya. “Mungkin dia hanya sedikit lebih tua, dan ... apa ya, lebih berisi?” gumamnya sambil melirik ke arah pintu, membayangkan sosok Om Kaisar masuk dengan senyum ramah.
Dalam pikirannya, wajah Om Kaisar berganti-ganti. Terkadang terlihat tampan bak pangeran, dengan mata yang hangat penuh cinta. Di lain waktu, sosoknya jadi lebih serius, dengan alis yang menekuk seolah selalu berfokus penuh pada segala sesuatu. “Ah, apakah dia serius? Atau jangan-jangan dia jahat?” Tangannya meremas gaun, seolah mengharapkan jawaban dari kain yang membungkus tubuhnya.
“Baiklah, Haura. Cukup dengan angan-angan ini. Lihatlah sekelilingmu, ada banyak orang cantik ingin melihatmu bahagia!” Suara sahabatnya, Rina, memecah lamunannya. Rina masuk dengan senyum lebar, tak sabar melihat Haura siap untuk hari besar. Sedangkan Findy yang dari awal tak setuju dengan pernikahan ini hanya diam saja.
Keduanya merencanakan detail terakhir sebelum upacara dimulai, namun pikiran Haura terus melayang ke sosok misterius itu. “Rina, bagaimana kalau dia tidak sebaik yang diceritakan?” Dia bertanya dengan nada setengah percaya.
"Ini resiko yang harus kamu tanggung Haura. Aku sudah beberapa kali meminta kamu untuk berpikir ulang mengenai pernikahan ini, tapi kamu tetap ingin melangkah. Sekarang kamu tak mungkin mundur lagi. Penghulu dan calon suamimu telah duduk di sana dan sebentar lagi mengucapkan ijab kabul!" seru Findy.
"Jangan berkata begitu, Findy. Yakin saja ini adalah yang terbaik untuk Haura," ujar Rina.
"Bismillah, semoga ini memang yang terbaik bagiku," ucap Haura.
jahatnya aku...
lanjut thor
untung bkan keturunan wijaya
tp keturunan anak pungut yg kere dr dlu dan gak tau berterima kasih 🤣🤣🤣🤣
Selingkuh penyakit yang berulang