Nabila Althafunisa tiba-tiba saja harus menikah dengan seorang pria bernama Dzaki Elrumi Adyatama, seorang pria yang usianya 10 tahun lebih muda darinya yang masih berstatus mahasiswa di usianya yang sudah menginjak 25 tahun. Dzaki tiba-tiba saja ada di kamar hotel yang Nabila tempati saat Nabila menghadiri pernikahan sahabatnya yang diadakan di hotel tersebut.
Anehnya, saat mereka akan dinikahkan, Dzaki sama sekali tidak keberatan, ia malah terlihat senang harus menikahi Nabila. Padahal wanita yang akan dinikahinya itu adalah seorang janda yang memiliki satu putra yang baru saja menjadi mahasiswa sama seperti dirinya.
Siapakah Dzaki sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalalati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34: Rumah Baru
Sepulang kerja, Nabila melajukan mobilnya mengikuti instruksi GPS yang akan membawanya ke sebuah rumah di mana sang suami berada. Dan tak lama, ia pun tiba di sebuah perumahan yang Nabila tahu, harga rumah di kawasan itu sudah mencapai angka yang tidak masuk akal.
Nabila tercengang melihat bagaimana rumah-rumah di perumahan itu tak ada yang kecil atau biasa saja, semua merupakan rumah-rumah mewah. Saat mobil Nabila akan memasuki gerbang perumahan saja, Nabila harus menunjukkan bukti bahwa ia memang mengenal seseorang di perumahan tersebut.
Hingga Nabila tiba di sebuah rumah yang berada cukup dalam di perumahan itu. Rumah itu persis seperti yang ditunjukkan Dzaki di video ketika mereka bulan madu waktu itu.
Seorang pria membukakan gerbang untuk Nabila sehingga Nabila bisa memasukkan mobilnya ke dalam carport. Di sebelah mobil Nabila, mobil Dzaki sudah terparkir lebih dulu. Tak lama Dzaki keluar dari rumah dan menghampiri sang istri. Ia membukakan pintu untuk Nabila.
"Assalamualaikum, Mas," Nabila mencium tangan sang suami.
"Waalaikumsalam, Sayang," sahut Dzaki seraya mengecup pipi sang istri. "Udah siap lihat rumah kita?"
"Dari depan aja udah bagus banget, Mas." Nabila terharu.
"Kamu belum lihat apa-apa, Yang." Dzaki menutup mata sang istri dari belakang. "Tutup dulu ya matanya, biar surprise."
"Ya ampun, Mas. Bikin deg-degan aja sih."
Kemudian Dzaki membawa Nabila memasuki rumah. Tepat saat berada di ruang tengah, di mana dari ruangan itu, ruang tamu, dapur, halaman belakang, ruang makan, terlihat dengan jelas karena ruangan-ruangan itu memang tidak bersekat.
Dzaki melepaskan tangannya dari kedua mata Nabila. "Gimana?"
Nabila terkesiap melihat interior rumah yang begitu nyaman dan didominasi dengan warna hijau sage dan broken white. Semua furnitur yang dibelinya bersama Dzaki kini sudah tertata dengan begitu rapinya di ruangan-ruangan rumah itu. Benar-benar sudah tertata dengan begitu aestetik dan sangat homey.
"Mas, ini bagus banget." Nabila berjalan ke arah halaman belakang di mana terdapat kolam ikan koi di sana. Lalu nampak kolam renang yang tidak terlalu besar di sisi lain kolam itu. Di sisinya terdapat mushola yang cukup digunakan oleh sepuluh orang, lengkap dengan tempat wudhu dengan desain back to nature.
Lalu Nabila menuju dapur. Peralatan masak sudah tertata lengkap di kabinet dan konternya. Kulkas pintarnya pun sudah terisi beberapa bahan makanan. "Mas, sampai kulkas aja udah di isi gini?"
"Siapa tahu malam ini kita tidur di sini, Yang. Jadi disiapin aja dari sekarang."
"Kita tidur di sini malam ini? Tapi Hazel..."
"Udah," potong Dzaki. "Sekarang kita lihat dulu ke kamar kita."
Dzaki membawa Nabila ke sebuah kamar yang akses pintunya terdapat di ruang tengah. Kamar itu masih sama seperti ruangan lain, didominasi dengan warna hijau sage muda. Terdapat walk in closet di sebelah kamar mandi. Nabila berjalan ke arah kamar mandi, ada bathtub yang luas di sana. Kemudian di walk in closet, sudah terdapat beberapa pakaian. Nabila mengenali pakaian itu.
"Mas ini baju yang waktu itu Mas beliin, 'kan?" tanya Nabila.
"Iya, waktu itu kamu 'kan titip baju-baju yang aku beliin karena koper kamu gak cukup. Aku simpenin di sini, sekalian juga aku beliin lagi beberapa. Masih kosong sih, tapi nanti kita beli lagi, ya."
"Mas, aku gak tahu harus bilang apa. Makasih banyak ya, Mas. Aku masih gak percaya. Ini beneran rumah kita?"
"Iya, Yang. Aku udah nabung sejak aku mulai kerja. Ditambah Papa sama Mama juga suka kasih aku uang, tapi jarang aku pakai. Syukurlah sekarang aku bisa nyicil rumah ini. Aku seneng kamu suka."
"Suka banget, Mas. Makasih ya," ucap Nabila tulus. Karena rasanya untuk memiliki rumah sebagus ini dengan jerih payahnya sendiri, sepertinya akan sangat sulit untuk diwujudkan.
"Sama-sama, Yang. Jadi nginep ya di sini malam ini?"
"Gak bisa, Mas. Aku..."
Ponsel Nabila tiba-tiba saja berdering. "Dari Hazel. Aku angkat dulu ya," ujar Nabila meminta izin. Dzaki pun mengangguk.
Lalu terdengar suara Hazel, "Assalamualaikum, Bun."
"Waalaikumsalam, Nak. Ada apa?"
"Bun, aku mau nginep ya di rumah temen malam ini. Ada nobar sepak bola gitu di basecamp. Gak apa-apa 'kan? Besok subuh aku pulang."
Nabila menatap aneh pada Dzaki, dan suaminya itu hanya tersenyum penuh arti.
"Ya udah kalau gitu. Hati-hati ya," ujar Nabila.
"Okay, Bun."
"Oh iya, kalau kamu mau nginep di rumah temen kamu, Bunda juga mau nginep di luar ya, gak apa-apa 'kan?" ujar Nabila hati-hati. Dzaki sendiri seketika gugup. Ia khawatir dengan tanggapan Hazel.
"Nginep di luar? Di mana emangnya Bun?"
"Di rumahnya..." Nabila menatap Dzaki gugup, "suami Bunda."
d omonhin muluu dr kemaren☺️