NovelToon NovelToon
One Night Stand With ( My-Bos)

One Night Stand With ( My-Bos)

Status: tamat
Genre:Tamat / One Night Stand / Selingkuh / Cinta Terlarang / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Rha Anatasya

Balqis Azzahra Naura atau akrab di sapa Balqis, terpaksa menerima tawaran gila dari seorang pria beristri yang juga CEO di perusahaan tempat dia bekerja sebagai sekretaris. Faaris Zhafran Al-Ghifari, CEO yang diam-diam menyukai sekretaris nya sendiri, saat dia tau gadis itu butuh uang yang tak sedikit, dia memanfaatkan situasi dan membuat gadis itu tak bisa menolak tawaran nya. Tapi setelah melewati malam panas bersama, Faaris menjadi terobsesi dengan Balqis hingga membuat sekretaris nya merangkap juga menjadi pemuas nya. Tapi suatu hal yang tak terduga terjadi, Elma pergi untuk selamanya dan membuat Faaris menyesal karena telah menduakan cinta sang istri. tanpa dia tau kalau Elma dan Balqis memiliki sebuah rahasia yang membuat nya rela menjadi pemuas pria itu. Saat itu juga, Balqis selalu datang memberi semangat untuk Faaris, selalu ada saat pria itu terpuruk membuat Faaris perlahan mulai mencintai Balqis dengan tulus, bukan hanya sekedar nafsu semata.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rha Anatasya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 10

Setelah kepergian Balqis, Faaris menatap layar ponsel nya yang berkedip tanda ada pesan masuk, entah dari siapa. Dia tak berniat melihat nya.

Faaris menyandarkan tubuh nya di sofa, dia memejamkan mata nya, jujur hati nya banyak di liputi rasa bersalah karena sudah menghianati sang istri. Tapi rasa kepuasan yang mampu Balqis berikan membuat nya menyampingkan tentang Elma sejenak.

Bahkan aroma tubuh perempuan itu masih menempel, meski dia sudah membersihkan diri berkali-kali.

"Sebaiknya aku pulang, Elma pasti menunggu ku." Gumam Faaris, dia meraih ponsel nya dan pergi dari kamar yang menjadi saksi bisu malam panas Faaris dan Balqis tadi malam.

"Ohh god!" Faaris memekik, dia baru sadar kalau balqymeninggalkan jejak di seprai hotel itu, bercak darah yang mengering saksi kalau perempuan itu masih perawan saat Faaris memakai nya tadi malam.

"Bagaimana ini? Ahh sebaiknya aku menghubungi petugas kebersihan saja." Ucap Faaris, dia mengambil telepon dan menelpon petugas kebersihan itu.

Tak perlu waktu lama, petugas kebersihan itu datang.

"Permisi tuan, apa yang bisa kami bantu?"

"Ganti seprai nya, kekasih ku meninggalkan jejak." Ucap Faaris, tanpa sadar kalau dia menyebut Balqis sebagai kekasih nya.

"Baik tuan." Jawab nya, lalu mulai mengganti seprai nya dengan yang baru.

"Cuci yang bersih, ini tips untuk mu."

"Baik tuan, terimakasih." Jawab nya, lalu pergi dengan membawa seprai bernoda darah itu.

"Balqis, kau membuat aku gila!" Gerutu Faaris, dia kembali duduk di sisi ranjang, niat nya untuk pulang terulur karena melihat bercak darah itu.

Faaris malah terpikir untuk menyusul Riana ke rumah sakit.

"Apa aku pergi ke rumah sakit saja ya? Aku penasaran bagaimana operasi ibu nya Balqis." Gumam Faaris, tapi lagi-lagi dia ingat istri nya di rumah.

"Sialan, aku harus pulang!" Tegas Faaris lalu pergi dari kamar itu, dia menyetop taksi dan mengatakan alamat rumah nya.

Di rumah nya, Elma baru saja selesai di periksa oleh dokter khusus nya.

"Ada kabar gembira Nyonya, anda akan bisa bicara seperti dulu jika banyak latihan."

"Benar-kah?" Tanya Elma , tatapan mata nya berbinar.

"Tentu saja,"

"Ap-apa Faaris tau?"

"Belum Nyonya, Saya belum berbicara lagi dengan Tuan Faaris setelah hari itu." Jelas dokter itu.

"Ba-ik Dok, terima-ka-sih."

"Iya Nyonya, minum obat nya secara teratur." Elma hanya mengangguk sebagai jawaban. Setelah kepergian dokter itu, Elma ngat kalau Faaris bilang dia akan bicara dengan dokter tentang keadaan nya malam itu,

Tapi hingga kini pria itu belum pulang juga. Bahkan dokter juga bilang dia belum bicara lagi dengan suami nya. Lalu kemana Faaris tadi malam?

Tapi pertanyaan itu seketika buyar saat Elma melihat Faaris pulang dengan wajah lesu nya.

"Sayang.." Sapa nya seperti biasa.

"Mas, baru pulang?"

"Bicaramu?"

"I-iya, kata dokter aku bisa bicara seperti biasa nya."

"Ahh syukurlah ini kabar yang baik, Sayang." Ucap Faaris, dia mengecup mesra kening Elma.

Tapi ada yang aneh, aroma Faaris tidak seperti biasa nya, seperti ada bau yang lain.

"Kamu be-lum mandi?"

"Belum, kenapa?" Tanya Faaris santai, padahal dalam hati dia kelimpungan sendiri, khawatir kalau Elma curiga. Padahal nyatanya perempuan itu sudah curiga pada suami nya.

"Bau mu berb-eda Mas."

Faaris pura-pura mengendus tubuh nya, juga ketiak nya.

"Tidak, mungkin ini karena aku belum mandi sayang." Kilah Faaris. Padahal dia sendiri tau kalau aroma tubuh Balqis masih menempel di tubuh nya.

"Kal-au begitu mandi lah, Mas."

Jawab Elma, Faaris mengangguk dan segera pergi ke kamar mandi, meninggalkan Elma yang merasakan sesak di dada nya.

'Mungkinkah kamu sudah berpaling Mas? Wanita mana yang mampu membuat mu berpaling Mas?' Batin Elma, dia ingin menangis tapi apa yang akan di pikirkan oleh Faaris nanti? Dia hanya perlu bersikap seperti biasa.

Tak lama, Faaris sudah keluar dengan handuk yang melilit di pinggang nya hingga ke lutut.

Kedua mata Rachel membeliak saat melihat bekas cakaran di punggung suami nya, juga tanda kemerahan di leher nya. Itu bukan bekas gigitan nyamuk, tapi drakula. Ya, drakula.

"Mas, be-kas apa di leher mu?" Tanya Elma.

"Bekas? Bekas apa sayang?"

Tanya Faaris sambil meraba leher nya.

"Ber-cermin lah, Mas." Faaris menurut, dia mematut diri di depan cermin. Mata nya melotot saat melihat bekas cupang di leher nya, ini pasti Balqis yang melakukan nya, tapi heran nya Faaris tak sadar kalau perempuan itu memberi nya tanda merah.

'Alasan apa yang akan kau berikan Mas? Aku jelas tau itu bekas apa?' Batin Elma.

"Ini di gigit kadal sayang." Jawab Faaris sekena nya.

"Kadal? Dima-na kamu di gigit? Seb-aiknya di periksakan, takut nya kadal nya ber-bisa." Pancing Elma.

"Iya besok aku periksa kan sayang, hari ini aku ada meeting siang bersama klien."

"I-iya Mas, lalu tadi ma-lam kamu tidur dimana?" Tanya Elma.

Degg...

Jantung Faaris terasa berhenti berdetak, berhenti memompa darah yang membuat wajah nya memucat.

"Aku tidur di hotel Yang, soalnya udah malem banget kalo mau pulang." Jawab Faaris beralasan.

"Ohh baik-lah Mas, lain kali kalau tidak pulang kabarin ya, jadi aku takkan menunggu."

"Iya sayang, Mas pakai baju dulu ya." Ucap Faaris, dia pun pergi dari hadapan Elma.

'Mas, aku tau kamu berbohong. Kalau kamu tak jujur, aku yang akan mencari tau nya sendiri.' Batin Elma.

faai keluar dari ruang ganti dengan setelan jas rapih nya, rambut nya dia sisir ke samping seperti biasa, tapi yang berbeda adalah aroma parfum nya.

"Mas, pa-kai parfum apa?"

"Parfum yang biasa, kenapa sayang?"

"Aku tau, tapi kenapa pakai nya banyak-banyak?" Tanya Elma lagi, pasalnya aroma nya sangat kuat, apa mungkin Faaris memakai satu botol parfum?

"Tadi tumpah yang, jadi nya gini." Jawab Faaris.

"Oohh, tutup yang bener lain kali." Ucap Elma memilih percaya saja.

"Iya sayang, Mas pergi dulu ya. Makan yang banyak, minum obat. Nanti mas pulang mau di bawain apa?" Tanya Faaris sambil mengusap wajah tirus sang istri.

"Mau martabak manis, Mas."

"Memang nya kata dokter boleh?"

"Bukan nya kemarin malam Mas bicara sama dokter Fahri?"

"Ohh itu ya, kemaren gak jadi soalnya Mas di telepon klien." Jawab Faaris, padahal dia bermalam dengan Balqis.

"Baik-lah Mas, sebaiknya cepatlah pergi sebelum terlambat."

"Iya sayang, Mas pergi dulu ya." Faaris mengecup kening Elma dan pergi dari kamar itu.

Elma menatap kepergian sang suami dengan hati bergemuruh, secara logika saja mana ada yang bertemu dengan klien dengan aroma parfum sekuat itu? Sangat mencurigakan!

Di rumah sakit, Balqis sedang bertemu dengan dokter yang kemarin mengurus operasi ibu nya.

"Jadi, bagaimana keadaan ibu saya Dok?"

"Operasi nya berjalan lancar, tapi ibu Nona masih belum sadarkan diri." Jawab dokter itu, mata nya terus menatap ke arah Balqis yang terlihat cantik hari ini.

"Tapi Ibu saya bisa sembuh kan, Dok?"

"Penyakit nya cukup berat, untuk sembuh total hanya 5% saja."

"Sekecil itu, dok?"

"Ibu Nona telat di tangani, juga jadwal cuci darah yang harus nya di lakukan sebulan sekali, ngaret jadi 3 bulan sekali. Itu semakin memperburuk penyakit nya, Nona." Jelas dokter itu, membuat Balqis shock.

"Apa sekarang sudah benar-benar terlambat, Dok?"

"Masih ada kesempatan Nona, kita tunggu hasil operasi ini dulu, setelah ibu Nona sadar nanti."

"Baik dok, terimakasih atas penjelasan nya. Kalau begitu saya permisi dulu," Ucap Balqis.

"Sebaiknya Nona meninggalkan nomor ponsel, agar saya mudah menghubungi kalau ibu Nona ada perkembangan."

"Aahh iya Dok." Jawab Balqis, dia meraih secarik kertas dan pena dari tangan dokter itu, dia menuliskan nomor ponsel nya.

"Ini dok."

"Nama Nona siapa? Kalau saya boleh tau."

"panggil saja Riana."

"Baiklah Nona, anda bisa pergi."

"Iya dok, saya permisi." Balqis pun pergi dari ruangan dokter itu, dia berjalan menyusuri lorong rumah sakit yang terasa sepi senyap, padahal hari sudah cukup siang untuk beraktivitas.

"Aahh, aku belum melunasi biaya operasi Ibu." Gumam Balqis, dengan cepat dia berjalan ke bagian administrasi.

"Sus, tagihan atas nama Ibu Fatma" Ucap Riana.

"Operasi besar?"

"Iya Sus." Jawab Balqis, dia merasa gugup. Kira-kira berapa total biaya yang harus dia bayar.

"190 Juta Nona, itu sudah termasuk ruangan VIP dan perawatan intensif." Jawab nya, membuat Riana mengusap dada nya. Setidak nya informasi yang di berikan suster waktu itu meleset.

"Ini Sus.." Balqis memberikan kartu ATM nya, dengan ini lunas sudah, meski dia menukar nya dengan kesucian nya.

"Ini Nona, terimakasih." Ucap Suster itu, lalu mengembalikan kartu milik Balqis.

Balqis menerima kartu itu dan pergi, dia merasa lapar karena belum sarapan. Tapi, Balqis ingin melihat dulu keadaan ibu nya.

Dia membuka pintu ruang rawat Ibu nya perlahan, Balqis duduk di kursi yang tersedia di samping brankar.

Balqis menggenggam tangan keriput ibu nya, mengusap punggung tangan nya dengan lembut, lalu mengecup nya dengan sayang.

"Ibu, Balqis pasti lakuin apa aja buat Ibu. Ibu harus sembuh, Ibu harus kuat. Jangan tinggalin Balqis ya Bu, cuma Ibu yang Balqis punya." Ucap Balqis, air mata nya luruh membasahi wajah cantik nya.

Di kantor, Faaris baru saja menyelesaikan meeting nya sendirian tanpa balqis. Karena sekretaris nya itu izin cuti beberapa hari untuk menjaga ibu nya yang menurut kabar, masih belum sadarkan diri setelah operasi itu.

Faaris menyandarkan kepala nya di kursi kebesaran nya, sebagai seorang CEO pekerjaan nya tak pernah ada habis nya, yang ada malah bertambah semakin banyak tiap hari nya. Pria itu memijat pelipis nya yang berdenyut, berjauhan dengan Balqis membuat mood nya memburuk.

"Balqis, kau membuat aku pusing!" Gumam nya, lalu berdiri dari duduk nya dan pergi keluar ruangan nya.

Faaris berjalan ke parkiran, memanggil supir kantor untuk mengantarkan nya ke suatu tempat.

"Jalan Pak." Perintah Faaris dengan wajah datar nya.

"Baik Tuan." Mobil itu pun melaju menjauhi kawasan perkantoran. Faaris mengeluarkan ponsel nya, dia menatap poto sang istri dulu. Sangat jauh berbeda dengan keadaan nya saat ini. Dulu, Elma adalah wanita paling cantik yang berhasil Faaris taklukan, wanita dengan sejuta keindahan membuat Faaris tertarik.

Bagaimana tidak, wajah nya yang cantik, tubuh nya body goals bak model, juga wanita karir. Sangat pantas bersanding dengan Faaris, setiap bertemu klien pasti memuji penampilan elmy yang selalu sempurna.

Tapi semua itu sirna ketika dia tau kalau Dia bukan lah satu-satunya laki-laki yang menaungi hati Elma, masih ada pria lain yang membuat Elma berpaling dari suami nya.

Hari itu terjadi pertengkaran hebat, dan puncaknya saat Faaris memergoki sendiri perselingkuhan Elma, dia membawa paksa Elma tapi naas nya mobil yang Faaris kendarai kecelakaan menabrak pembatas jalan hingga membuat seluruh mobil itu ringsek parah.

Rasa cinta nya pada Elma sudah cukup lama hilang, bahkan sebelum Balqis datang ke dalam hidup nya. Faaris bukanlah pria yang tak punya perasaan seperti selingkuhan Elma, yang memilih meninggalkan Elma setelah dia tau Elma lumpuh total. Tapi Faaris tidak begitu, dia tetap menemani Elma di masa sulit nya, memberikan perhatian seperti layaknya suami pada istri nya, menyampingkan rasa kecewa yang setiap hari menghantui nya.

"Kita kemana Tuan?" Tanya supir, membuat lamunan Faaris buyar seketika.

"Jalan Minggu pagi, belok kanan dan berhenti."

"Baik tuan." Jawab sang supir, membiarkan Faaris dalam lamunan yang membuat dada nya terasa sesak.

Singkat nya, mobil itu berhenti sesuai arahan Faaris. Pria tampan itu turun dan berjalan santai, menyusuri jalanan sepi yang di tumbuhi oleh tanaman teh hijau. Udara nya sejuk menenangkan, membuat Faaris bernafas nyaman disini.

Disini lah, tempat pertama kali dia bertemu dengan Elma. Saat itu Faaris baru saja selesai meninjau proyek pembangunan, tapi mobil nya malah mogok disini. Kebetulan Elma melintas, setelah menghibur diri dengan berjalan-jalan di kebun itu. Mereka pun berkenalan dan Elma menawarkan tumpangan dan Faaris menerima nya dengan senang hati, sejak saat itu kedua nya menjadi akrab dan menjalin hubungan, tanpa berlama-lama lagi Faaris langsung melamar Elma untuk menjadi istri nya, tapi mempunyai istri cantik ternyata sangat lah tidak nyaman. Istri nya selalu jadi pusat perhatian saat bersama nya, membuat nya risih.

Faaris memasukan kedua tangan nya ke dalam saku celana nya, dia menikmati udara yang begitu menyejukan, juga pemandangan yang memanjakan mata, hamparan kebun teh yang luas sepanjang pandangan.

"Kalau saja dulu kita tak bertemu, mungkin kita takkan seperti ini Elma. Aku tidak pernah menyesal pernah mencintai mu, tapi aku menyayangkan semua perbuatan mu di masa lalu."

Gumam Faaris, semilir angin membuat rambut yang tadi nya di sisir rapih itu acak-acakan tertiup angin.

"Tuan Faaris? Anda disini?" Sapa seseorang, membuat Faaris membalikan badan nya. Dia melihat Balqis sedang berdiri dengan menenteng tas nya.

"Kau disini juga Balqis?"

"Aaa iya Tuan, suatu kebetulan bertemu anda disini."

"Kenapa kau disini?"

"Saya selalu kesini kalau keadaan saya sedang tidak baik-baik saja." Jawab Balqis.

"Kita sama Balqis."

"Apa ada hal yang terjadi Tuan?" Tanya Balqis.

"Tidak, hanya mengenang kenangan lama." Jawab Faaris santai, wajah nya terlalu datar untuk Riana bisa memahami keadaan bos nya itu.

"Ohh baiklah, saya kira hanya saya yang punya pikiran berat."

"Semua orang punya masalah Balqis, jangan merasa hanya kau saja yang punya masalah." Jawab Faaris, masih dengan wajah datar nya.

"Tuan.. Tuan.. Heii.." Seorang pria melambai-lambaikan tangan nya di depan wajah Faaris, membuat pria itu terkejut.

"Ada apa Pak?"

"Anda bicara sendiri sedari tadi, Apa tuan baik-baik saja?" Tanya seorang pria paruh baya, yang tak lain adalah supir nya sendiri.

"Kemana Balqis? Tadi dia ada disini, Pak."

"Balqis? Sekretaris anda? Dia tak ada disini tuan, hanya ada saya dan anda disini." Jawab Supir itu membuat Faaris terdiam. Lalu siapa tadi yang menyapa dan mengajak nya bicara? Itu Balqis kan? Dia ingat betul tadi Balqis ada disini, tapi setelah dia cari memang hanya ada dirinya dan supir yang tadi datang bersama nya.

"Apa aku berhalusinasi tentang Balqis?"

****

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!