bagaimana jika anak kembar di perlakukan berbeda? satu di sayang bagai ratu dan satu lagi di perlakukan layaknya babu.
perjuangan Alana di tengah keluarga yang sama sekali tak pernah menganggap nya ada, ingin pergi namun kakinya terlalu berat untuk melangkah. Alana yang teramat sangat menyayangi ayahnya yang begitu kejam dan tega padanya, mampukah Alana bertahan hingga akhir? akankah Alana mendapat imbalan dari sabar dan tabah dirinya sejauh ini?
cerita ini hanya fiktif belaka ya, kalo ada yang namanya sama atau tempat dan ceritanya itu hanya kebetulan, selamat membaca😊❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alana 10
"besok gue pulang ya? gue kangen sama Ayah gue Nan, Ayah biasanya gak bisa makan kalo gak gue yang masakin" celetuk Alana, Jinan yang baru saja menikmati popcorn nya dengan di temani Flm horor di layar TV seketika badmood
"Alana Please! gue tau kok lo baik tapi ya seenggaknya jangan ngorbanin diri lah Lan!! sekali aja, sekali aja lo sayang sama diri lo sendiri Alana, lo itu berharga! jangan sia-siain diri lo buat orang-orang kayak mereka oke??" Jinan menaruh popcorn nya dan mematikan layar TV
"bisa aja gue kasih lo pulang, tapi apa lo bisa janji sama gue buat satu hal? gue gak mau tau apapun alasannya gue gak mau liat punggung, pinggang, lengan, kaki atau apapun dari bagian tubuh lo buat gak luka bisa? sorry banget ya Lan, lo gak sayang sama tubuh lo tapi gue yang sayang! gue sakit Lan liat tubuh lo yang penuh luka! gue emang jauh dari bokap nyokap gue, gue emang gak dapet dapet banget kasih sayang mereka tapi gue gak pernah sekalipun di pukulin anjir! gue tau lo gak bisa janji, lo gak akan ngelawan kan? tapi kenapa? kenapa lo harus diam sih!!" oceh Jinan. rasanya cukup kesal karena Alana yang hanya diam
"gue juga gak tau, yang gue tau gue sayang sama mereka" gumam Alana
"lo bukan sayang Lan sama mereka! lo cuma takut buat ngakuin kalo lo gak pernah di anggap sama mereka! sampai kapan lo bohongin diri lo sendiri Lan?" bantah Jinan kesal
"gue beneran sayang sama mereka Nan.." ucap pelan Alana lagi
"sumpah gue udah hampir gak kenal lagi sama lo Lan, sejak SMP kita temenan baru kali ini sih gue liat lo lemah gini! kemana Alana gue yang jagoan dan tangguh itu hah? gue tau semua orang punya kelemahan nya masing-masing tapi lemahnya lo ini bakalan ngehancurin diri lo sendiri Alana Zaviera!!" kesal Jinan memuncak
"... "
kali ini Alana tak lagi bicara apapun, Kata-kata Jinan membuatnya ragu dengan dirinya. Jinan beberapa saat ikut terdiam memberi ruang untuk Alana merenungi ucapannya tadi, Jinan berharap Alana akan sadar dengan kebodohannya yang terus membohongi diri sendiri
"mau gimana pun, gue tetep harus pulang Nan, bukan lagi soal gue kangen mereka atau gak.. tapi gue gak mau Ayah tau kalo gue sembunyi di rumah lo, lo bakalan kena imbasnya juga dan gue gak mau hal itu terjadi" Alana angkat bicara setelah beberapa saat, Jinan menghela nafasnya kasar, rasanya Jinan tidak rela jika Alana harus pulang disaat luka punggungnya belum benar-benar kering. tapi Jinan juga tidak mau egois, dia harus menghargai keputusan Alana juga
"iya, gue gak bisa terus-terusan larang lo buat pulang, tapi.. gue harap setelah lo balik lo jangan begok lagi, jangan diam lagi di jadiin manekin hidup tempat pelampiasan yang berkedok menghukum! gue lebih suka Alana yang jagoan kayak preman pasar!" pasrah Jinan, Jinan yakin Alana akan mendapat luka lagi. Jinan mungkin harus buat rencana untuk membuktikan kekejaman keluarga sahabatnya itu walau sedikit nekat Jinan akan tetap melakukannya
"besok lo berangkat bareng gue sama Lingga aja, gue males bawa motor soal nya" ucap Jinan menyalakan lagi layar TV nya
"thanks ya Nan" ucap Alana memeluk lengan sahabatnya itu
"lo cuma manja sama gue aja kan? awas aja lo nunjukin sikap lo yang kayak gini ke orang lain!" celetuk Jinan tiba-tiba
"emang kenapa?" tanya Alana yang heran dan menahan tawa
"gue cemburu, liat aja bakalan gue bakar rumahnya kalau sampe gue tau!" jawab Jinan dengan wajah masam, Alana tertawa sampai terbahak di buatnya. Jinan cukup senang melihat keceriaan di wajah Alana kembali lagi, sejak Jinan tau tentang Alana dua tahun lalu, Jinan perlahan mulai sadar jika senyum yang Alana tampilkan setiap hari itu palsu, apalagi kemarin saat Jinan melihat luka Alana Jinan semakin sakit mengingat tawa Alana yang tak pernah pudar ketika bersamanya, Jinan bahkan semakin sesak saat menyadari tawa itu sedang menutup luka dan bengkak nya mata yang mungkin setiap malam Alana basahi
keesokan harinya, Jinan dan Alana berangkat sekolah bersama Lingga lebih tepatnya numpang sih, di gerbang sekolah mobil mereka bertemu dengan mobil Aluna yang di antar Seno. Aluna yang sadar dengan mobil Lingga segera turun dan membuntuti mobil itu hingga parkiran, Seno juga tak langsung pergi dia penasaran bagaimana sikap Lingga terhadap adik kesayangannya
mata Seno dan Aluna terbuka lebar saat melihat Alana turun dari mobil, ada rasa lega dan tak terima saat Aluna melihat adik kembarnya itu turun dari mobil, Seno berlari menghampiri Alana.
"kemana aja lo? lo pikir dengan kepergian lo yang diam-diam bakalan buat gue sama yang lain khawatir? lo pulang sekarang juga!!" marah Seno menarik lengan Alana
"seenggaknya jangan kasar, dia cewek" sahut Lingga menarik Alana mundur
'kalo gak khawatir, reaksi nya juga gak akan se berlebihan ini' batin Lingga
"lo gak perlu ngasih tau gue! dan lo juga gak usah ikut campur" ucap Seno menujuk wajah Lingga
"buat urusan keluarga nanti aja kalian lanjutkan di rumah, ini sekolah jangan mengganggu" ucap Lingga lagi dengan tenang
'sialan! bocah ini selalu melibatkan sekolah! kalo bukan karena Luna udah gue hajar lo' batin Seno menahan kesal
"gue tunggu lo di rumah!" tekan Seno menatap tajam Alana yang sejak tadi diam tak menggubris nya, Seno kemudian pergi begitu saja
Alana menarik tangannya yang sejak tadi di genggam Lingga, rasanya cukup canggung saat tau Aluna dari tadi diam menatapnya dengan kesal
"makasih kak.. " ucap pelan Lana
"yuk Lan, kita masuk" tarik Jinan
Aluna menghampiri Lingga yang masih diam disana, awalnya ingin menyapa Lingga di pagi yang cerah itu tapi momen yang dia lihat malah merusak paginya
"kak.." sapa Luna pelan
"kenapa belum masuk?" tanya Lingga melihat Luna yang kaku
"aku.. aku mau nyapa Lana kak" jawab Luna yang tiba-tiba bingung harus menjawab apa
"udah masuk" tunjuk Lingga ke arah lorong sekolah, dimana Jinan dan Alana sudah tak lagi terlihat
"oh.. iya, Luna juga masuk.. deh" gugupnya
Aluna berjalan meninggalkan Lingga, sebenarnya ingin mengajak Lingga masuk bersama tapi ada hal yang Luna juga ingin tanyakan pada adik kembarnya itu
"Lana!"
Aluna menghampiri adiknya itu ke kelasnya, seperti biasa Lana akan merespon dengan malas
"apa?" Alana bahkan tak memandang Luna sama sekali
"jadi Lo dua hari ini di rumahnya Jinan?lo kok matiin HP lo sih??" Aluna berani bertanya dengan suara yang begitu lantang karena keadaan kelas masih sepi, hanya mereka bertiga
"gue butuh istirahat" jawab Lana acuh
"lo bisa istirahat di rumah! kenapa harus di rumah Jinan? lo punnya rumah sendiri!" kali ini suaranya Luna pelan kan takut ada yang dengar
Alana berdiri mendekati Luna, Aluna sedikit was was takut Alana tiba-tiba menyerangnya walau Alana sama sekali tak pernah melakukan hal buruk padanya
"gue gak nemuin 'RUMAH' itu disana, dan Lo tau kenapa" bisik Alana pelan, Alana berusaha keras menhan air matanya sangat ingin meluapkan apa yang di rasakan nya, hanya pada Aluna.
"gue cuma nginep, gak ngapa-ngapain lagi" lanjut Alana setelah duduk, Jinan hanya diam tak ingin mencampuri urusan mereka berdua
Aluna terdiam sepersekian detik, tertegun dengan bisikan Alana. ada rasa yang tak bisa Aluna ungkapkan dan bahkan sulit untuk dia mengerti, Aluna berusaha menyembunyikan perasaannya dan meninggalkan mereka. Jinan yang memperhatikan mimik wajah Luna merasa bangga, sepertinya Aluna akan di hantui rasa bersalah yang tidak di sadarinya.
"Lan.. gue gak mau lo luka lagi, gue gak yakin ngebiarin lo pulang.. please.. semalam lagi ya? lo nginep di rumah gue?" rengek Jinan berusaha membujuk sahabatnya itu
"Nan.. dengan lo terus-terusan nyinggung Luna aja udah bikin hidup lo dalam bahaya, gue gak mau lo terlibat lebih jauh.. gue bakalan usaha buat bujuk Ab.. err.. Seno, gue gak mau lo di keluarin dari sekolah" jawab Alana yang masih di keputusan awalnya
"gue gak takut, dia juga gak bakalan beneran ngeluarin gue dari sekolah ini, gue punya cara sendiri.. lo tenang aja, percaya sama gue!" ucap Jinan penuh percaya diri