NovelToon NovelToon
Jejak Pendakian Terakhir

Jejak Pendakian Terakhir

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Cintapertama / Spiritual / Mata Batin
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: hambali balon

pendaki yang sudah pensiun (gantung carrier) harus kembali dikarenakan adik kandung dari seangkatan komunitasnya tersesat di gunung ketika melakukan pendakian.
Dia harus kembali ikut pencarian demi sesuatu yang satu orang pun tidak tahu, di dalam pencarian dia menemukan arti dari sebuah kehidupan dan cinta yang selama ini dia cari.
Pencarian dihentikan karena sudah melewati ambang batas yang ditentukan. Tetapi demi orang yang dia sayangi balon dan beberapa temannya melanggar peraturan yang sudah ditentukan, karena adik sahabatnya belum juga ketemu, sedangkan rekan-rekan sudah ditemukan.
Pertukaran terjadi antara yang dicari dengan yang mencari. Akhirnya pencarian di tambah waktu nya dengan pergantian foto di papan pencarian. “Foto balon di letak di papan pencarian” sampai ambang batas yang ditentukan untuk pencarian balon juga belum ditemukan, dia kekal hidup di alam lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hambali balon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 10 : Malam Yang Hening

Briefing selesai, semua tim kembali ke tenda masing-masing untuk beristirahat,

“sudah lama tidak tidur di tenda” ucap balon sambil mengibaskan tempat di tidur,

memang balon kali ini tidur sendiri, karena kelam bawa tenda sendiri, biasanya kalem ikut nebeng satu tenda dengan balon

“lega juga kalau sendiri, biasanya sama si kalem aku tidur satu tenda, tapi itu pun sudah lama” ucap balon sendiri.

Balon mulai merebahkan tubuhnya, balon mulai memejamkan matanya, baru saja balon memejamkan matanya, suara-suara aneh mulai mengganggu istirahatnya,

‘astaga, aku mau istirahat dulu, jangan ganggu lah’ ucap balon dalam hati

balon mencoba memejamkan matanya, tetapi tidak bisa, balon merasa terganggu dengan suara-suara aneh

dengan hati yang sedikit kesal ‘ hmmm, apa sih maunya, beri aku istirahat, kalian panggil aku kesini, tetapi kalian mengganggu aku’

‘apa kalian ingin aku keluar sekarang, apa ada sesuai petunjuk untuk ku’ ucap balon dalam hati.

“Lebih baik aku keluar saja, buat kopi sekalian nulis,”

Balon langsung keluar sambil membawa buku dan mempersiapkan alat-alat, untuk memasak air untuk membuat kopi, setelah selesai merapikan untuk memasak air, balon melihat air di dalam botol

“yah habis!!!’

sambil menelan nafas “hmmm, terpaksa ambil air dulu di sungai bawah,” ucap balon

balon mengambil beberapa botol yang kosong untuk diisi air sungai yang jernih asli dari pegunungan, tak lupa balon membawa senter, karena jalan menuju sungai memang gelap.

Balon berjalan dengan perlahan menuju sungai, sesampainya di aliran sungai kecil biasa mereka mengambil air untuk minum,

‘suasananya tidak berubah sama sekali, walau banyak bangunan di desa sudah banyak berubah, bahkan pos registrasi pun sudah banyak berubah’

‘keheningan malam bawah kaki Gunung ini memang sangat berbeda’

balon yang mengambil air sambil berbicara di dalam hati

‘terlalu banyak misteri yang kau simpan’

awan yang menutupi bulan membuat cahayanya tidak menerangi bumi yang gelap, tidak lama berselang awan yang menutupi bulan bergeser, sepertinya awan pun tahu bahwa malam ini ada seseorang yang butuh cahaya bulan untuk menerangi dan hatinya yang sedikit risau.

Balon melihat ke atas “mereka seperti mengerti, kalau aku lagi butuh cahaya” ucap balon sambil tersenyum

beberapa botol sudah terisi dengan penuh, balon bergegas kembali ke tenda untuk memasak air untuk menyeduh kopi, balon berjalan dengan perlahan sambil menikmati dinginnya malam ini

‘sudah lama aku tidak merasakan dinginnya udara seperti ini’

sesampainya di tenda balon terkejut dengan keberadaan ticong yang masih di luar

“belum tidur Cong?” tanya balon

“belum Lon,” jawab ticong “kamu habis dari mana Lon?” ticong kembali tanya dengan balon

“baru habis ambil air, buat menyeduh kopi”

“kamu mau dibuatkan kopi?” tawar balon

“gak usah Lon”

“teh mau?” balon menawarkan ticong lagi

“aku rindu masakanmu Lon” ucap ticong

“ya sudah biar aku masakan, kamu mau apa, aku juga bawa logistik kesukaan kamu kok” ucap balon

“hmmm, gak usahlah. Sudah malam Lon, buat kan teh saja, biar hangat juga. Sepertinya malam ini lumayan dingin”

“iya Cong, aku pikir cuma aku yang merasakannya, karena aku juga baru kali ini kemari lagi, makanya aku pikir biasalah tubuh harus menyesuaikan dulu” ucap balon sambil memasak air.

Setelah meletakkan nasting yang berisi air di atas kompor, balon langsung duduk dekat ticong, ticong duduk di dekat bakaran kayu yang sudah hampir mati.

“Mau ditambah lagi kayunya Cong” tawar balon

“gak usah lon, gini saja sudah hangat kok, sayang kalau cari-cari kayu lagi, apa lagi ini sudah malam”

“hmmm, iya sudah kalau gitu” balon sambil menoleh melihat air yang sudah mendidih,

balon segera beranjak dari duduknya yang di sebelah ticong, balon langsung mendekati kompor untuk mematikan dan menyeduh kopi dan teh

“tehnya seperti biasanya, gulanya sikit aja kan?” tanya balon

“gak berubah kok Lon, masih kayak dulu” jawab ticong

“yaudah, gak apa-apa kan kalau aku tanya kembali. yahhh, mana tau sudah berubah Lon”

“gak ada yang berubah kok Lon, bahkan perasaan ini, masih seperti dulu” ucap ticong sambil melihat bara api yang berada di depannya sambil melamun.

Balon tidak bisa menjawab, balon hanya bisa terdiam,

dengan meletakkan teh “ini Cong, sudah selesai, minum mumpung masih hangat” tawar balon

“iya Lon, terima kasih” jawab ticong sambil mengambil teh yang diletakkan oleh balon

sesaat keadaan hening tanpa ada pembicaraan,

“Cong”

“Lon”

mereka berdua serentak

“udah kamu duluan” ucap ticong

“gak, kamu aja duluan” balas balon

“hmmm, bingung sih Lon. Oh iya apa kegiatan sekarang?” tanya ticong

sambil memegang pulpen dan buku, balon sambil nulis “yah masih melanjutkan yang dulu Cong, masih nulis”

“ohhh, terus kamu gak kerja?”

“gak Cong,”

“sehari-hari kamu makan apa kalau gak kerja”

“iya hasil dari menulis lah Cong, kalau lebih tidak sih, yah cukup lah untuk aku sendiri Cong”

“ohhh, baguslah” ticong yang sedikit khawatir dengan keadaan balon yang hidup sebatang kara, karena kedua orang tuanya sudah tidak ada, sementara kakak-kakaknya semua sudah menikah dan tidak tinggal di kota ini.

“keadaan kamu gimana Cong?”

“biasa aja Lon, yah kami lihat saja seperti ini lah, kegiatan masih seperti yang dulu, kalau kamu tanya perasaan sekarang. Gak tahu lah Lon, campur aduk lah Lon”

“iya aku tahu Cong, sabar ya.”

“aku janji,”

“kami mau janji apa lagi Lon?”

“sudahlah, kamu janji sama aku, kamu akan kembali, hanya sebentar saja, tapi apa kamu hilang kontak tidak ada kabar”

“maaf Cong, ada yang gak bisa aku bicarakan sama kamu, nanti kamu tahu sendiri”

‘kamu akan tahu jika aku sudah tidak ada Cong?’ ucap balon dalam hati

“sudahlah Lon, aku saat ini ingin fokus pencarian adik ku”

balon hanya diam, tetapi didalam hati balon berbicara ‘aku berjanji, akan aku temukan adikmu Cong, walau taruhannya harus bertukar dengan mereka.’

Keyakinan balon sangat kuat, kali sudah saatnya dia mengembalikan yang bukan haknya

“yaudah, aku masuk ke tenda duluan ya, aku mau istirahat, soalnya besok pagi kita harus melakukan pencarian lagi,”

“kamu jangan tidur lama-lama ya?” ucap ticong yang masih memberi perhatian kepada balon

“iya Cong”

ticong beranjak dari duduknya menuju tenda, ‘Lon kenapa kau tidak tahan aku?’

‘Lon, kenapa kau tidak ungkapkan semuanya, aku tahu kau masih sayang dengan ku, aku juga seperti itu’ ucap ticong dalam hati sambil melangkah ke tenda dengan berat hati meninggalkan balon sendiri

‘maafkan aku Cong, aku tak berani mengatakannya, karena aku tahu, inilah pendakian terakhir ku, aku tidak mau kau kecewa kedua kalinya’

‘tapi aku berjanji , aku kan kembalikan adik kesayangan kamu Cong’ ucap balon yang merasa berat hatinya saat melihat ticong yang masuk ke dalam tenda.

Di keheningan malam, balon masih di luar sendiri, paska ticong yang sudah masuk ke dalam tenda, sinar bulan yang menerangi malam membuat keheningan malam semakin terasa, pena yang terus menari di atas buku hingga menghasilkan rangkaian sajak-sajak yang indah.

Bulan

Bulan, engkau cermin cahaya sunyi,

Di langit malam yang tak henti menari.

Menatapmu adalah dialog tanpa suara,

Mencari arti di balik sinarmu yang bercahaya.

Engkau pengelana dalam malam panjang,

Melukis wajah dunia dengan terang.

Tak lelah kau menggenggam gelap,

Menjadi penerang bagi jiwa yang rapuh dan senyap.

Setiap retak di permukaan mu adalah cerita,

Tentang waktu yang melintas tanpa jeda.

Pilu bintang-bintang yang redup pelan,

Menjadikanmu sahabat abadi tanpa beban.

Bulan, bicaralah padaku dalam diam,

Berikan hikmah dari keheningan kelam.

Ceritakan kisahmu, wahai penjaga malam,

Tentang bagaimana kau tetap setia dalam damai dan dendam.

Engkau adalah saksi bisu cinta yang abadi,

Mengintip rahasia dari mereka yang tersembunyi.

Oh, Bulan, benderang mu adalah doa,

Menjaga harapan dalam setiap asa yang memudar.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!