Alena adalah seorang gadis ceria yang selalu berbicara keras dan mencari cinta di setiap sudut kehidupan. Dia tidak memiliki teman di sekolah karena semua orang menganggapnya berisik. Alena bertekad untuk menemukan cinta sejati, meski sering kali menjadi sasaran cemoohan karena sering terlibat dalam hubungan singkat dengan pacar orang lain.
Kael adalah ketua geng yang dikenal badboy. Tapi siapa sangka pentolan sekolah ini termasuk dari jajaran orang terpintar disekolah. Kael adalah tipe orang yang jarang menunjukkan perasaan, bahkan kepada mereka yang dekat dengannya. Dia selalu berpura-pura tidak peduli dan terlihat tidak tertarik pada masalah orang lain. Namun, dalam hati, Kael sebenarnya sangat melindungi orang yang dia pedulikan, termasuk gadis itu.
Pertemuan tak terduga itu membuatnya penasaran dengan gadis berisik yang hampir dia tabrak itu.
"cewek imut kayak lo, ga cocok marah-marah."
"minggir lo!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Addinia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kael salting
Suasana gerbang sekolah sangat ramai. Guru-guru berdiri berjajar, memeriksa atribut siswa yang datang satu per satu. Para siswa tampak sibuk membetulkan atribut mereka agar tidak ditegur.
Alena turun dari motor mamanya yang berhenti agak jauh dari gerbang sekolah. Ia melepas helmnya, menyampirkannya di pegangan motor.
"Makasih, ma. Ale masuk dulu."
Larasati tersenyum. "Gini dong mau di anter mama."
"Cuma hari ini, ini pun karena mama maksa tadi."
Larasati tertawa. "Yaudah mama pergi ke kantor dulu ya."
Alena mengangguk.
Sang mama hanya tersenyum, lalu melajukan motornya. Alena berdiri di sana, memeriksa kerapihan seragamnya. Ia sudah memastikan semuanya lengkap: dasi, sepatu hitam, semuanya sesuai aturan. Ia menatap sekeliling, memperhatikan guru-guru yang sibuk memeriksa siswa.
Dari kejauhan, terdengar suara deru motor yang semakin mendekat. Alena mengalihkan pandangannya, melihat seorang siswa dengan motor sport hitam meluncur santai. Kael.
Kael dengan santai menghentikan motornya tepat di depan Alena. Ia melepas helm, rambutnya sedikit acak-acakan tapi tetap keren. Sambil menarik jaketnya, ia melirik ke arah Alena yang berdiri di sana dengan wajah datarnya.
"Pagi juga, Kittycat." Sapanya lalu tersenyum kecil.
Alena hanya melirik singkat, lalu mendengus pelan saat matanya tertuju ke kerah seragam Kael. Tidak ada dasi yang melingkar di sana. Ia menghela napas panjang, membuka tasnya dengan cepat.
"Pake, siswa berandal." Ketus Alena sambil menyerahkan dasi itu ke Kael.
Kael terkejut. Pria itu merasa ada kupu-kupu yang memutari perutnya. Kemudian menerima dasi dengan cepat. Matanya menatap Alena.
"Pure perhatian? atau bales budi?" Ucap Kael sambil tertawa kecil.
"Ga usah kepedean! Gue nggak sengaja kebawa dua dasi! Dan ini bukan bales budi, buruan pake!" Ketus Alena.
Kael buru-buru memasang dasi itu, tapi caranya sangat asal-asalan. Simpul dasinya berantakan, membuat Alena mendecak kesal. Gadis itu melipat tangan, menatapnya dengan tatapan tajam.
"Lo bisa pake dasi nggak sih?!"
Tanpa menunggu jawaban, Alena menarik ujung dasi Kael dan mulai merapikannya. Kael terpaku, tidak bisa menyembunyikan rasa salah tingkahnya. Pandangannya teralihkan ke wajah Alena yang serius, meskipun jelas-jelas kesal.
Orang-orang yang lewat mulai memperhatikan mereka. Beberapa siswa saling berbisik, bahkan ada yang tersenyum geli melihat interaksi mereka. Namun, Alena sama sekali tidak menyadari bahwa ia menjadi pusat perhatian.
"Ternyata lo se perhatian itu sama gue, KittyCat." Bisik Kael menggoda Alena.
Alena mendelik tajam. "Gue bilang jangan kepedean!"
Kael hanya tertawa kecil, menikmati momen itu meskipun Alena terus memasang wajah kesal. Setelah selesai, Alena melepaskan dasi itu dengan kasar dan mundur selangkah.
Alena menghela napas kasar. "Sana pergi!"
"Kemana?"
"Terserah lo!"
Kael tertawa lagi, membetulkan dasinya sedikit. "Sebenernya gue bisa pasang dasi, tadi itu anggep aja gue minta di perhatiin sama lo."
Alena melotot, menendang motor Kael pelan. Gadis itu berbalik menuju gerbang tanpa memedulikan Kael lagi. Kael masih berdiri di sana, memandangi punggung Alena dengan senyum kecil yang tidak bisa ia sembunyikan.
Setelah Alena masuk ke dalam, Kael masih berdiri di tempat, dasi di kerahnya kini terpasang rapi. Wajahnya menyimpan senyuman kecil, sedikit salah tingkah memikirkan kejadian tadi. Namun, suasana itu segera terganggu ketika suara langkah cepat mendekat dari arah belakang.
"Kael," panggil Sherly.
"Hai, sher. Kenapa?"
Gadis itu sedikit mendekat ke arah Kael.
"Yang tadi siapa? pacar lo? sejak kapan lo punya pacar?"
Sherly mengenakan seragam yang rapi dengan atribut lengkap, jelas menunjukkan posisinya sebagai siswa kelas unggulan. Wajahnya yang biasanya santai kini terlihat serius, penuh rasa ingin tahu.
"Bukan, dia temen gue."
"Masa?"
"Dia tadi cuma bantuin gue pasang dasi. Lo tau sendiri kalo gue payah soal urusan gini."
Sherly menarik alisnya. "Gue masih nggak percaya. Lo suka sama dia, ya?"
Kael terkekeh. "Lo kebanyakan mikir, Sher. Dia temen sekelas gue. Kalo pun gue suka itu jadi urusan gue."
"Lo berubah, El."
"Berubah gimana? Gue masih kayak biasanya."
"Lo tau kalo gue sama lo, dengan lo bilang kayak gitu itu buat hati gue sakit, El." Ucap Sherly pelan.
"Gue beneran nggak ada apa-apa sama dia."
"Beneran?"
"Iya, nggak tau besok." Ucap Kael sambil tertawa dan langsung mendapatkan tabok kan dari Sherly.
"Dia tuh galak, Sher. Jadi gue sering gangguin dia sampe buat dia kesel." Jelas Kael, pria itu tersenyum sambil membayangkan wajah kesal Alena.
"Seru ya?"
"Iya, Seru."
"Berarti bener lo suka dia?"
Kael tertawa kecil sambil menggeleng. "Dia nggak bakal tahan sama cowok kayak gue."
Sherly melirik Kael sambil memainkan dasinya sendiri. Gadis itu merasa ada kecemburuan didalam dirinya.
"Ayok, naik." Ucap Kael.
Sherly pun naik ke motor Kael. Mereka masuk bersama. Sampai di parkiran, Sherly langsung turun.
Mereka berjalan menuju bangunan sekolah. Sherly dan Kael terlihat santai berbicara, seperti teman lama yang terbiasa dengan candaan satu sama lain. Di tengah langkah, Sherly tiba-tiba berhenti dan menatap Kael dengan senyum kecil.
"Sayang banget, tahun ini kita nggak sekelas. Dan kenapa lo harus masuk kelas itu. Padahal lo pinter."
"Kelas itu juga kelas unggulan, Sher."
"Iya tapi yang ke empat." Kesal Sherly.
Kael mengangkat bahunya. "Semua kelas sama aja."
Sherly tertawa. "Lo jangan terlalu deket-deket sama cewek itu ya. Takutnya nilai lo bakal turun, inget kita udah kelas 12 loh, El."