7 Jiwa yang dipertemukan dan bahkan tinggal di satu atap yang sama, Asrama Dreamer.
Namun, siapa sangka jika pertemuan itu justru membuat mereka mengetahui fakta yang tak pernah ketujuhnya sangka sebelumnya?.
hal apa itu? ikuti cerita mereka di What Dorm Is This
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon raaquenzyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 10 (Bukan Marvel?)
Langkah gontai pria paruh baya terdengar begitu sampai di depan gerbang masuk asrama. Di sana, pak Danu menatap ke arah asrama dengan tampak lusuh dan sedikit bekas 'lubang' di berbagai tembok. Helaan nafas terdengar dari bibirnya.
"Maafkan bapak, sampai sekarang bapak tidak berani untuk berkata pada siapapun dan selalu bungkam." lirih pak Danu, perasaan bersalah terus menghantui dirinya 10 tahun ini.
Langkahnya perlahan menuju ke arah sekolah dengan kondisi gedung yang sama dengan asrama. Namun beda nya, bekas tembakan jauh lebih banyak ditambah beberapa bercak kemerahan yang memudar juga menghiasi beberapa tembok di sekolah itu.
Ingatannya berputar pada kejadian 10 tahun lalu. Suara benda berjatuhan diiringi dengan teriakan, tangisan, tembakan, tusukan pisau dan retaknya tulang terputar secara tiba - tiba di kepalanya.
Pak Danu menyeka air mata yang mendadak keluar dari pelupuk matanya. "Maafkan saya karena terlalu takut dulu, maaf karena saya tidak berhasil menyelamatkan kalian. Tapi tolong ... Anak - anak itu tidak bersalah, mereka tidak seharusnya menerima semua ini! Bukan mereka yang melakukan, tapi ... Tapi," isak pak Danu, pria paruh baya itu tak sanggup melanjutkan kata - katanya.
Napasnya tercekat, semuanya campur aduk sekarang. "Maaf, saya akan membantu mereka keluar dari sini apapun yang akan terjadi pada saya. Semuanya salah saya, bukan mereka." final pak Danu lalu berjalan meninggalkan sekolah menuju rumahnya yang berada di dekat asrama
****
Di sisi lain, ketujuh anak yang baru saja mengalami hal aneh itu, hanya duduk diam menatap satu sama lain. Tak ada harapan, ponsel mereka seolah tak berfungsi. Banyak pertanyaan berkecamuk, antara apakah ini hanya kebetulan atau memang ada yang tidak beres di asrama ini.
"Cakra, udah enakan? Diminum dulu nih tehnya." Bukannya menerima teh yang di sodorkan oleh Marvel, Cakra justru memundurkan badannya seolah tak ingin bertatap mata dengan pria yang ia sebut pemimpin.
"Loh, Cak? Kenapa, bang Marvel ngasih minum." tegur Nando merasa tak enak pada yang lebih tua. "Ini, beneran bang Marv kan?" kening keenamnya mengerut, apakah Cakra mengigau? Padahal jelas sekali bahwa apa yang ia lihat adalah Marvel.
"Ya, beneran! Kenapa sih, coba ceritain tadi liat apa sampe kesurupan gitu?" tanya Aji penasaran.
Flashback on
Cakra baru saja turun dari kamarnya, melihat sekeliling namun tak mendapati siapapun kecuali Marvel yang berdiri di depan meja makan. "Bang, ngapain?" tanyanya.
Merasa tak ada jawaban, Cakra berdecak. Apakah telinga Marvel sudah tidak berfungsi lagi sekarang? Padahal suaranya sudah sangat keras, kenapa pria itu seolah tak mendengarnya
"Yang lain mana? Wah! Curiga mau di prank nih gue, lo sama yang lain mau bikin gue takut kan sama yang lain? Ngaku!" candanya, namun setelahnya ia hanya tertawa canggung saat tak mendapatkan balasan dari Marvel.
"Bang, udahlah ngapain sih?" sungut Cakra mulai merasa kesal, dengan perlahan ia pun menghampiri pria yang lebih tua. Namun langkahnya terhenti saat merasakan tepukan di pundaknya.
Tubuhnya limbung saat melihat apa yang ada di depan matanya, wanita berambut panjang yang tengah tersenyum lebar hingga terlihat pinggir bibirnya yang robek dengan darah yang terlihat jelas di sekitar bibirnya.
Posisinya masih sama, sampai akhirnya wanita itu berjalan melewati Cakra. Meskipun merasa takut Cakra tetap menoleh ke belakang untuk melihat apa yang sedang terjadi, wanita itu tak ada. Menghilang begitu saja.
Atensinya terarah pada tempat Marvel berdiri, matanya membulat sempurna mendapati yang berdiri bukanlah Marvel, melainkan sosok pria jangkung dengan baju penuh darah dan rambut yang acak - acakan.
"Abang ... Bang Chandra," lirihnya begitu ia menyadari sosok pria yang berdiri di tempat Marvel tadi adalah seseorang yang sangat ia kenali.
Flashback off
Air mata Cakra jatuh, rasanya tak sanggup menceritakan nya lagi. Ia merindukan sosok itu, namun tak pernah ia sangka akan kembali di pertemukan dengan keadaan lelaki itu yang bukan sebagai manusia.
"Bang, Chandra? Siapa dia?" tanya Hanif penasaran dengan tangan yang perlahan mengusap punggung Cakra berusaha menenangkan adik kelasnya itu.
"Dia kakak kandung gue, dulu dia sekolah asrama jadinya gue jarang ketemu dia. Waktu gue umur enam tahun dia balik ke sekolahnya karena jatah waktu pulang udah habis tapi setelahnya nggak ada kabar gimana keadaan dia sama sekali." jelasnya dengan suara bergetar.
"Orang tua lo nggak ada niatan buat jemput kakak lo?" Tanya Noah.
"Yang anter kakak gue waktu itu paman gue, nggak ada yang tau dimana letak sekolah asrama nya, kecuali paman gue. Sebelumnya orang tua gue sempet nanya ke abang gue, katanya nggak perlu dikasih tau, kalau mama gue tau pasti nanti sering kesana, sementara akses buat berkunjung aja 3 bulan sekali. Akhirnya orang tua gue nggak tau, cuma paman gue.Tapi paman gue meninggal setelah anter kakak gue."
Keenam temannya menggaruk kepala yang tidak gatal, sedikit rumit untuk masalah teman mereka yang satu ini. "Cak, kalau emang itu Abang lo. Dari mana kita bisa buktiin?" tanya Reihan hati - hati.
"Gue inget banget pakaian terakhir yang dia pakai, itu hadiah dari mama sama papa gue waktu dia ulang tahun ke 17 tahun." Keenamnya mengangguk dan perlahan kembali menenangkan Cakra yang masih terisak.
"Cak, tenang aja ya? Kita akan bantu sebisa kita buat cari tau apa itu Abang lo atau bukan. Jangan mikirin apapun sekarang, istirahat dulu ya, gue sama yang lain mau diskusi soal masalah lo ini." tutur Marvel, Cakra mengangguk.
"Bang ... Makasih, ya."
Ketujuhnya saling memeluk satu sama lain, memberikan kehangatan yang baru di dapatkan setelah kejadian yang menimpa mereka hari ini. "Tenang aja ya? Kita lewati ini sama - sama, kita usahain keluar secepatnya kalau emang situasi mulai nggak aman."