Arsya di paksa pulang ke rumah untuk mengasuh sang kakak,dan setelah sang kakak tiada Arsya di paksa menjadi pengganti,karena memiliki wajah yang hampir sama persis.
yang pada awalnya Arsya terpaksa pada akhirnya Arsya terbiasa hingga tanpa sadar Arsya menjadikan sang kakak setengah dari dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kegelapan
seminggu berlalu dan Aslan kembali membawa Arsya ke psikiater.
Tapi Arsya masih mengarungi kegelapan tanpa bisa melihat apapun meski itu hanya untuk melihat bagaimana bentuk tangan nya sekarang. Tidak ada suara yang terdengar di telinga gadis itu kecuali suara nya sendiri yang tertahan.
"kumohon bantu aku!"suara yang begitu lirih dan itu terlihat begitu menyakitkan bagi Arsya,itu suaranya tapi bukan dari mulutnya,entah itu suara hati Arsya yang sedang memohon.
Arsya ingin mengatakan sesuatu tapi bibirnya terus mengatup tanpa bisa Arsya membukanya meski dia sudah berusaha keras.
"aku tau kamu sudah terlalu lelah Arsya!, tapi kumohon kembalilah!".
Arsya mendengarnya lagi,tapi sekarang bukanlah suaranya melainkan suara yang sangat asing di telinga Arsya, Arsya berputar-putar mencari darimana suara itu berasal tapi bagaimana pun cara Arsya mencarinya tetap tidak bisa,semuanya gelap tanpa ada secercah cahaya pun yang menerangi pandangan Arsya.
Arsya terlihat begitu ketakutan, dia tidak tau dimana dia berada sekarang, kenapa semuanya begitu gelap dan kenapa Arsya tidak bisa merasakan tangannya sendiri.
"jangan takut Arsya! Aku disini!".
Kembali terdengar Arsya kembali mendengarnya.
"apakah ini mimpi? Seseorang berharap aku kembali, seseorang sedang menemani ku sekarang,kumohon jangan pergi!"lirih Arsya meneteskan airmata nya,meski Arsya sendiri tidak tau apa dia benar-benar menangis.
Aslan yang melihat air yang keluar dari mata Arsya terlihat memanggil dokter yang sedang berbicara dengan telpon nya"dia menangis dok!".
"benarkah! Berarti dia hanya merespon ucapan mu Aslan!"
Dokter Rara mendengar apa yang di katakan oleh Aslan tadi dan bisa Rara pastikan kalau Arsya memang hanya merespon ucapan Aslan,karena tadi Rara sendiri sudah mencoba untuk bertanya kepada Arsya dalam tidurnya tapi Arsya hanya terdiam tanpa menjawab sepatah katapun.
Dan kedatangan nya kali ini Arsya memiliki sedikit perubahan daripada Minggu kemaren yang kali ini beneran dirinya sedang kan yang kemaren itu Senja.
"teruslah mendampingi nya Aslan,mungkin kamu adalah obatnya Arsya!"ucap dokter Rara dengan penuh keyakinan.
Tapi Aslan tidak percaya itu "kau hanya mengada-ada kan kak?."
"aku tidak mengada-ada dengan pasien ku Aslan!".
"bawalah dia pulang aku masih memiliki pasien di luar!"perintah Rara pada Aslan.
"tapi dia belum bangun."
"dia hanya tertidur Aslan sebentar lagi juga akan terbangun!"
"yang kemaren ngak gini kok,dia langsung bangun!" debat Aslan karena tidak percaya.
"yang kemaren Senja Aslan! Tapi sekarang dia Arsya,dia sedang tertidur selama ini, bawalah dia dan tunggu dia terbangun mungkin kamu beruntung yang terbangun itu Arsya."
"benarkah?"tanya Aslan dengan menaik turunkan alisnya.
"itu hanya kemungkinan Aslan!",
"cepatlah pergi! Pasien ku sudah menunggu"usir Rara karena tidak tahan lagi dengan tingkah adik sepupunya yang satu ini.
"bagaimana aku membawanya!" sontak Rara memukul tangan Aslan.
"kau punya tangan Aslan dan kau itu laki-laki,kau bisa menggendong nya"geram Rara dan kembali memukul tangan Aslan dengan sedikit keras.
Jadilah Aslan membawa Arsya dengan cara menggendong nya ala bridal style.
Tiba di parkiran Aslan menurunkan Arsya dan membuatnya seakan berdiri karena tidak ada yang bisa membantu Aslan untuk mengambil kunci mobil di dalam saku celananya. Arsya hampir terjatuh gara-gara Aslan tapi dengan sigap Aslan menarik Arsya dalam pelukannya.
bukannya merasa bersalah Aslan malah mengulum bibirnya dan menatap gemas wajah Arsya yang mendongak.
"sorry! Ngak bangun-bangun sih kamunya".
Aslan membuka pintu mobil dan mendudukkan Arsya di samping kursi pengemudi,masih dengan wajah yang tersenyum Aslan kembali memperhatikan wajah Arsya.
merapikan anak rambut yang menutupi wajah nya,Aslan tersenyum sendiri saat mengingat bagaimana dia hampir membuat Arsya terjatuh tadi,efek dari Aslan yang tidak pernah pacaran dan tidak dekat dengan wanita, jadinya dia tidak terlalu peka.
Tanpa sadar Aslan sudah mengecup singkat kening Arsya,Aslan di buat tertegun dengan perbuatannya"apa yang loe lakuin Aslan?"dengan begitu terburu-buru Aslan menutup pintu mobil.
"Loe udah bener-bener gila Aslan!"gumam Aslan mencoba merilekskan pikiran nya.
.
.
.
Masih dalam perjalanan pulang Aslan mendapati Arsya yang tak kunjung-kunjung terbangun Padahal sebentar lagi mereka akan sampai di rumah Arsya.
Aslan memutuskan untuk menepikan mobilnya dan berniat untuk membangun kan Arsya terlebih dahulu.
"Arsya! Hei!"panggil Aslan pelan.
Karena tak kunjung terbangun Aslan mendekat kan wajahnya dan mencoba membangunkan Arsya dengan cara menepuk pipi Arsya pelan.
"hei bangunlah kita sudah hampir tiba!"Aslan melihat Arsya sudah mencoba untuk membuka matanya.
Dia sangat berharap-harap siapa yang akan terbangun.
"kak Aslan! Aku tertidur lagi ya?" Aslan terlihat kecewa,dia tidak percaya kalau usaha kerasnya tidak membuahkan hasil apapun.
"iya! Aku tidak tega membangunkan mu tadi!",
"kau lapar? Apa mau makan dulu baru pulang?"tanya Aslan dan di angguki Senja.
Setelah makan dan mengantar Senja pulang Aslan terlihat mampir di bengkel, dia masih begitu penasaran dengan wanita yang sudah di tunggunya selama hampir 2 bulan terakhir ini.
"pak belum ada kabar ya?"tanya Aslan duduk di salah satu bangku yang ada disana.
"belum! Tumben sekali neng Kay menghilang selama ini!"jawab bapak bengkel itu dan duduk di sebelah Aslan.
"nak Aslan memangnya tidak bosen terus kesini?"tanya pak Yanto pada Aslan.
"sekalian ke rumah teman pak, walaupun ngak kerumah teman pasti saya tetap datang kesini."
"terlanjur suka ya?"sontak Aslan terkejut dan menatap pak Yanto.
"ngak kok pak!"elak Aslan.
"pada ngomongin apa sih serius banget?"tanya Rian menghampiri Aslan dan pak Yanto.
"ngomongin cewek den!"
"ngapain kesini Rian?"tanya Aslan karena tidak ingin Rian tau.
"tadi ngak sengaja liat kak Aslan,baru nganterin kakak ya?",
"gimana perkembangan kakak?"tanya Rian penasaran.
"saling kenal ya? Bapak tinggalin kalian berdua biar leluasa ngobrol nya,bapak mau nge lanjutin perbaiki motor lagi".
"iya pak!".
"selamat kembali berkerja!".
"gimana kak?"tanya Rian sambil duduk di tempat pak Yanto duduk tadi.
"masih sama Rian,tapi hari ini ada sedikit kemajuan dari Minggu kemaren",
"tadi saat di hipnotis sama dokter yang keluar Arsya tapi dia tidak mau menjawab apapun!".
"ngak papa kak, yang penting ada kemajuan walaupun sekecil tadi"ucap Rian meyakinkan hatinya sendiri.
"kak Aslan ngapain duduk disini? Mobilnya rusak?".
"ngak! Cuman mau mampir aja, apalagi kenal sama bapaknya!"jelas Aslan.
Rian tidak lagi bertanya pada Aslan mereka sama-sama terdiam memperhatikan motor Vespa yang berada tidak jauh dari mereka duduk, sama-sama memikirkan orang yang sama dan dengan kenangan yang berbeda.
"kangen liat kak Arsya main sama motornya"gumam Rian dalam hati.
"ni anak kemana sih?".