Agnes menjalani kehidupan yang amat menyiksa batinnya sejak kelas tiga SD. Hal itu terus berlanjut. Lingkungannya selalu membuat Agnes babak belur baik secara Fisik maupun Psikis. Namun dia tetap kuat. Dia punya Tuhan di sisinya. Tapi seolah belum cukup, hidupnya terus ditimpa badai.
"Bagaimana bisa..? Kenapa Kau masih dapat tersenyum setelah semua hal yang mengacaukan Fisik dan Psikis Mu ?" Michael Leclair
"Apa yang telah Dia kehendaki, akan terjadi. Ku telan pahit-pahit fakta ini saat Dia mengambil seseorang yang menjadi kekuatanku. Juga, Aku tetap percaya bahwa Tuhan punya rencana yang lebih baik untukku, Michael." Agnes Roosevelt
Rencana Tuhan seperti apa yang malah membuat Nya terbaring di rumah sakit ? Agnes Roosevelt, ending seperti apa yang ditetapkan Tuhan untuk Mu ?
Penasaran ? Silakan langsung di baca~ Only di Noveltoon dengan judul "Rencana Tuhan Untuk Si Pemilik Luka"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ATPM_Writer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Sesuai yang Michael katakan, Dia tidak akan membiarkan Agnes melihat jejak kemerahan yang di tinggalkan Charles pada tubuhnya. Dengan begitu Agnes di berikan dosis bius yang sesuai sehingga hanya membuatnya bangun untuk makan dan kembali tidur.
Butuh dua hari untuk benar-benar menghilangkan jejak kemerahan dengan salep terbaik. Dan kini, tidak ada lagi efek bius yang mempengaruhi Agnes. Dia sudah bangun dan tengah bersandar. diruangan itu, Dia ditemani oleh Theresia dan Brigida.
“Sudah dua hari sejak kejadian itu, apa Kau merasakan sesuatu yang tidak nyaman, Sayang ?”
“Tidak ada, Nyonya Theresia. Terimakasih atas bantuan yang diberikan pada Ku selama ini.” Tutur Agnes sambil menunduk pelan.
“Ini tas punya Kak Agnes. Mungkin keluarga Kakak sudah membanjiri dengan ribuan telefon. Coba di periksa, sudah ku isi daya nya tadi.” Ucap Brigida.
Agnes tersenyum kecut namun tetap Dia nyalakan Handphone nya. Sudah lima menit berlalu, dan tidak ada riwayat telefon yang masuk dari salah satu keluarganya. Malahan riwayat panggilan masuk hanya di penuh oleh Michael, Brigida dan Theresia.
“Keluarga Ku sedang mengikuti acara keluarga di luar Kota. Kemungkinan dua hari lagi baru Mereka pulang. Mereka pasti sibuk sampai tidak memberi kabar.”
Penjelasan Agnes membuat Theresia dan Brigida terdiam. Ingin sekali bertutur dengan menyertakan fakta bahwa seperti apapun keadaan keluarga, minimal ada satu panggilan yang masuk. Tapi ini benar-benar tidak ada.
“Baiklah. Jadi, bagaimana keputusan Mu, Sayang ? Apa Kau akan memberitahukan musibah ini pada Keluarga Mu ?” Ucap Theresia membuka topik baru.
Agnes menggeleng pelan dan berkata “Tidak. Mereka tidak boleh tau. Jika tidak, Mereka akan menuntut keadilan dengan cara menikahkan Ku dengan bajingan itu.”
“Baiklah, Agnes. Akan Ku sampaikan hal ini pada suami Ku. Aku ingin berlama-lama, namun ada meeting yang harus kuhadiri. Hari ini Brigida libur, Dia bisa menemani Mu. Apa tidak masalah ?”
“Tentu tidak masalah Nyonya Theresia. Sungguh terimakasih atas semua hal yang di berikan pada Ku.”
“Tentu, Agnes. Aku pamit dulu.”
Agnes dan Brigida memandangi kepergian Theresia dalam keheningan. Saat pintu tertutup, Brigida langsung menghujani Agnes dengan informasi terbaru.
“Kak Agnes, apa Kau tau ? Charles saat ini berada di rumah sakit.”
“Apa di rumah sakit ini ?”
“Tentu tidak. Bukan hanya karena luka fisik saja, tetapi karena luka di bagian a*nus nya.”
“Wait, what ? Apa yang terjadi ?”
“Dia dilecehkan oleh empat pria.”
“....” Agnes terdiam namun mulutnya melongo.
Beberapa detik kemudian, Mereka berdua tertawa. Mensyukuri derita yang dialami Charles. Biarlah Dia tau jika di tusuk secara paksa itu rasanya seperti apa.
“Apa Michael yang melakukan nya ?”
“Tentu tidak. Bukan Aku, tapi Ayah.” Sambar Michael yang baru saja memasuki ruangan.
“Brigida, ada hal yang hanya ingin dibicarakan oleh Kami berdua. Apa Kau keberatan untuk keluar ?”
“Aku harus menunggu sendirian di luar seperti pengemis ?”
“Pengemis apa yang berpenampilan seperti ini ? Keluarlah, ada Miki di sana. Kami baru saja membahas beberapa urusan bisnis.”
“Baiklah, Kak Agnes. Aku ada di luar. Teriak saja jika sesuatu terjadi.”
Sebelum Michael bereaksi, Brigida sudah menutup pintu. Menyisahkan Agnes yang tengah terkekeh pelan.
“Bagaimana kondisi Mu ? Apa mentalmu membutuhkan penanganan ?”
“....” Agnes terdiam. Dia tidak ingin pergi ke Psikiater.
“Ku rasa semua nya baik-baik saja. Terimakasih karena sudah datang tepat waktu, Michael.”
Michael terbelalak sebentar. Kini Agnes tidak lagi memanggilnya dengan sebutan ‘Tuan’. Namun mengesampingkan fakta bahwa batinnya tengah bergembira, Dia kembali pada topik barusan. Tentang mental Agnes.
“Jangan menyangkal nya, Agnes. Kau mengalami goncangan mental. Ayo pergi ke Psikiater. Aku akan menemani Mu.”
“Aku sungguh tidak apa-apa, Michael.”
“Baiklah, Aku akan menyuruh Miki masuk.”
“!” Mata Agnes membola. Tubuh nya sedikit gemetaran membayangkan Pria asing akan memasuki ruangan nya.
“Lihat ? Kau memang nyaman dengan Ku, tapi tidak dengan Pria lain. Lalu bagaimana Kau akan melakukan aktifitas ? Apa Kau memutuskan untuk diam di rumah saja ?”
“...Tidak. Tapi, Aku takut.”
“Tentang apa ?”
“Bagaimana jika keluarga Ku tau ? Mereka pasti akan memaksakan pernikahan dengan Charles, meskipun sudah ada Laras yang tengah berbadan dua.”
“Tenang saja. Kau aman saat bersama Ku, Kau aman saat bersama Keluarga Ku. Kami ada untuk Mu. Jadi, apa Kau keberatan dengan tawaran tadi ?”
“Baiklah. Aku akan mengikuti perkataan Mu, Michael.”
“Terimakasih.”
“Aku yang seharusnya berterimakasih, Agnes.”
“Untuk apa ?”
“Untuk Kau yang sudah menerima kehadiran Ku dalam hidup Mu.”
“Bagaimana Aku tidak menerima Mu ? Kau orang yang datang dan menolong Ku, dan juga orang yang tidak menyentuh bahkan sehelai rambut pun saat kewarasanku pergi sejenak. Kau menenangkan Ku dengan cara Mu tersendiri. Aku tidak pantas untuk tetap keras seperi sebelumnya. Michael, ayo saling mengenal satu sama lain. Jika Tuhan Ku mengijinkan, Aku tidak keberatan menghabiskan sisa hidup Ku bersama Mu.”
“Aku akan berusaha sebaik mungkin, Agnes. Terimakasih atas kesempatan ini,” ucap Michael mencetak senyum lebar di wajah nya. Memberikan tatapan teduh yang sungguh mendatangkan ketenangan bagi batin Agnes.
Agnes berpikir Michael akan mencium tangannya, tapi Michael pasti memperhitungkan situasi Agnes saat ini. Dia memang nyaman saat Michael bersamanya, namun tidak harus menjadi alasan Michael boleh sembarangan menyentuh Agnes yang baru saja di timpa musibah.
Mengesampingkan fakta itu, Agnes melengkungkan garis senyum di wajah nya. Menyajikan senyum yang berhasil menggetarkan perasaan Michael. Senyum yang tersaji saat pertemuan pertama. Ocean dan Hazel eyes itu kembali beradu. Masuk kedalam dunia yang tidak di jamah oleh waktu.
Agnes pun lupa, bahwa Dia pernah dipenuhi ketakutan jika kejadian yang sudah terjadi dimasa lalu, akan terungkap dan diketahui oleh Michael, diketaui oleh keluarga Lecllair.
...***...
Setelah Agnes setuju untuk mengobati mental usai kejadian yang Charles ciptakan, kini Dia kembali pada rutinitasnya. Menyelesaikan pekerjaan rumah, pekerjaan yang mendatangkan uang lewat layar laptop, dan juga mengajar.
Jadwal kunjungan yang di tetapkan adalah tiga kali seminggu. Michael selalu menjemput Agnes dan menemaninya dalam proses pengobatan. Untuk alasan kepergian Agnes yang semakin sering, berhasil di tangani dengan meeting bersama Klien. Keluarga nya tidak tau apa yang telah menimpa Agnes bahkan setelah tiga minggu berlalu.
“Selamat Agnes, Kau sudah di nyatakan sembuh. Kamu sudah bisa kembali beraktifitas seperti sebelum-sebelumnya.” Ucap si dokter.
“Sungguh ? Terimakasih banyak atas batuan Anda selama ini, Dokter.” Tutur Michael mendahului Agnes.
“Terimakasih kembali karena mau bekerja sama untuk melakukan apapun dalam proses penyembuhan. Agnes, Kau sungguh hebat. Cepat sekali Kau berdamai dengan keadaan.”
“Hanya itu yang bisa Ku lakukan, Dokter. Aku tidak ingin selama nya menjadi korban. Yang seharusnya disini itu pelaku. Ada terlalu banyak orang baik yang menjadi korban, dan harus melewati waktu yang lama untuk sembuh dari luka. Sedangkan si pelaku, tetap melakukan aksi-aksi tidak masuk akal di luar sana. Aku tidak ingin semakin terpuruk dalam waktu lama. Aku hanya ingin kembali normal. Hanya itu saja.”
Michael menggenggam tangan Agnes yang tersimpan dengan sopan di pangkuan. Agnes menorehkan senyum atas tindakan Michael.
Setelah itu, Michael mengemudikan mobil kearah kediaman Roosevelt. Namun mobil Dia berhentikan di pinggir jalan. Agnes bertanya-tanya untuk apa, namun Michael sudah keluar.
Lalu Agnes kembali tersenyum saat Pria dengan postur tinggi dan berotot itu kembali dengan seikat bunga di tangan.
“Untuk Mu,” katanya sambil menyerahkan mawar dengan warna unik.
“Terimakasih, Michael. Ini bunga dengan warna cantik dan unik pertama yang kuterima.”
“Apa Kau sudah pernah menerima bunga sebelumnya ?”
“Tentu. Bunga nya tidak seunik ini, namun indah karena baru di petik dari taman Ibu Nya.” Iris mata Agnes menerawang. Tengah mengingat kejadian lucu di masa lalu dan lanjut berkata, “Walau kena omel, Dia hanya memasang wajah penuh senyum dan meminta maaf sambil memberikan pelukan. Dia pun mendapat maaf, namun telinganya tetap di cubit. Hahaha, Dia—“
Agnes berhenti berbicara, Bukan karena Michael menatap nya. Bukan pula karena tersadarkan situasi saat ini. Tapi karena mood nya kembali rusak mengingat momen indah yang benar-benar masih terasa indah walaupun sudah dihancurkan takdir.
“Agnes, Aku tidak akan bertanya. Jangan berlarut-larut dengan sorot mata itu.” Tutur Michael lembut. Tidak ada perasaan tidak terima dengan situasi saat ini.
Agnes simpan bunga di pangkuannya, kemudian melingkarkan tangan di leher Michael. “Maaf.. Aku mengatakan hal yang merusak momen.”
Michael mengelus lembut punggung Agnes. “Tidak apa-apa, Agnes. Tidak apa-apa.”
“Saat sudah siap, akan Ku katakan pada Mu. Tentang semua nya, Michael. Bisakah Kau menunggu ?”
“Aku selalu punya waktu untuk Mu, Agnes. Pelan-pelan saja. Tidak ada yang mengejar Mu.” Ujar Michael menenangkan Agnes yang saat ini tengah mengalunkan ritme debaran jantung yang berbeda.
...***...
Jangan lupa like dan komen ya. Thank you so much Darling~♡