NovelToon NovelToon
Aku Bukan Wanita Simpananmu

Aku Bukan Wanita Simpananmu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Pembantu / Chicklit
Popularitas:21.5k
Nilai: 5
Nama Author: Rembulan Pagi

Leana seorang aktris yang baru saja terjun ke dunia hiburan tiba-tiba didorong ke dalam laut. Bukannya mati, Leana justru masuk ke dalam sebuah novel yang di mana ia menjadi tokoh pendukung yang lemah. Tokoh itu juga memiliki nama yang sama dengannya

Leana menjadi salah satu simpanan tokoh utama yang telah beristri. Namun tokoh utama pria hanya menganggap ia sebagai alat pemuas hasrat saja. Dan terlebih lagi, di akhir cerita ia akan mati dengan mengenaskan.

Merasa hidup sudah di ujung tanduk, Leana berusaha mengubah nasib tokohnya agar tidak menjadi wanita simpanan yang bodoh dan tidak mati mengenaskan. Di sisi lain Leana juga harus mencari cara agar keluar dari dunia novel ini.

Akankah Leana mampu melepaskan diri dari tuannya yang terkenal kejam itu? Dan bagaimana caranya agar Leana mampu kembali ke dunia asalnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rembulan Pagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Insiden Mabuk

Kepulangan Dalton menjadi kewaspadaan untuk Leana. Gadis itu sedikit takut dengan Dalton yang terlihat serius. Wajah Dalton lebih sangat dari sebelumnya. Cara berjalannya juga terlihat lebih keras dari sebelumnya.

Nyonya Merry tahu apa yang terjadi dengan Dalton. Wajar pria itu begitu, pikirannya sedang kacau karena istrinya yang mengamami koma.

Nyonya Merry menghampiri Dalton. "Bagaimana keadaan Anastasia?" Nyonya Merry bertanya sembari menyamakan langkahnya dengan Dalton.

"Operasinya berjalan lancar, tetapi dia masih koma. Bi Merry tolong bawakan aku secangkir teh hangat ke meja kerjaku!" perintah Dalton yang masuk ke dalam ruangannya.

"Siap Tuan!" ucap Nyonya Merry yang kembali ke dapur.

"Tolong secangkir teh dan camilan untuk Tuan Dalton." Koki mengangguk lalu mempersiapkannya

Suara air mendidih terdengar, koki menuangkan air seduhan teh ke atas saringan. Dalton suka keduanya, kopi dan teh. Untuk tugas mengantar makanan, seperti biasa selalu Nyonya Merry lakukan. Tetapi kali ini wanita tua itu sedang banyak pekerjaan lain.

Kebetulan Leana lewat ke arah dapur. Nyonya Merry berinisiatif menyuruh Leana untuk mengantarkan minuman dan makanan itu ke ruangan Dalton.

"Leana!" panggil Nyonya Merry.

"Ah iya ada apa Nyonya?" tanya Leana yang kemudian mendekat ke arah Nyonya Merry.

"Tolong antarkan ini ke ruangan Tuan Dalton." Wanita tua itu langsung menyodorkan nampan kepada Leana.

"Tidak bisakan yang lain?" Leana bertanya, berharap Nyonya Merry tidak menyuruhnya melakukan ini.

"Eh? Biasanya setiap ini kau yang paling ingin mengantarkannya."

Benar, Leana dahulu sangat suka melakukan pekerjaan ini. Tetapi ini bukan lah Leana yang menyukai Dalton, melainkan Leana yang ingin lepas sari jeratan Dalton.

"Tapi Nyonya Merry--"

"Jangan kecewakan aku Leana, kau harus tau berterima kasih."

Leana tidak bisa berkutik. Gadis itu membawa minuman dan makanan itu ke kantor Dalton. Pintu diketuk dan Leana masuk. Dalton sedang menghadap jendela. Diam-diam Leana meletakkannya dan berusaha agar tidak timbul suara. Ketika semua berjalan sempurna, Leana berbalik badan.

"Tunggu..."

Langkah Leana terhenti. Gadis itu menghela nafas.

"Kau kembali?" Wajah Dalton terlihat cukup senang mengetahui hal ini. Seperti sesuatu yang melelahkan kini telah terangkat semua.

Usaha mengendap Leana sungguh sia-sia, Dalton tahu bahwa dirinya yang masuk bukan Nyonya Merry. Sebenarnya Dalton tahu dari aroma itu, aroma susu dan lavender yang menyatu menjadi ciri khas Leana setelah jatuh ke dalam laut.

"Iya Tuan." Leana masih tidak ingin berbalik arah ke arah Dalton.

"Apa yang mau kau lakukan?"

"Keluar dari sini, ada banyak pekerjaan yang harus aku lakukan."

"Oh ya sebelum kau pergi aku ada minuman untukmu. Ini, habiskan sebelum kau pergi."

Leana menoleh, itu adalah alkohol.

"Alkohol?"

"Tidak mau?"

"Tetapi mengapa harus alkohol? Apa ini berhubungan dengan pekerjaanku?"

"Hukuman."

"Mengapa aku harus dihukum?" Leana bertanya dengan nada kesal.

"Karena masuk ke tempat ini padahal beberapa hari yang lalu kau ingin keluar. Apa yang menarik dari tempat ini Leana?"

"Tidak ada." Leana berkata ketus.

Kesal, Leana meraih botol itu lalu membuka dan meneguk semuanya sampai habis tidak tersisa. Dalton terkejut karena Leana mampu meminum semuanya.

"Kau puas?" Leana bertanya dengan kepala yang sedikit pusing.

"Aku tidak menyuruhmu minum sebanyak itu. Kau akan sangat mabuk."

"Tidak peduli! Memangnya kau siapa?"

Leana mulai mabuk. Pipinya mulai memerah.

"Berani-beraninya kau memerintahku? Aku melihatmu di tempat itu! Kau mengikutiku! Dasar pria kurang ajar!"

Dalton terkekeh, hal ini menjadi sebuah hiburan untuknya. "Aku bos di sini."

"Aku tidak peduli! Dasar kejam! Kau mengambil keperawananku lalu membuat hidupku sulit! Aku membencimu!"

"Apa kau menikmati permainanku?"

Leana tertawa. Ia duduk di lantai. Kakinya terbuka lebar. Gadis itu menepuk pahanya dengan kuat. Leana masih terus tertawa hingga membuat Dalton merasa ingin mendekat.

"Apa kau menikmati permainanku?" tanya Dalton lagi.

"Aku tahu kau sangat hebat dalam memuaskan perempuan! Tetapi aku juga punya harga diri yang tidak mudah kau rebut! Aku akan memimpin dan menjatuhkanmu!"

"Tunjukkan padaku bagaimana kehebatanmu." Dalton menantang Leana.

Gadis itu berusaha berdiri. Tetapi ia masih sempoyongan. Tangan kekar Dalton memeluk pinggang Leana dan menaruhnya di kursi. Leana tertawa lagi. Gadis itu menarik kancing baju Dalton.

"Jahat!"

Itu seperti pujian untuk Dalton pria itu mengecup bibir Leana. Ciuman Dalton turun ke leher. Pria itu menarik paksa pakaian Leana hingga robek. Leana menolak, gadis itu menggeram kesal.

"Aku lebih hebat darimu!" cetus Leana.

"Apa yang hebat dariku?" tanya Dalton yang mulai kehilangan kendali. Pria itu memasukkan jarinya ke dalam celana dalam Leana dan memainkan milik Leana.

"Enak?" tanya Dalton ketika tubuh Leana menggelinjang. Leana mengangguk hingga dirinya mengalami ejakulasi. Gadis itu terdiam kemudian tertidur.

"Apa yang istimewa darimu Leana sehingga aku harus melakukan hal ini?" Dalton bertanya kepada Leana yang telah tertidur sembari merapikan anak rambut Leana.

......................

Sekujur tubuh Leana terasa sakit. Gadis itu sudah memakai pakainnya dengan rapi. Leana tidak mengingat apapun. Tetapi ada yang sedikit janggal, pakaian yang ia pakai tidak sesuai dengan ukurannya karena terasa lebih longgar dari sebelumnya.

Kepala Leana terasa amat pusing, di meja ada makanan yang dibuat untuk meredakan pengar akibat mabuk. Terakhir yang Leana ingat bahwa Dalton menyuruhnya untuk melakukan hal itu.

"Dasar jahat!" gerutu Leana. Leana segera berdiri dan merasakan tubuhnya pegal.

Masih merasa pusing Leana berjalan dengan pelan sembari memegang dinding. Mira yang kebetulan lewat datang menghampiri Leana.

"Kau sudah bangun ya?" tanya Mira membantu Leana berjalan.

"Tadi aku---"

"Iya aku sudah tahu dari Tuan Dalton. Dia menghukummu kan dengan meminum alkohol itu? Kau merobek pakaianmu sendiri hingga Nyonya Merry terpaksa mencarikan pakaian secepat mungkin yang pas untukmu."

"Aku merobek pakaianku?" tanya Leana tidak percaya.

"Benar, bahkan kau mengucapkan kata-kata kasar ke Tuan. Kami mendengarnya."

"Dasar Bajingan! Mati saja!"

"Kapan kau akan mati!"

"Aku membencimu Tuan sok kaya raya."

"Dengar, penulis terlalu bodoh membuat tokoh sepertimu!"

"Seperti itu. Kau tidak mengingatnya bukan?"

Leana menggeleng.

"Tentu saja, kau dalam keadaan mabuk," ungkap Mira.

Gawat. Leana sedikit takut, dia sama sekali tidak ingat kejadian tadi siang. Sekarang sudah malam, dan Leana bersama Mira akan kembali ke ruangan mereka. Namun keduanya berhenti ketika Dalton berdiri di dekat pintu arah kamar para pelayan.

"Tuan Dalton mengapa kau di sini?" tanya Mira bingung.

"Karena Leana." Itu kali pertama Leana mendengar pria itu menyebut namanya dengan lembut.

"Kenapa aku?" sahut Leana.

"Karena kau membuat kekacauan di ruanganku."

"Apa yang Tuan mau?" Leana berusaha bersikap sopan.

"Aku sudah menyiapkan kamar dekat dengan kamarku. Sebagai hukuman kau harus tidur di sana dan siap siaga selama 24 jam jika aku butuh bantuan."

"Tuan itu keberatan untuk Leana, aku juga bisa mem--"

"Tidak, aku hanya ingin Leana yang melakukannya. Karena Leana juga harus dihukum dengan benar bukan?"

1
Nabulla 95
iiissshh.. jijaii😫
Nabulla 95
tergoda tanpa di goda😁
Nabulla 95
seenaknya mengklaim,yah😅
aq mampir,Thor. Bahasanya baku dan mudah dipahami😊
Puanrapuh
Dalton nih sbnernya gk sadar bahwa dia jatuh cinta, tpi kapan thor?
Rembulan Pagi: Nanti, liat aja. Ditungguu
total 1 replies
Karin Iza
bagus
Rembulan Pagi
Haloo teman temannn, silakan mampirrr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!