Cinta Di Usia Senja

Sandra dan putranya pergi untuk melihat beberapa barang di tempat pameran karena Jeffri membutuhkan bantuan ibunya untuk memilih beberapa barang yang dia perlukan di rumah barunya.

Leoni sedang sibuk merawat diri sebelum menjelang hari pernikahan oleh karena itu dia tidak bisa menemani Jeffri tapi dia mempercayakan semuanya pada Jeffri.

Sandra mulai melihat beberapa barang antik yang dijual di tempat pameran itu. Namun beberapa pasang mata melihat ke arah mereka. Kebersamaan mereka berdua serta kedekatan mereka membuat orang-orang semakin salah paham saja sehingga gosip itu pun kembali terdengar di telinga Sandra.

"Lihatlah, padahal putranya sudah mau menikah tapi dia seperti tidak rela melepaskan anak angkatnya itu," ucapan itu mulai membuat panas telinga.

"Mana mungkin dia rela melepaskan putranya yang bisa membuatnya lebih muda dan lebih cantik. Aku berani bertaruh, dia pasti akan menyelinap ke dalam kamar putranya setiap malam walaupun putranya telah menikah."

"Sst, jangan keras-keras kau akan membuat wanita tua itu marah tapi dia akan kehilangan vitaminnya yang membuat awet muda!" Gosip kedua wanita itu didengar oleh Jeffri. Dia tak habis pikir, apa sebenarnya yang dipikirkan oleh orang-orang tentang dirinya dan ibunya?

"Aku tidak bisa membiarkan hal ini!" Jeffri hendak menghampiri kedua wanita yang sedang menggosipkan mereka akan tetapi, ibunya segera menahan tangannya.

"Jangan terpancing, Jeffri. Biarkan saja mereka mau berkata apa tentang Kita. Kau hanya akan semakin memperburuk keadaan. Percuma kau membela diri karena mereka sudah terhasut oleh gosip itu."

"Tapi kita tidak bisa membiarkannya begitu saja, Ma!"

"Sudahlah, percuma kau marah. Buktikan saja pada mereka jika apa yang mereka katakan itu tidak benar. Setelah kau menikah nanti dan setelah Mama menikah, maka gosip itu akan reda dengan sendirinya!"

"Aku berani bertaruh, pasti akan ada gosip lainnya. Lagi pula, apa maksudnya mama akan menikah? Apa Mama serius dengan keinginan gila mama?"

"Jeffry," Sandra memandangi putranya dan tersenyum, "Daniel mengajak Mama menikah. Bagaimana menurutmu?" Akhirnya dia mengutarakan hal itu pada putranya tapi Jeffri justru terkejut dan terlihat tidak senang.

"Apa Mama sudah gila? Walaupun dia adalah mantan kekasih Mama, tapi Mama baru bertemu dengannya. Kenapa begitu cepat memutuskan untuk menikah?"

"Daniel juga membutuhkan seorang istri oleh karena itulah dia mengajak Mama menikah!"

"Tidak, Ma. Tidak. Aku tidak akan mengizinkannya. Mama tidak boleh mempercayai dirinya begitu saja. Bagaimana jika dia memiliki niat terselubung? Bagaimana jika dia ingin menikah dengan Mama karena ingin memeras uang mama? !"

"Hei, jangan asal menuduh seperti itu. Daniel tidak mungkin ingin menipu uangku dan aku rasa dia sudah menjadi pengusaha sukses, " sekarang dia jadi sadar jika dia belum tahu banyak tentang Daniel, bahkan dia tidak tahu apa pekerjaan pria itu dan apakah dia masih bekerja atau tidak.

"Katakan padaku, apa pekerjaannya? Aku akan menyelidikinya supaya aku tahu apakah dia benar-benar tulus dengan Mama atau tidak. Setelah aku memastikannya, barulah aku akan mengijinkan tapi jika dia hanyalah seorang pengangguran yang tidak memiliki pekerjaan maka jangan harap aku akan mengizinkan Mama menikah dengannya karena sudah jelas dia hanya ingin memeras uang Mama saja!"

"Hm, untuk itu Mama belum tahu. Mama belum bertanya padanya apa pekerjaannya. Mama juga tidak tahu dia masih bekerja atau tidak!"

"Lihatlah, jangan terlalu terburu-buru mengambil keputusan. Dia pasti ingin memanfaatkan Mama oleh karena itulah dia ingin segera menikahi Mama. Lebih baik Mama tidak mempercayainya dengan begitu mudah!"

"Baiklah, yang kau katakan ada benarnya. Mama akan mencari tahu terlebih dahulu apa pekerjaan Daniel tapi bukan berarti kita harus mencurigainya sampai seperti itu. Mama yakin Daniel tidak memiliki niat jahat sama sekali apalagi sampai menipu Mama!"

"Buktikan hal itu terlebih dahulu, Ma!" Jefri melangkah pergi untuk melihat barang-barang yang lainnya. Dia harap ibunya tidak cepat tertipu hanya karena ucapan manis dari mantan kekasihnya itu.

“Jika begitu setelah ini, Mama akan pergi untuk mencari dirinya. Kebetulan Mama ingin mengantarkan kartu undangan pernikahanmu,” Sandra mengikuti putranya.  Mereka berdua tidak memperdulikan gosip yang masih terdengar itu.

“Jadi Mama tahu di mana rumahnya?” Jeffri menghentikan langkah, lalu berbalik dan memandangi ibunya.

“Daniel telah memberikan alamat kantornya padaku jadi setelah ini Mama akan pergi menemui dirinya. Kau tidak keberatan mengantar Mama ke sana, bukan?”

“Jika begitu berikan kartu undangan itu padaku, Ma. Biar aku yang pergi menemui dirinya!”

“Apa kau yakin?” Sandra justru curiga dengan niat putranya.

“Ma, aku memang mengijinkan Mama untuk menikah tapi aku tetap harus tahu seperti apa orangnya walaupun dia mantan kekasih atau siapa pun itu. Aku tidak mau Mama tertipu oleh laki-laki dan sebagai putramu aku bertanggung jawab untuk memastikan apakah pria itu benar-benar serius ataukah hanya ingin memanfaatkan Mama saja!”

“Anak baik, Mama tahu kau mengkhawatirkan keadaan Mama. Mama tidak akan mencegahmu pergi untuk menemui Daniel jadi Mama akan menyerahkan kartu undangan itu untukmu dan pergi temuilah dia. Setelah kau bertemu dengannya dan mengenal dirinya maka kau akan tahu jika dia adalah pria yang baik.”

“Kita lihat saja nanti, Ma!” Jeffri kembali melangkah. Sesungguhnya dia enggan pergi menemui mantan kekasih ibunya, tapi demi menjaga ibunya supaya tidak tertipu maka dia harus pergi menemui pria bernama Daniel itu.

“Tapi jangan kau pukul!”  Sandra kembali mengikuti langkah putranya.

“Tergantung situasi. Aku akan memukulnya jika dia memang pantas aku pukul. Sekalipun dia sahabat Mama, tapi jika dia mengecewakan maka aku benar-benar akan memukulnya!”

“Sudah Mama katakan jangan lakukan, Jefri!” Memukul Daniel tentu saja akan menimbulkan konflik dengan anak-anak Daniel.

“Sudah aku katakan tergantung situasi, Ma. Sekarang bantu aku mencari barang-barang yang aku butuhkan untuk mengisi rumah baruku.”

“Baiklah. Mama jadi cemas sekarang!” Dia harap putranya tidak melukai Daniel. Sepertinya dia harus memberi tahu Daniel jika Jeffri akan datang menemui dirinya.

“Aku tahu apa yang Mama pikirkan dan aku harap, Mama tidak memberitahu pria itu jika aku akan datang ke tempatnya!” Putranya mengatakan hal itu ketika Sandra baru saja berpikir ingin memberitahu  Daniel.

“Hei, kau seperti bisa membaca pikiran Mama saja!”

“Aku harap Mama tidak melakukannya!” Jika pria itu sudah tahu dia akan datang, maka semuanya akan sia-sia.

 Sandra menghembuskan nafas. Putranya terlalu berhati-hati tapi dia tahu, itu adalah bukti jika Jeffri menyayangi dirinya. Tidak masalah, dia akan membiarkan putranya melakukan apa yang ingin dia lakukan dan jika kecurigaan putranya benar, itu berarti  dia dan Daniel memanglah tidak berjodoh.